Anda di halaman 1dari 12

COMPARISON BETWEEN DIAZEPAM AND

PHENOBARBITAL IN
PREVENTION OF FEBRILE SEIZURE:
CLINICAL TRIAL
Jurnal Reading

Dipersentasikan oleh :
1. Anhar // 09711239
2. Dimas A.D //09711
Latar Belakang
Kejang demam adalah kejadian demam paling sering
yang terjadi pada anak
Sekitar sepertiga dari anak-anak ini akan mengalami
serangan ulang pada demam akibat infeksi berikutnya.
Gangguan neurologi yang mendadak ini sangat
menakutkan dan menjadi trauma tersendiri bagi
orang tua
 Penelitian untuk mencegah kejang demam berulang.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi
efektifitas penggunaan intermiten diazepam oral
dibandingkan penggunaan kontinyu fenobarbital oral
untuk menurukan kejang demam berulang pada anak-
anak.
Materi dan Metode
Penelitian prospektif ini dilakukan di Mofid childreen
hospital selama 2 tahun dari September tahun 2000 -
Desember 2001.
Inklusi :
- Anak dengan kejang demam pertama dimasukan jika
berusia 6 bulan sampai 5 tahun
- Tidak ada riwayat penyakit dibidang neurologi
Hanya jika salah satu hal berikut benar :
1. Usia sedikitnya 1 tahun pada kejang pertama
2. Suhu tubuh sedikitnya 39 C saat serangan
3. Riwayat epilesi pada keluarga utama
Metode
Hasil
85 anak
31
fenobarbital
Follow up :
1. Diazepam
12.6 bulan
2. Febarbital 21 ekslusi
13.7 bulan

33
diazepam

64 anak
6 anak (18.2%) pada grup diazepam

10 anak(32.3%) pada grup fenobarbital >> kejang berulang

(perbedaan tidak signifikan, P=0.16)

Penilaian risiko dengan variabel lain (usia, tipe kejang) tidak signifikan.
Pembahasan
Penting dari penelitian ini adalah tak satu pun dari
metode ini yang secara definitif dapat menghentikan
munculnya kembali kejang demam
Meskipun, secara jumlah kejadian kejang demam
berulang lebih sedikit pada anak yang mendapatkan
diazepam intermiten tetapi secara statistik tidak
berbeda pada kedua grup ini.
Masalah utama adalah tidak adanya keluhan/laporan
pada grup kasus dari beberapa keluarga sehingga
membuat hasilnya kurang reliable.
Pembahasan
Antrent dan Colleagues, pada percobaan acak double
blind diazepam vs plasebo untuk mencegah kejang
demam, tidak menemukan perbedaan pada kedua
grup.
Rosemane menemukan 82% penurunan pada
kemungkinan kejang demam berulang pada anak yang
menggunakan diazepam vs plasebo pada percobaan
terkontrol.
Verrotti di Italy kejang demam berulang terjadi 11.1%
pada anak yang menggunakan diazepam intermiten vs
30.7% yang tidak melakukan pengobatan.
Rose W. et al pada percobaan terkontrol yang
dilakukan di india menyimpulkan bahwa intermitan
clobazam menjadi se-efektif diazepam dan dengan
efek samping yang lebih rendah seperti ataxia.
Masalah utama ketika meresepkan fenobarbital adalah
tidak adanya keluhan keluarga dan penurunan fungsi
kognitif yang ringan pada penggunaan jangka panjang.
Mamelle dan Ngware pada 2 pengujian terpisah terapi
acak mengkonfirmasikan efikasi dari fenobarbital
kontinyu dengan dosis 4-5 mg/Kg setiap hari untuk
mencegah kejang demam.
Dua keterbatasan dari penelitian kami adalah yang
pertama. Waktu yang pendek untuk follow up dan
kedua tidak ada pengukuran level serum fenobarbital,
yang mana harus diterapkan pada penelitian
selanjutnya. Mengenai efek samping gangguan
kognitif dari fenobarbital, jika seorang klinisi
merencanakan terapi obat untuk mencegah kejang
demam, kami merekomendasikan diazepam
intermiten selama pasien demam.
Kesimpulan
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara terapi
intermiten dengan diazepam oral dengan terapi
kontinyu fenobarbital oral (3-5 mg/kg/24 jam).

Anda mungkin juga menyukai