Anda di halaman 1dari 14

QS.

Al-Kâfirûn : 1-6
Toleransi Antar Umat Beragama

OLEH:
SITI MUTMAINAH, S.Pd.I
SURAH AL-KAFIRUN

SURAH AL-
KAFIRUN

TAFSIR

KANDUNGAN

CONTOH
PERILAKU
Tafsir Al-Misbah
oleh Quraisy Shihab
Latar Belakang
 Adanya usulan dari kaum musyrikin agar Nabi dan
pengikutnya mengikuti kepercayaannya dan mereka
akan mengikuti ajaran Islam.
 Namun dengan tegas Rasulullah saw. menolaknya
karena tidak mungkin dan tidak logis terjadi penyatuan
agama, karena ajaran yang berbeda.
Ayat 1-2
“Katakanlah! Wahai orang-orang kafir, aku
tidak menyembah apa yang sedang kamu
sembah.”

Nabi Muhammad saw., pada surah ini diajarkan


untuk berucap kepada para pembencinya bahwa:
Katakanlah, hai Nabi Muhammad, kepada tokoh-
tokoh kaum musyrikin yang telah mendarah daging
kekufuran dalam jiwa mereka bahwa: Wahai
orang-orang kafir yang menolak keesaan Allah dan
mengingkari kerasulanku, aku sekarang hingga
masa datang tidak akan menyembah apa yang
sedang kamu sembah.
Ayat 3
“Dan tidak (juga) kamu akan menjadi
penyembah-penyembah apa yang sedang
aku sembah.”

Ayat ini ditujukan kepada tokoh-tokoh kafir Mekah


yang ketika itu datang kepada Rasulullah saw.
menawarkan kompromi dan yang dalam kenyataan
sejarah tidak memeluk agama Islam. Orang-orang
itu tidak akan mengabdi maupun mentaati Allah,
Tuhan yang sekarang hingga masa datang disembah
oleh Rasulullah saw. bahkan sebagian dari mereka
itu mati terbunuh karena kekufurannya.
Ayat 1-3 tersebut berpesan kepada Nabi
Muhammad saw.
 untuk menolak secara tegas usul kaum
musyrikin.
 menegaskan bahwa tidak mungkin ada titik temu
antara Nabi saw. dan tokoh-tokoh tersebut

karena kekufuran sudah demikian mantap dan


mendarah daging dalam jiwa mereka.
Kekeraskepalaan mereka telah mencapai
puncaknya sehingga tidak ada sedikit harapan
atau kemungkinan, baik di masa kini maupun masa
datang, untuk bekerja sama dengan mereka.
Ayat 4-5
“Dan tidak juga aku menjadi penyembah dengan cara yang kamu telah sembah.
Dan tidak (juga) kamu akan menjadi penyembah-penyembah dengan cara yang aku
sembah.”
 menegaskan bahwa Nabi saw. tidak mungkin akan menyembah
ataupun taat kepada sembahan-sembahan mereka, baik yang
mereka sembah hari ini dan besok maupun yang pernah mereka
sembah kemarin. Rupanya, apa yang mereka sembah hari ini
dan esok berbeda dengan apa yang mereka sembah kemarin.
 ayat kelima berbicara tentang cara beribadat: “Aku tidak
pernah menjadi penyembah dengan (cara) penyembahan kamu,
kamu sekalianpun tidak akan menjadi penyembah-penyembah
dengan cara penyembahanku. Cara kaum muslimin meyembah
adalah berdasarkan petunjuk Ilahi, sedang cara kaum musyrikin
adalah berdasarkan hawa nafsu mereka.
Ayat 6 “Bagi kamu agama kamu, bagiku agamaku.”

Ayat ini menetapkan cara pertemuan dalam kehidupan


bermasyarakat antara kaum muslimin dengan kaum
musyrikin yakni: Bagi kamu secara khusus agama kamu.
Agama itu tidak menyentuhku sedikitpun, kamu bebas
untuk mengamalkannya sesuai dengan kepercayaan kamu
dan bagiku juga secara khusus agamaku, akupun mestinya
memeroleh kebebasan untuk melaksanakannya, dan kamu
tidak akan disentuh sedikitpun olehnya.
Khusus yang dimaksud adalah masing-masing agama
biarlah berdiri sendiri dan tidak perlu dicampurbaurkan.
Selain itu ayat ini juga mempersilahkan mereka menganut
apa yang mereka yakini. Apabila mereka telah
mengetahui tentang ajaran agama yang benar dan
mereka menolaknya serta bersikeras menganut ajaran
mereka, silakan. Kelak di hari Kemudian masing-masing
mempertanggungjawabkan pilihannya.
“Mungkin kami yang benar, mungkin
juga kamu; mungkin kami yang
salah, mungkin juga kamu. Kita
serahkan saja kepada Tuhan untuk
memutuskannya. Wa Allah A’lam.”
Isi Kandungan
 Secara umum Islam memberikan pengakuan terhadap realita
keberadaan agama-agama lain dan penganut-penganutnya. Disamping
dari kalimat "Lakum diinukum waliya diin", makna tersebut juga
diambil firman Allah yang lain seperti "Laa ikraaha fid-diin", yang
berarti Islam mengakui adanya kebebasan beragama bagi setiap orang,
dan bukan kebebasan mengganggu, mempermainkan atau merusak
agama yang ada.
 Dan karenanya, Islam membenarkan kaum muslimin untuk berinteraksi
dengan ummat-ummat non muslim itu dalam bidang-bidang kehidupan
umum.
 Namun di saat yang sama Islam memberikan ketegasan sikap ideologis
berupa baraa’ atau penolakan total terhadap setiap bentuk kesyirikan
aqidah, ritual ibadah ataupun hukum, yang terdapat di dalam agama-
agama lain.
 Maka tidak boleh ada pencampuran antara
Islam dan agama-agama lain dalam bidang-
bidang aqidah, ritual ibadah dan hukum.
 Begitu pula antar ummat muslim dan ummat
kafir tidak dibenarkan saling mencampuri
urusan-urusan khusus agama lain.
 Kaum muslimin dilarang keras ikut-ikutan
penganut agama lain dalam keyakinan aqidah,
ritual ibadah dan ketentuan hukum agama
mereka.
 Ummat Islam tidak dibenarkan melibatkan diri
dan bekerja sama dengan penganut agama lain
dalam bidang-bidang yang khusus terkait
dengan keyakinan aqidah, ritual ibadah dan
hukum agama mereka.   
Contoh Perilaku yang Mencerminkan
Toleransi Umat Beragama
 Dalam kehidupan bermasyarakat
1. Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara
pemeluk agama.
2. Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan.

 Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


1. Merasa senasib sepenanggungan.
2. Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau
nasionalisme.
3. Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
4. Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
5. Menghindari Terjadinya Perpecahan
6. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai