Anda di halaman 1dari 8

KASUS 1

Laki–laki, usia 38 tahun, datang ke UGD sebuah rumah sakit, mengeluh sesak napas. sejak 1 minggu sebelum masuk RS dan
makin memberat sejak 1 hari. Sesak nafas dirasakan terus menerus dan semakin memberat. Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak
terdapat keluhan saat istrahat, namun aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas. Pasien mengaku
sesak sering dirasakan misalnya pada saat mandi dan berganti pakaian. Sesak berkurang jika pasien beristirahat, pasien tidur
menggunakan 1 bantal. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk sejak 1 minggu yang lalu.
Batuk dirasakan disertai dahak berwarna kuning tanpa darah. Batuk lebih sering terutama pada malam hari. Batuk disertai
demam yang dialami hilang timbul tanpa menggigil dan tanpa keringat pada malam hari. Sejak 1 hari SMRS pasien mengeluhkan dada
berdebar-debar. Sejak 6 bulan yang lalu. Dada berdebar-debar dirasakan sepanjang hari yang disertai bengkak pada kedua kaki. Pasien
juga mengeluhkan nyeri dada terutama nyeri dirasakan saat pasien batuk. Nyeri dada yang dirasakan tidak menjalar. Nyeri dada
disertai dengan sesak yang semakin memberat, penurunan berat badan, mual, muntah disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 90/60 mmHg,
nadi 98 x/menit, irregular, tampak sesak dengan pernapasan sebanyak 28 x/menit, dan suhu badan 37,8 oC. Berat badan 55 kg dan
tinggi badan 160 cm. Tidak tampak sianosis ataupun edema umum. Pada leher tampak JVP meningkat 5+2 cm H20. Pada toraks
didapatkan ronki pada medial dan kedua basal paru. Pada pemeriksaan jantung iktus kordis terlihat dan teraba di ICS V dua jari dari
linea midklavikula sinistra, di auskultasi irama jantung ireguler, BJ I-II normal, bising sistolik (+) grade 3/6 di apeks jantung, suara
gallop (-).
Hasil foto thoraks terdapat kardiomegali, pneumonia, dan pleura reaction dextra. Serta dilakukan uji BTA yang (-).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) 11,5 g/dl, leukosit 11.900/ul, eritrosit 3,2 juta/ul, hematokrit 30%,
trombosit 182.000/ul, gula darah sewaktu (GDS) 131 mg/dl, ureum 20 mg/dl, kreatinin 0,7 mg/dl, natrium 138 mmol/L, kalium 2,6
mmol/L, kalsium 9,5 mg/dl, klorida 107 mmol/L. Kolesterol total 103 mg/dl.
1. Interpretasi gambaran elektrokardiogram

• Irama : sinus
• Heart rate : 93x/menit (normal)
• Aksis : normal
• Konduksi : PR interval (normal), QRS
interval (normal)
• Pembesaran ruang jantung: gelombang P
(normal), LVH (SV1 +RV6 >35)
• Gelombang T (normal)
• Kesimpulan : irama sinus, frekuensi
93x/menit, LVH (left ventrikel hypertrophy)
2. Cara pemeriksaan JVP
Metode non invasif
• Posisikan pasien berbaring pada bed dan atur posisi bed semiflower (30-
40 derajat)
• Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri.
• Identifikasi vena jugularis.
• Tentukan undulasi pada vena jugularis (titik teratas pada pulsasi vena
jugularis). Caranya adalah bendung vena dengan cara mengurut vena
kebawah lalu dilepas.
• Tentukan titik angulus sternalis
• Dengan mistar pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara
horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni.
• Kemudian mistar kedua letakkan vertikal dari angulus sternalis.
• Lihatlah hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada mistar
vertikal (pertemuan antara mistar horizontal dan vertical). Hasil
pembacaan ditambahkan dengan angka 5 cm, karena diasumsikan jarak
antara angel of Louis dengan atrium kanan adalah sekitar 5 cm.
• Nilai normal dari pengukuran JVP adalah kurang dari 8 cmH2O.
Metode invasif
Penderita berbaring dengan lengan
diletakkan 5 cm dibawah titik acuan
(jadi setinggi atrium kanan). Jarum
dimasukkan dalam vena brakhialis dan
dihubungkan dengan manometer air.
Kemudian tekanan dibaca pada
manometer.

PAPDI, 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: Interna Publishing
Subaghiartha IM. Monitoring Hemodinamik Melalui Tekanan Vena Sentral. 2016. 3–10 p.
3. NYHA classification
4. Klasifikasi NYHA pada kasus
• Pasien mengalami batasan aktivitas fisik ringan
• Saat istirahat tidak ada keluhan
• Saat melakukan aktivitas sehari-hari merasakan kelelahan, sesak, dan
palpitasi

* Pasien termasuk kelas 2 dalam klasifikasi gagal jantung NYHA.


5. Kriteria Framingham untuk gagal jantung
6. Klasifikasi Farmingham pada kasus
Kriteria mayor :
• Ronki pada medial dan kedua basal paru
• Radiologi menunjukan ada kardiomegali
• JVP meningkat

Kriteria minor :
• Sesak saat aktivitas
• Batuk terutama pada malam hari (lebih sering)

 Dapat ditegakkan diagnosis Gagal Jantung

Anda mungkin juga menyukai