Anda di halaman 1dari 44

BHD

(BANTUAN HIDUP DASAR)


TUJUAN BHD
Mempertahankan pernafasan dan sirkulasi yg
adekuat sampai kondisi yg menyebabkan henti
nafas dan henti jantung dapat diatasi.
DEFINISI HENTI NAFAS DAN HENTI JANTUNG
Henti nafas adalah apabila pernafasan berhenti
(apnea). Sedangkan henti jantung adalah apabila
jantung berhenti berkontraksi dan memompa darah.
Kedua keadaan ini saling kait-mengkait.
SEBAB HENTI NAFAS DAN HENTI JANTUNG
Henti nafas dapat disebabkan oleh gangguan atau
penyakit pada jalan nafas atau pernafasan (primer)
dan henti jantung diakibatkan gangguan atau
penyakit kardiovaskular (primer). Meskipun demikian
banyak penyakit-penyakit yg secara sekunder akan
membahayakan pernafasan dan jantung yg pada
akhirnya mengakibatkan henti nafas dan henti
jantung.
Sistem kardiovaskuler dan pernafasan selalu
berinteraksi.
SEBAB-SEBAB HENTI NAFAS
a.Sumbatan jalan nafas
Sumbatan jalan nafas dapat terjadi total atau sebagian. Sumbatan jalan nafas
total dengan cepat dapat menyebabkan edema otak atau edema paru,
kelelahan bernafas, apnea sekunder dan kerusakan otak karena hipoksia
seperti pada henti jantung.
Sebab-sebab sumbatan jalan adalah:
1. Darah
2. Muntahan
3. Benda asing
4. Trauma langsung pada wajah atau tenggorokan
5. Spasme larings, bronkus
6. Radang
7. Depresi susunan syaraf pusat oleh karena trauma kepala, tumor, gangguan
metabolik dan obat-obatan misalnya narkotika.
GANGGUAN ATAU PENYAKIT PARU

Patologis paru yg berat akan memperburuk oksigenasi


dan ventilasi, yaitu:
1. Infeksi
2. Aspirasi
3. Asthma bronkhial
4. Edema paru
5. Kontusio paru
6. Pneumotoraks, hematoraks
GANGGUAN NEUROMUSKULAR

Otot-otot pernafasan utama adalah diafragma dan otot-


otot interkostal. Otot-otot interkostal dapat lumpuh bila
terjadi kerusakan pada vertebra servikalis. Mislanya pada:
1. Myasthenia gravis
2. Sindrom guillain-barre
3. Multiple sclerosis
4. Poliomyelitis
5. Kyphoscoliosis
6. Distrofi muskuler
7. Penyakit motor neuron
SEBAB SEBAB HENTI JANTUNG
SEBAB HENTI JANTUNG DAPAT PRIMER ATAU
SEKUNDER.
Henti jantung primer adalah apabila penyebab yang
langsung terjadi dari jantung, yaitu:
1. Gagal jantung
2. Temponade jantung
3. Miokarditis
4. Kardiomiopatik hipertrofik
5. Fibrilasi ventrikel akibat : iskemia miokardium, infark
miokardium, sengatan listrik, obat-obatan, gangguan listrik.
Henti jantung sekunder terjadi akibat gangguan yang
berasal dari luar jantung, misalnya:
1. Asfiksia karena sumbatan jalan nafas
2. Anoksia karena tercekik, edema paru
3. Kehilangan darah banyak yang akut
4. Hipoksemia karena anemia
5 syok septik stadium hari
INDIKASI BHD
1. Henti jantung
2. Henti nafas
TAHAPAN-TAHAPAN BHD

Tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai


dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan.

