Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan 2

 Suatu wilayah (ekosistem alam) secara


ekonomi dianggap berkelanjutan jika
kawasan tersebut mampu:

 Menghasilkan barang dan jasa secara


berkesinambungan
 Memelihara pemerintahan dan utang luar
negeri pada tingkat yang terkendali.
 Menghindarkan ketidakseimbangan yang
ekstrim antarsektor

2
 Suatu wilayah secara ekologi dianggap
berkelanjutan jika kawasan tersebut mampu:

 Basis (ketersediaan stok) sumberdaya


alamnya dapat dipelihara secara stabil
 Pembuangan limbah tidak melebihi
kapasitas asimilasi lingkungan
 Pemanfaatan sumberdaya tidak dapat
diperbaharui diiringi dengan upaya
pengembangan bahan substitusinya secara
memadai

3
 Suatu wilayah secara sosial dianggap
berkelanjutan jika kawasan tersebut mampu:

 Memenuhi kebutuhan dasar (sandang,


pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan,
transportasi, dan rasa aman) seluruh
penduduknya.
 Menjamin distribusi pendapatan dan
kesempatan berusaha secara adil.
 Menegakkan prinsip kesetaraan gender.
 Menghadirkan akuntabilitas dan partisipasi
politik.
4
 Pembangunan berkelanjutan dalam konteks
pengelolaan pembangunan wilayah secara
teknis didefinisikan sebagai berikut:

Suatu upaya pemanfaatan sumberdaya alam


dan jasa-jasa lingkungan (environmental
services) yang terdapat di suatu wilayah untuk
kesejahteraan manusia, terutama stakeholders,
sedemikian rupa, sehingga laju (tingkat)
pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan termaksud tidak melebihi daya
dukung (carrying capacity) wilayah tersebut
untuk menyediakannya”.

5
SEBAGAI CONTOH :
Kebijakan & Program
Pembangunan
Pemantauan • Ekonomi
& Evaluasi • Ekologi
• Sosial
• Kelembagaan

Ekstraksi
SDA
Sistem Alam Barang Sistem
(Ekosistem Pemanfaatan Aktivitas
Sosial
Pesisir dan Ruang Pembangunan Jasa
(Manusia)
Lautan)
Pemanfaatan
Jasling
Pencemaran
Limbah
Tangkap Lebih
Over eksploitasi
Sumberdaya Alam
Kepunahan Jenis
Degradasi Fisik
Habitat
Erosi/sedimentasi
Modifikasi
Bentang Alam

Gambar Hubungan Timbal Balik Antara Ekosistem Alam dan Sistem Sosial di
Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Konteks Pembangunan Berkelanjutan

6
Secara ekologi ada 5 persyaratan agar pembangunan
suatu wilayah baik pada tingkat kabupaten/kota,
propinsi, negara atau dunia, berlangsung secara
berkelanjutan :

1
Pertama adalah perlu adanya keharmonisan ruang
(spatial harmony) untuk kehidupan manusia dan
kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam
peta tata ruang

Suatu wilayah hendaknya dipilah menjadi 3 zona :


Preservasi : Konservasi : Pemanfaatan
(20 %) : (20 %) : (60 %)

7
2 Kedua adalah bahwa tingkat/laju (rate)
pemanfaatan sumberdaya dapat pulih (seperti
sumberdaya perikanan dan hutan mangrove)
tidak boleh melebihi kemampuan pulih (renewable
capacity) dari sumberdaya tersebut dalam kurun
waktu tertentu.
Dalam terminologi pengelolaan sumberdaya
perikanan, kemampuan pulih termaksud lazim
disebut potensi lestari (Maximum Sustainable
Yield, MSY),
sedangkan dalam pengelolaan hutan mangrove
biasanya dinamakan sebagai jatah tebangan yang
diperbolehkan (Total Allowance Harvest, TAH).

8
3
Ketiga, jika kita mengeksploitasi bahan tambang dan
mineral (sumberdaya tidak dapat pulih) harus
dilakukan dengan cara-cara yang tidak merusak
lingkungan agar tidak mematikan kelayakan usaha
(viability) sektor pembangunan (ekonomi) lainnya.
Sebagian keuntungan (economic rent) dari usaha
pertambangan tersebut hendaknya diinvestasikan
untuk:
• mengembangkan bahan (sumberdaya)
substitusinya dan kegiatan-kegiatan ekonomi
yang berkelanjutan (sustainable economic
activities)
 perikanan, pertanian, industri pengolahan
produk perikanan dan pertanian, pariwisata,
• industri rumah tangga (home industries)
berbasis sumberdaya dapat pulih
9
4
Keempat, ketika kita membuang limbah ke
lingkungan pesisir dan lautan, maka :
 jenis limbah yang dibuang bukan yang bersifat
B3 (Bahan Berbahaya Beracun), tetapi jenis
limbah yang dapat diuraikan di alam
(biodegradable) termasuk limbah organik dan
unsur hara.
 Jumlah limbah non- B3 yang dibuang ke laut
tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi
lingkungan laut.
 Semua limbah B3 tidak diperkenankan dibuang
ke lingkungan alam (termasuk pesisir dan
lautan), tetapi harus diolah di fasilitas
Pengolahan Limbah B3. 10
5 Kelima, manakala kita memodifikasi bentang alam
pesisir dan lautan untuk membangun dermaga
(jetty), pemecah gelombang (breakwaters),
pelabuhan laut, hotel, anjungan minyak (oil rigs),
marina, dan infrastruktur lainnya, maka :
Harus menyesuaikan dengan karakteristik dan
dinamika alamiah lingkungan pesisir dan lautan,
seperti pola arus, pasang surut, sifat geologi dan
geomorfologi (sediment budget), serta sifat biologis
dan kimiawi,
 merancang dan membangun kawasan pesisir
dan laut sesuai dengan kaidah-kaidah alam
(design and construction with nature)
11

Anda mungkin juga menyukai