1. Penambahan Ketetapan Majelis permusyawaratan rakyat sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan
dan hierarkinya ditempatkan setelah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Perluasan cakupan perencanaan perundang-undangan yang tidak hanya untuk Prolegnas dan prolegda melainkan
juga perencanaan peraturan pemerintah, peraturan presiden dan peraturan perundang-undangan lainnya.
3. Pengaturan mekanisme pembatasan rancangan Undang-Undang tentang pencabutan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
4. Pengaturan naskah akademik sebagai suatu persyaratan dalam penyusunan rancangan undang-undang atau
rancangan peraturan daerah Provinsi dan rancangan peraturan daerah Kabupaten/Kota.
5. Pengaturan mengenai keikutsertaan perancang peraturan perundang-undangan, peneliti dan tenaga ahli dalam
tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan; dan
6. Penambahan teknik penyusunan naskah akademik dalam lampiran I Undang-Undang ini.
KETETAPAN MPR NO. III/MPR/2000 PADA PASAL 3
AYAT (6) BERBUNYI “KEPUTUSAN PRESIDEN YANG
BERSIFAT MENGATUR DIBUAT OLEH PRESIDEN
UNTUK MENJALANKAN FUNGSI DAN TUGASNYA
BERUPA PENGATURAN PELAKSANA ADMINISTRASI
NEGARA DAN ADAMINISTRASI PEMERINTAH”.
PASAL 4 AYAT (1) BERBUNYI ”SESUAI DENGAN TATA
URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INI,
MAKA SETIAP ATURAN HUKUM YANG LEBIH
RENDAH TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN
ATURAN HUKUM YANG LEBIH TINGGI”.
PERATURAN LAMA VS PERATURAN
BARU
BARU
LAMA (KEBIJAKAN)
KONSITITUSI
TIDAK SEWENANG-WENANG
KELUWESAN
KETERBATASAN TINDAKAN
MEMUAT ATURAN-ATURAN POKOK
GARIS BESAR SEBAGAI INSTRUKSI KEPADA PENYELENGGARA KEKUASAAN
NEGARA.
UUD MEMERINTAHKAN KEPADA UU
TEORI “ DIE STUFENORDNUNG DER
RECHTSNORMEN (HANS NAWIASKY)
GRU
ND
NOR
M
GRUNDGESETZA
(peraturan Dasar)
VERORDNUNGEN (Peraturan
Pelaksana)
Norma lebih tinggi dari pada peraturan pelaksana, dan norma
sangsinya lebih berat berupa sangsi moral akan tetapi pelaksana
sangsinya lebih kongkrit, oleh karena itu muatan materi peraturan
perUU terasa lebih mendesak dan lebih diperlukan secara praktis.
UUD 1945
materi muatan :
1. HAM
2. KEKUASAAN NEGARA
3. ORGANISASI DAN ALAT KELENGKAPAN NEGARA
DIATUR DENGAN UU
UNDANG-UNDANG
Muatan Materi:
CATATAN:
1. PP dapat dibentuk meski UU yg bersangkutan tegas-tegas memintanya
2. PP tdk blh lebih luas/menambahakan drpd materi UU
3. Sangsi pidana harus diatur dengan UU
KEPUTUSAN PRESIDEN, Materi Muatan:
Keputusan” Kpenetapan dan Peraturan diperintahkan oleh
PP
Menurut Attamimi:
1. asas-asas pembentukan peraturan
2. perundang-undangan yang patut terdiri atas, cita hukum Indonesia,
3. Asas Negara berdasar atas hukum, asas pemerintahan berdasar sistem
4. konstitusi dan asas-asas lainnya
a. Kejelasan tujuan;
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. Dapat dilaksanakan;
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Kejelasan rumusan; dan
g. Keterbukaan
Pasal 6: Materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan asas:
a. Pengayoman;
b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
f. Bhinneka Tunggal Ika;
g. Keadilan;
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan /atau
j. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan .