Anda di halaman 1dari 122

TEORI KUANTUM

{
 Muncul karena ketidakmampuan teori fisika
dalam menjelaskan beberapa fenomena fisik
yang muncul pada abad ke-19

Fenomena Radiasi benda hitam


TEORI
apa saja MEKANI
Perkembangan Teori
Efek foto listrik KA
KUANTU
Kuantum Efek compton M
Th.1905,
Alberth Th.1913,
Th.1900, Max Th.1924,
Eisntein : Niels
Planc : energi Louis de
efek Bohr :
dapat dibagi Broglie : teori
fotolistrik garis
menjadi tentang
yaitu energi spektrum
paket2 energi gelombang
cahaya dr atom
atau kuanta benda
datang dalam hidrogen
bentuk
kuanta yang
disebut foton

TEORI KUANTUM LAMA

TH.1925 MEKANIKA KUANTUM MODERN LAHIR


Perkembangan Ikatan Kimia
 Tahun 1916, Lewis & Langmuir serta Kossel
mengemukakan bahwa atom-atom unsur gas
mulia sukar bereaksi dengan atom lainnya
 Keadaan stabil unsur gas mulia disebabkan
karena keunikan konfigurasi elektron
 Unsur-unsur selain gas mulia membentuk
senyawa, maka konfigurasi elektron dari
atom-atom tersebut mengalami perubahan
menyerupai konfigurasi elektron gas mulia.
1. Elektron terluar memiliki peranan yang besar dalam
pembentukan ikatan
2. Ikatan terbentuk karena perpindahan satu atau lebih elektron
dari satu atom ke atom lainnya yang diikatnya
3. Ikatan terbentuk karena pemakaian bersama pasangan elektron
di antara dua atom yang berikatan
4. Atom yang terlibat dalam pembentukan ikatan akan memiliki
konfigurasi eletron serupa atom gas mulia

Beberapa teori tentang ikatan :


1. Notasi Penjumlahan dan Perkalian
y = a1 + a2 + . . . + ai + an (1)
x = a1 a2 . . . ai . . . am (2)
agar lebih sederhana, maka ditulis :

n
y   ai
i 1
y 
n

 ai
i 1
m
m x   ai
x   ai
i 1
i 1

Matematika (yang digunakan


dalam perhitungan kimia)
2. Sistem Koordinat
Tujuannya adalah untuk menentukan posisi secara tepat
suatu titik, kurva, atau permukaan dalam ruang

Z
a. Koordinat Cartesian
Paling sederhana dan
P(x,y,z)
diterapkan terhadap masalah
partikel dalam ruang. Titik P
dinyatakan dalam bentuk jarak
Y
sepanjang tiga sumbu
koordinat yang saling tegak
lurus yaitu sumbu Z,Y, dan X
X
b. Koordinat Polar Sferik
Titik P dinyatakan
dengan satu jarak r
dan dua sudut yaitu θ Z
dan φ
Hubungan antara P(r,θ,φ)
koordinat polar sferik r
dan koordinat cartes θ
pada titik P : Y
x = r sin θ cos φ φ
y = r sin θ sin φ
Z = r cos θ
X
c. Koordinat Silindris
Titik P diberikan oleh dua
jarak dan satu sudut. Z
Sudut φ yaitu sudut
azimut atau sudut
P(ρ ,φ, z)
lingkaran silindris. z
Hubungan antara
koordinat silindris dan
Y
koordinat cartes adalah : φ
ρ
X = ρ cos φ
y = ρ sin φ
X
z=z
d. Koordinat elipsoid
Digunakan untuk sistem yang melibatkan dua titik pusat A dan B,
terpisah sejarak R. Sudut Φ dan koordinat eliptis ditunjukkan :
rA  rB
 
R
r  rB
v A
R

Bentuk x,y,z dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan μ,ν, Φ :


x
R 2
2
 
1/ 2
 1 1 2  
1/ 2
cos 

R
 
1/ 2
y   2 1 1 2
2
 
1/ 2
sin 

R
z  
2
3. Vektor
Digunakan untuk menyatakan besaran fisik yang
mempunyai besaran skalar dan juga arah.
Panjang vektor memiliki besaran vektor dan besaran skalar
Vektor yang mempunyai panjang satu satuan dinamakan
vektor satuan.
Z Vektor jari-jari :
R = xi + yj + zk

k P

A
j B
Y
i -B

X
Penjumlahan vektor

A B Ditulis dalam bentuk komponennya :


