Anda di halaman 1dari 24

RUANG LINGKUP, ASAS,

MUATAN MATERI TEKNIK PER


UU
pengertian Perundang-undangan sebagai
berikut:
 Peraturan Perundang-undangan merupakan keputusan tertulis yang
dikeluarkan Pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang, berisi
aturan tingkah laku yang bersifat mengikat umum.
 Merupakan aturan-aturan tingkah laku yang berisi ketentuan-
ketentuan mengenai hak, kewajiban, fungsi, status, atau suatu
tatanan.
 Merupakan peraturan yang mempunyai ciri-ciri umum-abstrak atau
abstrak-umum, artinya tidak mengatur atau tidak ditujukan pada
objek, peristiwa atau gejala konkret tertentu.
MATERI MUATAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
1. Periode pertama pada UUD NRI 1945 pada 19 Oktober 1997, menetapkan
tiga jenis:
 Undang-undang
 Peraturan pemerintah pengganti undang-undang (PERPU)
 Peraturan pemerintah
2. Hierarki peraturan perundang-undangan berdasarkan Undang-Undang No. 1
Tahun 1950, sebagai berikut:PARLEMENTER
 Undang-undang dan peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
 Peraturan Pemerintah,
 Peraturan Menteri.
3. Hierarki peraturan perundang-undangan berdasarkan Ketetapan MPRS
No XX/MPRS/1966.

 Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945


 Dekrit 5 Juli 1959
 Undang-Undang Dasar Proklamsi
 Surat Perintah 11 Maret 1966
4. Lampiran II tentang “tata urutan perundang-undangan Republik Indonesia
menurut undang-undang dasar 1945 dirumuskan sebagai berikut:
 UUD NRI 1945
 Ketetapan MPR
 Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
5. Hierarki peraturan perundang-undangan berdasarkan Ketetapan MPR No III/MPRS/2000:
 Undang-Undang Dasar 1945
 Ketetapan MPR RI
 Undang-Undang
 Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Peraturan Daerah.
6. Hierarki Peraturan Perundang-undangan berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011:
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Ketetapan MPR
 Undang-Undang/Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah
 Peraturan Presiden
 Peraturan Daerah Provinsi; dan
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
materi muatan baru yang ditambahkan dalam undang-undang ini, yaitu
antara lain:

1. Penambahan Ketetapan Majelis permusyawaratan rakyat sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan
dan hierarkinya ditempatkan setelah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Perluasan cakupan perencanaan perundang-undangan yang tidak hanya untuk Prolegnas dan prolegda melainkan
juga perencanaan peraturan pemerintah, peraturan presiden dan peraturan perundang-undangan lainnya.
3. Pengaturan mekanisme pembatasan rancangan Undang-Undang tentang pencabutan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
4. Pengaturan naskah akademik sebagai suatu persyaratan dalam penyusunan rancangan undang-undang atau
rancangan peraturan daerah Provinsi dan rancangan peraturan daerah Kabupaten/Kota.
5. Pengaturan mengenai keikutsertaan perancang peraturan perundang-undangan, peneliti dan tenaga ahli dalam
tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan; dan
6. Penambahan teknik penyusunan naskah akademik dalam lampiran I Undang-Undang ini.
KETETAPAN MPR NO. III/MPR/2000 PADA PASAL 3
AYAT (6) BERBUNYI “KEPUTUSAN PRESIDEN YANG
BERSIFAT MENGATUR DIBUAT OLEH PRESIDEN
UNTUK MENJALANKAN FUNGSI DAN TUGASNYA
BERUPA PENGATURAN PELAKSANA ADMINISTRASI
NEGARA DAN ADAMINISTRASI PEMERINTAH”.
PASAL 4 AYAT (1) BERBUNYI ”SESUAI DENGAN TATA
URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INI,
MAKA SETIAP ATURAN HUKUM YANG LEBIH
RENDAH TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN
ATURAN HUKUM YANG LEBIH TINGGI”.
PERATURAN LAMA VS PERATURAN
BARU

BARU
LAMA (KEBIJAKAN)
KONSITITUSI

 TIDAK SEWENANG-WENANG
 KELUWESAN
 KETERBATASAN TINDAKAN
 MEMUAT ATURAN-ATURAN POKOK
 GARIS BESAR SEBAGAI INSTRUKSI KEPADA PENYELENGGARA KEKUASAAN
NEGARA.
 UUD MEMERINTAHKAN KEPADA UU
TEORI “ DIE STUFENORDNUNG DER
RECHTSNORMEN (HANS NAWIASKY)
GRU
ND
NOR
M
GRUNDGESETZA
(peraturan Dasar)
VERORDNUNGEN (Peraturan
Pelaksana)
Norma lebih tinggi dari pada peraturan pelaksana, dan norma
sangsinya lebih berat berupa sangsi moral akan tetapi pelaksana
sangsinya lebih kongkrit, oleh karena itu muatan materi peraturan
perUU terasa lebih mendesak dan lebih diperlukan secara praktis.
UUD 1945
materi muatan :
1. HAM
2. KEKUASAAN NEGARA
3. ORGANISASI DAN ALAT KELENGKAPAN NEGARA

