Parotitis
Desi Rara Andika
Abdul Haris
Identitas
Nama : An. F
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Alamat : Nambangan kidul Madiun
No RM : 6639364
MRS : 21 Juli 2015/23.
Nama Ibu : Ny. R
Usia : 30 th
Pekerjaan : Swasta
Keluhan utama
Demam
RPS
3 hari SMRS demam tinggi terus menerus, batuk (+), pilek (+). Pasien
berobat ke IRD RS soedono madiun dan diberi obat penurun panas namun
keluhan tidak membaik
2 hari SMRS batuk (+), pilek (+), demam (+)
1 hari SMRS demam (+)
Beberapa jam SMRS pada haris selasa (21/07/2015) mencret > 4 kali
dengan konsistensi tinja cair dan sedikit ampas. Tinja berwarna kuning tidak
berbau dan tidak bercampur darah dan lendir. Keluhan tersebut disertai
demam (+), batuk (+) dan pilek (+)
Anamnesis sistem
Sistem Keluhan
Cerebrospinal Demam (+), kejang (-), penurunan
kesadaran (-)
Kardiovaskuler Berdebar-debar (-)
Respirasi Pilek (+), batuk (+), sesak (-), whezing (-)
Gastrointestinal Mencret (+), nyeri perut (-), nafsu makan
menurun (-), Mau minum
Urogenital BAK (+)
Integumentum Pucat (-), Ruam (-)
Muskuloskeletal Lemas (+) nyeri sendi (-)
RPD
Riwayat sakit sampai diopname di RS disangkal
Riwayat demam lama disangkal
Riwayat alergi disangkal
RPK
Tidak ada keluarga yang menderita hal serupa
Keluarga tidak mempunyai riwayat alergi
PEMERIKSAAN FISIK
KU/kesadaran : lemah, compos mentis
Vital Sign : FN= 88x/mnt
RR = 28 x/mnt
Temp Ax = 39OC
Kepala/Leher : Conjungtiva Anemis (-/-), Conjungtiva Ikterik
Thorax Cor : I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di SIC III
P : batas jantung dbn
A : S1, S2 tunggal, reguler, bising(-)
Pulmo: I : simetris (+), retraksi(-), ketinggalan gerak (-)
P : krepitasi(-), gerakan nafas simetris (+)
P : sonor(+), batas paru hepar dbn
A : SDV +/+, rh -/-, whz -/-
Abdomen : I : peristaltik usus tidak terlihat,
A : BU (+) Normal
P : distended (-), hepatomegali
(-), spleenomegali (-)
P : timpani di 4 kwadran
Ekstremitas akral hangat +/+/+/+, CRT < 2 detik
Status Gizi
Usia :7 tahun
BB : 19 kg
TB : 114 cm
IMT = 19/(1,14)2 =
19/1,3 =14,61
IMT/U = 14,61/15,5
- 2 SD sampai +1
SD Gizi normal
Px penunjang
22/7 23/7 24/7 25/7 26/7 27/7 28/7 29/7 30/7 31/7 1/8 2/8 3/8
PENATALAKSANAAN
Infus RL 20 Tpm
Inj ceftriakxone 2 x 500 mg
Inj. ODR 2 x ½ amp
Sanmol 3 x 2 cth
Follow up pasien selama MRS
Tanggal Assesment Planning
22/07/2015 S : Demam (+), Obs febris hari ke 5 + DCA Infus RL 20 tpm
batuk (+) tanpa dehidrasi Inj ceftriaxone 2 x 750 mg
pilek (+) Inj ODR 2 x ½ amp
muntah(-) Inj sanmol 3 x cth II
mencret (+) 4 kali dalam
sehari dengan konsistensi
cair sedikit ampas
O :KU : lemah
FN : 82 x/m
RR :26x/m
T : 38,7 0C
K/L : Ca (-/-) Ci (-/-),
mata cowong (-)
Tho:S1S2 Tunggal
reguler,Bising (-), Rh (-/-),
Wh (-/-)
Abd : BU (+)
Eks : Akral hangat
Tanggal Assesment Planning
22/07/2015 S : Demam (+), batuk (+), pilek Obs febris hari Infus RL 20 tpm
(+), muntah(-), mencret (+) ke 6 + DCA tanpa Inj ceftriaxone 2 x 750 mg
4 kali dalam sehari dengan dehidrasi Inj ODR 2 x ½ amp
konsistensi cair sedikit ampas Inj sanmol 3 x cth II
O :KU : lemah
FN : 82 x/m
RR :26x/m
T : 38,7 0C
Infeksi virus di kelenjar parotis respon imun tubuh terhadap virus parotitis
pelepasan mediator-mediator pro inflamasi tanda kardinal bengkak &
nyeri.
Demam
Demam merupakan gejala yang sering timbul pada parotitis.
Demam virus menginduksi pengeluaran sitokin mempengaruhi set point
di hipotalamus
Orkitis
Diagnosis
Riwayat kontak dengan penderita parotitis epidemika 2-3 minggu sebelum onset
penyakit.
Adanya parotitis dan keterlibatan kelenjar yang lain.
Pasien ditemukan riwayat kontak (+) dan keterlibatan kelenjar lain(+)
Maka dapat ditarik kesimpulan :
Diagnosis Parotitis epidemik
Pemeriksaan Lab
C-Reactive Protein
Menunjukkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi aktif Pada pasien tidak
dilakukan anamnesis & px fisik proses inflamasi dan infeksi.
Tes Serologi
Complement fixation test (CF), hemmagglutination-inhibition (HI), enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA), dan virus neutralization
Pemeriksaan Amilase Serum
Peningatan kadar amilase serum pada minggu pertama menurun setelah minggu
kedua dan ketiga
Deteksi Virus dengan Reverse Transcription-PCR (RT-PCR)
Pengambilan sampel nasofaring atau cairan serebrospinal.
Lebih sensitif dibandingkan dengan ELISA
Biayanya mahal
Terapi secara umum
Hidrasi yang cukup dengan banyak (misal. minum air putih) pasien nyeri
telan terapi cairan IV.
Pembeian paracetamol (4 x 300 mg) demam dan nyeri
Kompres air hangat.
Self limited disease pengobatan simtomatis.
(IDAI, 2012)
Ulasan tx yang telah diberikan
Meropenem 3 x 200 mg
Mekanisme: mengikat PBP2 & menghambat sintesis dinding kuman.
Dosis: 10-20 mg/kgBB setiap 8 jam pasien 3 x 200 mg.
Mikasin 1 x 75 mg
Mekanisme berdifusi kanal air yang dibentuk porin protein membran luar bakteri masuk
ke dalam sel bakteri berikatan ribosom 30s & menghambat sintesis protein.
Dosis awal 25 mg/kgBB, selanjutnya 18 mg/kgBB sekali dalam sehari perlu disesuaikan
lagi pemberian dosisnya terhadap pasien kami.
Flukonazol 2 x 100 mg
Mekanisme menghambat dari sitokrom p-450 enzim dependen lanosterol 14-alfa-dimetilase
Dosis : 12 mg/kgBB setiap 12 jam Pasien 2 x 120 mg.
R300 H200 Z2 X 200
Rifampisin (R)
Rifampisin aktif terhadap sel yang sedang tumbuh. Menghambat kerja DNA-dependent
RNA polymerase dari mikobakteria dalam proses sintesis RNA (Gunawan, 2009).
Dosis 15 mg/kgBB/hari pasien 300 mg
Isoniazid (H atau INH)
Mekanisme menghambat biosintesis asam mikolat, sintesis lemak, sintesis asam nukleat, dan
glikolisis
Dosis 10 mg/kgBB satu kali sehari atau 15 mg/kgBB tiga kali dalam seminggu pasien dosisnya
200 mg
Pirazinamid (Z)
Mekanisme belum diketahui.
Kadar 12,5 µg/mL menghambat sempurna mikobakterium di dalam monosit.
Dosis 15-30 mg/kgBB setiap hari atau 50 mg/kgBB dua kali setiap minggu pasien dosisnya
300 mg.
penatalaksaan parotitis self limited disease
Pengobatan yang diberikan hanya bersifat simtomatik dan suportif sehingga
pemberian antibiotik tidak perlu dilakukan.
Kortikosteroid tidak diperlkan depresi sistem imun