Urutan tahapan BHD adalah menilai, mengaktifkan


LGD/EMS (Emergency medical System), melakukan
tindakan ABCD.
MENILAI KESADARAN
Memeriksa pasien dan lihat responnya dengan
menggoyang bahu pasien dengan lembut dan bertanya
cukup keras "apakah kamu baik-baik saja?" Atau
"siapa namamu"
1. Bila pasien menjawab atau bergerak, biarkan pasien
tetap saja posisi ditemukan, kecuali bila ada bahaya
pada posisi tersebut dan dipantau secara terus-
menerus.
2. Bila pasien tidak memberikan respon, aktifkan
EMS/LGD. Berteriaklah mencari bantuan, sembari
buka jalan nafas.
Mengaktifkan Unit Gawat Darurat / UGD (Emergency
Medical System = EMS)
Meminta bantuan atau dengan berteriak atau
menelepon UGD/EMS misalnya 118.
Pada waktu meminta bantuan sebutkan lokasi
kejadian, jenis kejadian (misalnya serangan jantung,
trauma, dll) beberapa pasien yang perlu bantuan,
kondisi pasien, bantuan apa yang sudah diberikan, dll)
AIRWAY
apabila pasien tidak memberikan respon, pastikan apakah
pasien bernafas dengan sempurna. Untuk menilai pernafasan,
pasien harus pada posisi terlentang dengan jalan nafas terbuka.

1. Posisi pasien
Posisi pasien terbaik untuk dinilai pernafasan dan diberi
bantuan resusitasi adalah pasien posisi terlentang pada dasar
yang keras dan datar. Apabila pada saat ditemukan pasien pada
posisi telungkup, maka harus ditelentangkan secara simultan
antara kepala, bahu dan dada tanpa memutar badan (teknik
roll-on)
POSISI PENOLONG
Posisi penolong disamping pasien, posisi siap untuk melakukan pemberian
nafas buatan dan kompresi dada.

BUKA JALAN NAFAS


Pada pasien yang tidak sadar, maka tonus otot-otot rahang lemah sehingga
lidah dan epiglotis dapat menyumbat farings atau jalan nafas atas.
Penolong dapat membuka jalan nafas dengan cara angkat kepala, angkat dagu
(head thilt chin lift Manuever), cara lain untuk membuka jalan nafas adalah
dorong rahang bawah (jaw thrust Manuever). Cara ini hanya boleh dilakukan
oleh penolong seorang petugas kesehatan dan korban ada tidak riwayat
trauma kepala atau leher.
Dengan cepat bersihkan muntahan atau benda asing yang nampak ada dalam
mulut.
HEAD THILT CHIN LIFT MANUEVER
Posisikan telapak tangan pada dahi smabil mendorong dahi
kebelakang, pada waktu yang bersamaan, ujung jari tangan yang
lain mengangkat dagu. Ibu jari dan telunjuk harus bebas agar
dapat digunakan menutup hidung jika perlu memberikan nafas
buatan.

JAW THRUST MANUEVER


Posisikan setiap tangan pada sisi kanan dan kiri kepala pasien,
dengan siku bersandar pada permukaan tempat pasien
terlentang dan pegang sudut rahang bawah dan angkat dengan
kedua tangan akan mendorong rahang bawah depan.
BREATHING
Sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, dinilai
pernafasan dengan mendekatkan telinga ke hidung dan
mulut pasien.
Look, Feel and Listen ada tidaknya udara keluar masuk :
lihat pergerakan naik turunnya dada
dengar suara nafas pada mulut pasien
rasakan hembusan nafas dipipi

PENILAIAN INI DILAKUKAN TIDAK BOLEH LEBIH


DARI 10 DETIK
BILA ADA NAFAS:
Posisikan pasien pada posisi mantap (recovery position)
bila tidak ada riwayat trauma leher, pantau terus pasien
dan mencari bantuan.

BILA TIDAK ADA PERNAFASAN:


Cari bantuan (aktifkan LGD/EMS), pasien diposisikan
telentang, buka jalan nafas dan bersihkan sumbatan
yang terlihat didalam mulut pasien dan berikan bantuan
pernafasan buatan.
POSISI SISI MANTAP (RECOVERY POSITION)
Pada pasien yang tidak sadar, bernafas spontan dan teraba
sirkulasi spontan, maka pertolongan ditujukan untuk
mempertahankan jalan nafas bebas dari sumbatan lidah
dan mengurangi terjadinya aspirasi isi lambung. Oleh
karena itu pasien diatur pada posisi mantap, yaitu:
 lengan yang dekat penolong diluruskan kearah kepala.

 lengan yang satunya menyilang dada, kemudian

tekankan tangan tersebut ke pipinya.


 tarik tungkai hingga tubuh pasien terguling kearah

penolong, baringkan miring dengan tungkai atas


membentuk sudut dan menahan tubuh dengan stabil
agar tidak menelungkup.
 periksa pernafasan terus menerus.
PERNAFASAN BUATAN