DIATUR DENGAN UU
UNDANG-UNDANG
Muatan Materi:

1. Perintah UUD untuk diatur dengan UU


2. Yang mengatur lebih lanjut dalam UUD dan dalam ketetapan MPR
3. Mengatur HAM
4. Mengatur hak dan kewajiban WN
5. Kekuasaan negara,termasuk kekuasaan peradilan dan hakim yang bebas.
6. Mengatur organisasi pokok lembaga-lembaga tertinggi negara
7. Mengatur pembagian daerah negara atas daerah besar dan kecil
8. Mengatur siapa WN dan cara memperoleh atau kehilangan WN
9. Hal-hal lain yang oleh ketentuan suatu UU ditetapkan untuk diatur lebih lanjut dg UU.
Peraturan Pemerintah
Materi Muatan:
Menjalankan UU peraturan yang diciptakan semata-mata untuk
menjalankan/menyelenggarakan UU semua materi UU yang perlu
dijalankan/diselenggarakan lebih lanjut atau dengan kata laian yang perlu
diatur lebih lanjut.

CATATAN:
1. PP dapat dibentuk meski UU yg bersangkutan tegas-tegas memintanya
2. PP tdk blh lebih luas/menambahakan drpd materi UU
3. Sangsi pidana harus diatur dengan UU
KEPUTUSAN PRESIDEN, Materi Muatan:
 Keputusan” Kpenetapan dan Peraturan diperintahkan oleh
PP

PERATURAN MENTERI, Materi Muatan:


 Kewenangan Presiden
 Bukan dr UU kecuali tdk akan dpt/tdk akan wajar bila diatur oleh
PP/KepRes.
 Tidak menedelegasikan peraturan lebih lanjut kecuali tdk akan dpt/tdk
akan wajar bila diatur oleh PP/KepRes.
PERATURAN BADAN, Materi Muatan:
 Dari UU yang bersangkutan dan semua usaha bersumber dari
UU terebut

PERATURAN DAERAH, Materi Muatan:


 Otonomi
 Tugas pembantu

* Tidak boleh bertentangan dengan peraturan umum, peraturan lebih tinggi


dan tidak boleh mengatur peraturan yang telah diatur dalam peraturan
perUU.
Prinsip dalam muatan materi PERUU

1. Prinsip wawasan negara hukum material


2. UUD menjadi pegangan pokok
3. UU tidak perlu banyak jumlahnya dan terperinci isinya
serta tegas.
4. Pelaksanaan teknis ada di peraturan dibawah UU
 Socrates, berpendapat bahwa hakikat hukum (Peraturan Perundangundangan adalah
keadilan.
 Plato, hakekat hukum dapat dikatakan adalah untuk ketertiban dan keamanan.
 Rousseau tokoh yang mengetengahkan teori kedaulatan rakyat berpendapat bahwa hakekat
undang-undang itu merupakan penjelmaan dari kemauan atau kehendak rakyat.
 Thomas Hobes, tanpa hukum manusia yang satu akan menjadi serigala bagi manusia yang
lain (homo homini lupus).
ASAS-ASAS PERUU

Menurut Attamimi:
1. asas-asas pembentukan peraturan
2. perundang-undangan yang patut terdiri atas, cita hukum Indonesia,
3. Asas Negara berdasar atas hukum, asas pemerintahan berdasar sistem
4. konstitusi dan asas-asas lainnya

Menurut Van der Vlies


 Asas-asas yang formal meliputi:
1. Asas tujuan yang jelas (beginselen van duidelijke doelstelling)
2. Asas organ/lembaga yang tepat (beginselen van het juiste organ)
3. Asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheids beginselen)
4. Asas dapatnya dilaksanakan (het beginselen van uitvoerbaarheid)
5. Asas konsensus (het beginselen van de consensus)
 Asas-asas yang materil meliputi:
1. Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar (het beginselen van duidelijketerminologie en
duidelijke systematiek)
2. Asas tentang dapat dikenali (het beginselen van dekenbaarheid)
3. Asas kepastian hokum (het rechts zekerheidsbeginselen)
4. Asas pelaksanaan hukum
5. asas perlakuan yang sama dalam hokum (het rechtsgelijkheids beginsel) sesuai keadaan individu
(het beginselen van individuele rechtsbedeling)
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan Pasal 5 UU
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-
undangan

a. Kejelasan tujuan;
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. Dapat dilaksanakan;
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Kejelasan rumusan; dan
g. Keterbukaan
Pasal 6: Materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan asas:

a. Pengayoman;
b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
f. Bhinneka Tunggal Ika;
g. Keadilan;
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan /atau
j. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan .

Anda mungkin juga menyukai