+
A = Axi + Ayj + Azk; B = Bxi + Byj + Bzk
Maka :
C A+B=C C = A + B = (Axi + Ayj + Azk + Bxi + Byj + Bzk
A
= (Ax + Bx)i + (Ay + By)j + (Az + Bz)k
B

Pengurangan Vektor
Ditulis dalam bentuk komponennya :
A B A = Axi + Ayj + Azk; B = Bxi + Byj + Bzk
-
A-B=D Maka :
D = A + B = (Ax - Bx)i + (Ay - By)j + (Az - Bz)k
D
A
B
Diferensial Vektor

Suatu diferensial sederhana dari dR dx dy dz


vektor dapat diselesaikan dengan cara  i j k
dt dt dt dt
mendiferensialkan komponennya.
 Vx i  V y j  Vz k
R = xi + yj + zk

Vektor Gradien
R adalah posisi vektor suatu objek yang
diletakkan pada P(x,y,z), maka :
R = xi + yj + zk Diferensial total ϕ (x,y,z) d   dx   dy   dz
x y z
dR = dxi + dyj + dzk
   dR
dR
P(x,y,z)
Gradien ϕ (x,y,z)
MATRIKS
5. Bilangan Kompleks

Bilangan yang mengandung bilangan real dan bilangan imajiner (i). Contoh :
C = A + iB , nilai mutlak bilangan kompleks :
|C| = (C.C*) ½ = (A2 + B2 )1/2
C* = A-iB
C* adalah kompleks konjugat C
Misalkan : z = x + iy
Konjugat kompleks dari Z adalah : Z* = x – iy
Beberapa sifat yang berkaitan dengan konjugat kompleks
adalah sebagai berikut :
1. Z . Z* = (x1+ iy1) (x2 – iy2) = |Z|2
2. (Z1+Z2)* = Z1* + Z2*
3. (Z1Z2)* = Z1*Z2*
4. (Z1/Z2)* = Z1*/Z2*
Operasi aljabar bilangan kompleks

1. Penjumlahan atau pengurangan


Z1+Z2 = (x1+ iy1) + (x2+ iy2) = (x1 + x2) + i(y1+ y2)
Z1+Z2 = (x1+ iy2) - (x1+ iy2) = (x1 - x2) + i(y1- y2)
2. Perkalian
Z1 x Z2 = (x1+ iy1) x (x2+ iy2) = (x1x2 - y1y2) + i(x1y2+ x2y1)
3. Pembagian
( Z 2  0)

Z1 x1  iy1 x1  iy1 x 2  iy 2 x1 x 2  y1 y 2  x 2 y1  x1 y 2 
     i 2 
Z 2 x 2  iy 2 x 2  iy 2 x 2  iy 2 x2  y 2
2 2
 2x  y 2
2 
Persamaan Eular

Menurut Eular, untuk θ nyata nilai sinus dan cosinus dapat dikembangkan :
3 5 7
sin       
3! 5! 7!
2 4 6
cos   1    
2! 4! 6!

Ekspansi deret untuk variabel kompleks, diasumsikan serupa dengan variabel


nyata sebagai :
 n
x
e x
  dapat ditulis dalam bentuk
sehingga variabel kompleks
n  0 n!

 n
z
e 
z

n  0 n!
Jika Z=iθ, maka persamaannya menjadi :

(i ) n  2 i  3  4 i 5  6 i  7
e i
  1  i       
n 0 n! 2! 3! 4! 5! 6! 7!
 2 4   i  3 i 5 

 1    
    i     
 2! 4!   3! 5! 
 cos   i sin 
Persamaan eular

Jika dirubah ke dalam bentuk koordinat polar sterik diperoleh :


Z = x + iy = r(cos θ + i sin θ) = r eiθ
6. Operator

Operator adalah lambang yang menyatakan suatu operasi untuk melakukan sesuatu menurut lambangnya.
Sehingga suatu operator merupakan seperangkat perintah yang diwujudkan dalam batasan operator dan
pengoperasiannya selalu dalam bentuk
(operator)(fungsi) = tetapan (fungsi semula)
Suatu operator dilambangkan dengan huruf yang diberi topi diatasnya seperti :
 
Aturan aljabarnya : P dan Q

 
             2
P    dan Q     p Q    
 x  yz  y  xy x  y  xy
yz
xy
Operasi Operator Jenis operasi

Pengkuadratan X2 X dikuadratkan

Turunan terhadap x d/dx X didiferiansalkan

Integral terhadap x ∫()dx X diintegralkan

Hamiltonian untuk Ĥ
partikel tunggal
dalam 1 dimensi
 2 2
  v( x)
Hamiltonian untuk Ĥ 2m x
partikel tunggal 2 2
   v ( x, y , z )
dalam 3 dimensi 2m