Bantuan ini harus diberikan pada semua pasien yang


tidak bernafas atau pernafasannya tidak memadai.
Nafas buatan dimulai dengan 2 kali nafas pelan, efektif
(dalam 1 detik), kemudian dilanjutkan nafas buatan
12x/menit.
Beberapa cara memberikan bantuan pernafasan
buatan adalah:
pernafasan buatan mulut ke mulut
buatan mulut ke hidung
pernafasan buatan mulut ke sungkup
buatan dengan kantung nafas buatan (bag mask device)
PERNAFASAN BUATAN MULUT KE MULUT

Nafas buatan mulut ke mulut adalah cara yang paling


sederhana, cepat meskipun menggunakan udara ekhalasi
penolong dengan kadar oksigen sekitar 16% saja.
caranya :
 pertahankan head thilt chin lift
 Tutup hidung dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan
yang melakukan head thilt
 buka sedikit mulut pasien
 tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong
 melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap
tiupan selama 2 detik dan pastikan sampai dada terangkat.
 tetap pertahankan head thilt chin lift, lepaskan mulut
penolong dari mulut pasien, lihat apakah dada pasien
turun waktu ekshalasi.
PERNAFASAN BUATAN MULUT KE
HIDUNG
Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke
mulut sulit misalkan karena trismus, caranya adalah
katupkan mulut pasien disertai chin lift, kemudian
tiupkan udara seperti pernafasan mulut ke mulut.
Buka mulut pasa waktu ekshalasi.
PERNAFASAN BUATAN MULUT KE SUNGKUP
Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakan
diatas dan melingkupi mulut serta hidung pasien. Sungkup ini
terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan dan warna
bibir pasien dapat terlihat.
caranya :
- letakkan pasien pada posisi terlentang
- letakkan sungkup pada muka pasien dan dipegang dengan
kedua ibu jari
- lakukan head thilt chin lift/jaw thrust, tekan sungkup kemuka
pasien agar rapat kemudian tiup melalui lubang sungkup sampai
dada terangkat
- hentikan tiupan dan amati turunnya dada.
PERNAFASAN DENGAN KANTUNG NAFAS
BUATAN
Alat kantung nafas terdiri dari kantung dan katup satu arah yang menempel
pada sungkup muka. Volume dari kantung nafas ini 1600 ml. Alat ini bisa
digunakan untuk memberikan nafas buatan dengan atau disambungkan
dengan sumber oksigen. Bila disambungkan ke oksigen dengan kecepatan
aliran 12 liter per menit (ini dapat memberikan konsentrasi oksigen yang
diinspirasi sebesar 7,40%), maka penolong hanya memompa sebesar 400-
600 ml (6-7ml/kg) dalam 1-2 detik ke pasien, bila tanpa oksigen dipompakan
10 ml/kg berat badan pasien dalam 2 detik. Caranya dengan menempatkan
tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup menutupi
muka dengan teknik E-C Clamp, yaitu ibu jari dan jari telunjuk penolong
membentuk huruf "C" dan mempertahankan sungkup dimuka pasien. Jari-
jari ketiga, empat dan lima membentuk huruf "E" dengan meletakkannya
dibawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan rahang bawah,
tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka
jalan nafas.
Bila dengan 2 penolong, satu penolong pada posisi diatas
kepala pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
dan kanan untuk mencegah agar tidak terjadi kebocoran
disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain mengangkat
rahang bawah dengan mengekstensikan kepala sembari
melihat pergerakan dada. Penolong kedua secara perlahan (2
detik) memompa kantung sampai dada terangkat.
Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari
pinggir sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat rahang
bawah, tangan yang lain memompa kantung nafas sembari
melihat dada terangkat.
PERNAFASAN DENGAN KANTUNG NAFAS
BUATAN
Pada awal pemberian pernafasan buatan, berikan 2
kali perlahan (2 detik setiap kali tiupan) dan biarkan
ekshalasi sempurna diantara nafas/tiupan. Bila hanya
perlu nafas buatan saja, diberikan dengan kecepatan
10-12 nafas permenit, tetapi bila disertai kompresi
jantung luar maka diberikan 30 kali kompresi dan 2
nafas per ventilasi untuk 1 atau 2 penolong sampai
pasien dilakukan Intubasi trakhea.
CIRCULATION (SIRKULASI)
Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi,
artinya tidak ada nadi. Pada praktiknya penilaian tanda ada tidaknya
sirkulasi oleh penolong adalah:
1. Setelah memberikan 2 kali nafas ke pasien yang tidak sadar, dan tidak
bernafas, lihat apakah ada tanda-tanda sirkulasi yakni ada nafas,
batuk dan gerakan-gerakan tubuh.
2. Bila pasien tidak bernafas, batuk atau melakukan gerakan, lakukan
pemeriksaan nadi karotis.
3. Penilaian ini tidak boleh lebih dari 10 detik.