Contoh jenis operasi matematik yang


dioperasikan pada suatu fungsi , f(x)
7. Fungsi eigen dan Nilai eigen
Persamaan nilai eigen berfungsi dalam penelusuran mekanika kuantum secara matematik. Fungsi eigen
dan nilai eigen diberikan sebagai berikut :


P f (qi )  pf (qi )
operator
Suatu tetapan disebut nilai eigen
Fungsi eigen dari operator

Nilai eigen merupakan suatu diferensial .


Contoh soal :
Tunjukkan bahwa fungsi Ae-ax adalah fungsi eigen dari operator d2/dx2 dengan nilai eigen adalah a2
Persamaan diferensial orde dua homogen dapat
dinyatakan sbb:
dengan k adalah tetapan
d2y
2
 k 2
y0
dx Dengan solusinya : y = emx
Hasil substitusi dari persamaan diatas adalah :
m2 + k2 = 0

8. Diferensial Orde dua homogen


Akar persamaan dari m2 + k2 adalah :
m2  k 2 
m2   k 2
m  1 k 2
m  ik

Sehingga solusi lengkap dari persamaan diferensial orde dua homogen adalah :

d2y
 k 2
y  0  y  e mx

dx 2
d 2 e mx
2
 k e 0
2 mx

dx
m 2  k 2  0  m  ik
y  A1e ikx  A2 e ikx  menggunakan persamaan euler
y  A1  cos kx  i sin kx   A2  cos kx  i sin kx 
y   A1  A2  cos kx   A1  A2  i sin kx
y  c cos kx  D sin kx
Pertanyaan dari Carolina Nahas
Pertanyaan dari Rambu Ana Awa
Pertanyaan dari Yayang
Pertanyaan dari Petrus
GEJALA KUANTUM
 Setiap benda akan memancarkan energi berupa
gelombang elektromagnetik (cahaya tampak)
dalam bentuk radiasi kalor.
 Benda hitam adalah benda yang menyerap
sekaligus memancarkan radiasi kalor secara
sempurna.
 Radiasi dipancarkan oleh seluruh benda yang
memiliki suhu, dan dipengaruhi oleh warna
permukaan.

RADIASI BENDA HITAM


Hukum Stefan - Boltzman

Josef Stevan seorang ahli fisika Austria dapat menunjukkan gejala


radiasi benda hitam melalui eksperimen.
Setiap benda memiliki kemampuan untuk meradiasikan energi
dalam bentuk gelombang-gelombang elektromagnetik yang disebut
emisivitas (e)
Permukaan benda yang sangat hitam memiliki nilai emisivitas
mendekati 1
Beberapa Pengamatan
 Intensitas radiasi total
seluruh panjang
gelombang meningkat
setara dengan suhu
pangkat empat
 Panjang gelombang

untuk tiap kurva


memiliki puncak yang
disebut sebagai λmaks .
Panjang gelombang
maksimum menurun
akibat suhu dinaikkan.
 Intensitas radiasi yang
Jika suhu makin tinggi, maka pada
dipancarkan oleh intensitas
suatu benda radiasi maksimum, panjang
memenuhi hukum gelombang (λm)
Stevan Boltzman yaitu atau frekuensi gelombang (fm) akan
bergeser.
:
Dimana:I= intensitas radiasi(
watt/m²). P = daya radiasi
 I = eT 4 ( watt). E=W= Energi radiasi
 P = eT A ( joule). e = emisivitas benda
4 4 /warna benda untuk benda
 E= W = eT A t hitam sepurna e=1.  =
konstanta stevan boltzman.
T= suhu (K). A= luas (m²)
dan t= waktu ( s)
Contoh soal
1. Tentukan daya radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda yang
memiliki luas 400 cm2 dan temperatur 127o C, jika diketahui
emisivitas benda 0,5
Jawab :
Dik : A = 400 cm2 = 0,04 m2
T = 127o C = 400 K
e = 0,5
Dit : P ?
P = eT4A = (0,5)(5,67x10-8 W/m2K4)(400 K)4 (0,04 m2)
= 29,0304 W
HUKUM PERGESERAN WIEN
 Menurut Wien, jika dipanaskan terus benda
hitam akan memancarkan radiasi kalor
yang puncak spektrumnya memberikan
warna-warna tertentu
 W. Wien merumuskan bahwa terjadi

pergeseran maksima maks sesuai perumusan


maks = c/T.
maks T = 2.898 x10-3 m K .

hubungan di atas dikenal sebagai hukum


pergeseran Wien.
Pada percobaan radiasi benda hitam, Planck menyimpulkan
bahwa cahaya terdiri dari paket energi yg disebut kuanta
atau foton. Dan tiap foton mempunyai energi sebesar :
h.c
E  h. f atau E

Dimana :
h = konstanta Planck = 6,6253x10-34 J.s
f = frekuensi cahaya (Hertz)
c = kecepatan cahaya (= 3x108 m/s)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
Pada panjang gelombang berapa suatu benda pada suhu kamar
(200) dapat mengemisi radiasi panas maksimum? Berapa suhuh
yang harus dicapai agar puncak radiasi termal berada dalam
spektrum warna merah ?

Contoh soal :
EFEK FOTOLISTRIK

Adalah pemancaran elektron2 dari permukaan logam, jika


logam tsb disinari cahaya atau gelombang EM.
Bila seberkas cahaya mengenai permukaan logam maka
akan terpancar lektron dari permukaan logam tsb dengan
energi kinetik :
Ek  hf  hf 0
c Ek c= Energi kinetik elektron
Ek  h  hf
h = energi foton
 0
hf0 = energi ambang bahan

Jadi efek fotolistrik dapat terjadi jika f > f0 atau λ < λ0.
 Cahaya tampak dikenal sebagai salah satu
bagian dari radiasi gelombang EM
 P. Lenard (1902) melakukan percobaan yang
membuktikan bahwa gelombang cahaya
memiliki sifat seperti partikel
 A. Einstein (1905) mengemukakan teori efek
fotolistrik
 partikel pembawa energi disebut foton

EFEK FOTOLISTRIK
Efek Fotolistrik
 Cahaya merah
monokromatik
diarahkan pada
elektroda negatif (K) A K

 Arus listrik tidak

akan mengalir atau


terbaca di pengukur
arus
Cahaya biru
monokromatik
diarahkan pada
elektroda negatif (K)
Arus listrik akan
mengalir dan terbaca di

pengukur arus ••
( Ammeter ) ••
A e •K

Efek Fotolistrik
Persamaan Energi
 Energi foton/cahaya yg datang E=hf = hc/
 Energi E diubah menjadi ( w + Ek )

 w = h fo = fungsi kerja, energi yang diperlukan untuk

melepaskan elektron dari logam


 Ek =½ mv² = energi kinetik elektron yang terpancar

 Besarnya energi kinetik elektron (Eke) sama dengan

besarnya energi listrik (W listrik ) yang dihasilkan oleh


effeck foto listrik
2qV
 Eke = Wlistrik
v
 ½mv² = qV q =me = muatan e-
 Frekuensi f  f ambang/batas dari cahaya yang
digunakan
 Panjang gelombang    ambang dari cahaya
yang digunakan

Syarat terjadinya Efek foto listrik


EFEK COMPTON
Menurut Compton radiasi yang terhambur
mempunyai frekuensi lebih kecil dari pada radiasi
yang datang dan juga tergantung pada sudut
hamburan.
Dari analisis Compton, hamburan radiasi
elektromagnetik dari partikel merupakan suatu
tumbukan elastik.
E'=hc/'

{
E=hc/

Ek=mc²

h
Besarnya perubahan panjang    '  1  cos  
gelombang  mo c
Peristiwa efek compton adalah peristiwa hamburan yang timbul
jika radiasi (sinar X) berinteraksi dengan partikel (elektron)
Tumbukan dianggap lenting sempurna sehingga memenuhi hukum
kekekalan energi

E + mec2 = E’ + Ee Ee = hf – hf’ + mec2

Karena dianggap sebagai materi, foton mempunyai momentum,


sehingga tumbukan antara foton sebagai materi dan elektron
memenuhi hukum kekekalan momentum
p = E/c = hf/c

Pada arah sumbu x (searah dengan datang foton ) berlaku :


p  p' cos   pe cos   p 2  p'2 cos 2   2 pp'cos   pe2 cos 2 

Pada arah sumbu y (tegak lurus arah datang foton) berlaku :

p ' sin   pe sin   p' sin   p sin 


2 2 2
e
2
 Jumlah dari kedua persamaan momentum tersebut
adalah :