Catatan : penilaian sirkulasi ini harus dilakukan oleh petugas


kesehatan, sedangkan untuk orang awam terlatih (petugas pemadam
kebakaran, satpam dll) tidak dianjurkan, pada kelompok orang-orang
ini bila mendapatkan poin 1 diatas, segera melakukan kompresi dada.
MENILAI NADI KAROTIS, CARANYA :
Pertahankan posisi head thilt dengan satu tangan
penolong dan tangan lainnya memegang leher pasien
dan mencari trakhea dengan 2-3 jari sampai meraba
batas trakhea dan otot-otot samping leher tempat
lokasi nadi karotis bisa diraba. Dengan tekanan
lembut nadi karotis akan teraba, apabila nadi karotis
tidak teraba segera lakukan kompresi dada.
Meraba nadi carotis
KOMPRESI DADA
Teknik kompresi dada adalah memberikan tekanan pada setengah
bawah tulang dada (sternum) berulang-berulang dan berirama.

MENENTUKAN LOKASI KOMPRESI DAN POSISI TANGAN


 tentukan lokasi kompresi setengah bagian bawah tulang dada dengan
telunjuk dan jari tengah menyusur batas bawah iga sampai titik temu
dengan sternum
 posisikan tumit tangan satunya diatas sternum tepat disamping
telunjuk tersebut. Ini adalah titik tumpu kompresi
 tumit tangan satunya diletakan diatas tangan yang sudah berada tepat
di titik kompresi
 jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut
menekan.
KOMPRESI DADA
TEKNIK KOMPRESI DADA
penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada pasien
dengan siku lengan lurus, menekan sternum sedalam 4-
5cm
ulangi gerakan kompresi, lepas, kompresi, lepas, sekitar 100
kali permenit, rasio kompresi dan melepas 1:1
setiap selesai 30 kali kompresi dada, buka jalan nafas dan
berikan 2 nafas buatan efektif, kemudian kompresi dada
lagi 30 kali dan seterusnya
setiap selesai 5 siklus atau setiap 2 menit, dilakukan
penilaian tanda-tanda pernafasan dan sirkulasi.
PENILAIAN PULIHNYA SIRKULASI
Setelah 5 siklus kompresi dan ventilasi (rasio 30:2), dinilai
kembali keadaan pasien dengan memeriksa tanda-tanda
sirkulasi dan dilakukan tidak lebih dari 10 detik
Bila tanda-tanda sirkulasi tidak ada, teruskan kompresi
dada dan ventilasi
Bila ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan penilaian terhadap
pernafasan, yaitu :
Bila nafas ada, posisikan pasien pada posisi mantap
(recovery position) dan pantau pernafasan dan sirkulasi
 Bila nafas tidak ada, berikan nafas buatan 12 kali permenit
dan pantau sirkulasi.
RESUSITASI DENGAN 2 PENOLONG
Apabila ada 2 penolong, ada beberapa hal yg perlu diperhatikan :
1. Jika penolong pertama sedang memberikan nafas buatan, penolong
kedua yang baru datang mengambil posisi kompresi dada yang
benar. Penolong ini mengambil alih kompresi dada setelah penolong
pertama selesai memberikan 2 nafas buatan. Posisi kedua penolong
berseberangan dari pasien.
2. Penolong kompresi dada melakukannya dengan hitungan suara yang
keras
3. Jika penolong ingin berganti tempat, penolong kompresi memberi
aba-aba. Pindah tempat dilakukan akhir kompresi dada ke 30, segera
pindah ke posisi nafas buatan dan memberi 2 nafas buatan penolong
yang semula memberi nafas buatan pindah ke posisi kompresi dada
dan melakukan kompresi segera setelah nafas buatan.
KOMPLIKASI BLS
1. Regurgitasi, aspirasi
2. Fraktur sternum, costae
3. Pneumothoraks, hemotoraks, kontusio paru
4. Laserasi hati, limpa

Anda mungkin juga menyukai