Dengan hub.antara momentum dan frekuensi, maka :

p'  p'  2 pp' cos   p


2 2
e
Jika nilai energi elektron dan momentum elektron
disubstitusikan,maka:
(E + mec2 – E’)2 = c2(p2 – 2pp’ cos θ p’2) + me2c4

Berdasarkan hubungan relativitas :


Setelah disederhanakan, persamaan tersebut menjadi :
 Elektron akan tetap diam pada salah satu orbitnya jika
tidak ada energi yang diradiasikan
 Jika diberi radiasi, maka elektron akan berpindah ke

lintasan lain
 Perpindahan elektron dari satu lintasan ke lintasan

lainnya akan menghasilkan gelombang elektromagnetik


dengan panjang gelombang tertentu

SPEKTRUM ATOM
Spektrum terbagi atas :

a. Kontinu : cahaya dengan semua


panjang gelombang. Sumbernya
berasal dari zat padat dan zat cair
b. Garis : cahaya dengan beberapa
warna saja dengan bentuk garis-
garis paralel. Sumbernya berasal dari
gas yang berpijar.
Deret spektrum pertama kali dijelaskan oleh Balmer
(1885)

Rumus Balmer untuk panjang gelombang dalam deret adalah :


R = tetapan Rydberg : 1,097 x 107 m-1
Deret Lyman (ultra ungu)

Deret Paschen (inframerah) :

Deret Brackett :
Deret Pfund
Model Atom Bohr

Kekurangan Tidak dapat


menjelaskan :
Efek Zeeman

Keunggulan dapat menjelaskan: Spektrum garis yang

 kestabilan atom dipancarkan oleh atom


 spektrum garis pada atom berelektron banyak
hidrogen Beberapa garis spektrum

memiliki intensitas lebih besar


dari garis spektrum yang lain
Bilangan kuantum
Dalam teori kuantum, keadaan stasioner tidak
dinyatakan dalam satu bilangan bulat n,
l
melainkan dinyatakan dengan sekumpulan
bilangan kuantum. Ada empat bilangan kuantum:
 bilangan kuantum utama (n)

 bilangan kuantum orbital ( )

 bilangan kuantum magnetik l (m )


 bilangan kuantum spin (ms) l
1. Elektron dapat mengelilingi inti atom dengan lintasan
lingkaran yang teratur tanpa memancarkan radisai
elektromagnetis. Lintasan lingkaran ini memiliki momentum
anguler yaitu :
2πr = nλ de Broglie ....... (1)
2πr = nh/mv
mvr = nh/2 π ..........(2)

n = bil.kuantum
Postulat Bohr : utama
h = tetapan Planck
(6,63x10-34 Js
h

mv
h

e
m
4 o mr
dengan mengkuadratkan dan mengakarkan
persamaan diatas maka :
Sehingga 4 o elektron
h jari-jari r dapat dihitung :

e m
n 4 o r
 2rn
h m
n 2 h 2 o
rn 
me2
bila n  1, maka kita masukkan angka :
ao  r1  5,292 x10 11 m  0,5292 amstrong
rn  n 2 ao
 Energi elektron pada suatu lintasan tertentu dirumuskan :

2. Tiap-tiap lintasan memiliki energinya


masing-masing.
Dengan mensubsitusikan persamaan jari-jari elektron ke energi tiap
elektron maka didapat :

-13,6
En = eV
n2

h = tetapan Planck = 6,626 x 10 -34 J.s


k = tetapan = 9 x 10 9 Nm2C-2
m = massa elektron = 9,1 x 10 -31 kg
e = muatan elektron 1,6 x 10 -19 C
p = 3,14
eo = 8,85 x 10 -12 C2N-1 m-2
DASAR – DASAR
MEKANIKA KUANTUM
Cahaya memiliki sifat dualisme yaitu sebagai
partikel dan gelombang
Partikel dalam bentuk paket energi :
proton, neutron
Gelombang gelombang
elektromagnetik (sinar X)

DUALISME MATERI
Menurut de Broglie, energi radiasi bersifat gelombang dalam
gerakannya dan memiliki sifat materi. Sehingga de Broglie
merumuskan hubungan antara sifat gelombang dan sifat partikel :

h h
  atau  
p mv
dengan h adalah konstanta Planck = 6.626 x 10-34 J sec.
Aplikasi hubungan de Broglie
Efek Fotolistrik adalah

percobaan yang menampilkan


sifat partikel dari gelombang
cahaya

Difraksi elektron adalah


percobaan yang menampilkan


sifat gelombang dari partikel
 Difraksi elektron merupakan salah satu
contohcahaya bersifat sebagai gelombang

Skema representasi kondis Bragg

DIFRAKSI ELEKTRON
Saat gelombang monokromatik x-ray atau
monoenergetic elektron mengenai suatu kisi kristal,
maka akan terhamburkan dengan sudut hamburan
yang sama dengan sudut datang dan terdapat
perbedaan panjang lintasan. Jika perbedaan
panjang lintasan tersebut merupakan keseluruhan
bilangan dari panjang gelombang, maka akan
terjadi interferensi konstruktif dan menghasilkan
intensitas maksimum .Persamaan dasar untuk
keadaan intensitas maksimum pada difraksi x-ray
atau elektron tersebut disebut sebagai hukum Bragg,
yang dinyatakan sebagai berikut.
nλ = 2dsinθ

Berkas elektron yang dipantulkan dengan sudut φ yang sesuai


dengan kondisi Bragg dihubungkan dengan persamaan :


d  a sin
2
Energi elektron yang dipercepat dari suatu tegangan dinyatakan
sbb :
Ek = ½ mv2 = p2 / 2m

Sehingga hub.antara hipotesis de Broglie dan momentumnya :

1 7430
p  2mEk  2mc Ek 
2
eV
c c
Elektron memiliki massa yang sangat kecil dan
memiliki pergerakan yang sangat cepat sehingga
tidak memungkinkan untuk mengukur kecepatan
dan posisi elektron
Jika suatu eksperimen dilakukan untuk
mengukur kecepatan elektron, maka posisi dari
elektron tidak teliti

KETIDAKPASTIAN HEISENBERG
 Prinsip Ketidaktentuan

• Tahun 1927, Heisenberg menjawab pertanyaan ini


dan memperkenalkan suatu prinsip yang
mengejutkan.
Prinsip Ketidaktentuan Heisenberg:
ika pengukuran posisi sebuah partikel dilakukan dengan ketelitian
Dx dan pengkuran momentum linier dilakukan secara simultan deng
ketelitian Dpx, maka produk dari kedua ketelitian tersebut tidak akan
ebih kecil dari h/4p.
h 
xpx  
4 2

Secara fundamental tidak mungkin kita dapat mengukur posisi


dan momentum linier secara simultan dengan ketelitian tinggi!!!
Prinsip Ketidaktentuan Heisenberg
 Interpretasi prinsip ketidaktentuan:
• Tinjau “gedanken experiment”:
Kita mencoba mengukur posisi dan
momentum elektron seakurat mungkin
menggunakan mikroskop canggih.

Jika momentum foton datang adalah


h /  , maka ketidaktentuan maksimum
momentum elektron setelah tumbukan
adalahp  h / .
x
Dari sifat foton sebagai gelombang,
dapat ditentukan posisi elektron dengan
x  
ketelitian , sehingga
xp x  h
• Bentuk lain prinsip ketidaktentuan:

h 
Et  
4 2
PERSAMAAN GELOMBANG
Jika seutas tali yang cukup panjang digetarkan
sehingga pada tali terbentuk gelombang transversal
berjalan. Gelombang merambat dari titik A sebagai
pusat koordinat menuju arah sumbu x positif.
Secara matematik getaran tersebut dapat ditulis :
y(x,t) = f(x) φ(t) (1)
f(x) : fungsi panjang kawat tidak bergantung
waktu ; φ(t) : fungsi waktu yang tidak bergantung
panjang.
Simpangan gelombang diberikan persamaan :
y = A sin ωt y = A sin
ω = 2πf = 2π/T 2πψ
Persamaan gelombang mempunyai bentuk umum :
d2y 1 d2y
2
 2 2 (2)
dx c dt
engan mensubstitusikan persamaan 1 ke persamaan 2, menghasilkan

d2y 1 d2y
2
 2
dx c dt 2 (3)
d 2 f ( x )  (t ) 1 d 2 f ( x) (t )
2
 2
dx c dt 2
c 2 d 2 f ( x) 1 d 2 (t )
 Dibuat dalam 1 variabel
f ( x) dx 2
 (t ) dt 2
d 2 y
2
 K 2
y  0
dx

d 2
 (t )   2
 (t )  0
dt 2
Fungsi terhadap waktu
d 2
f ( x)

 2
f ( x)
 0
dx 2 c2

(4)
Dibuat dalam bentuk diferensial orde 2 homogen

Fungsi terhadap panjang kawat

Memakai solusi PD orde dua homogen


 (t )  A sin t  B cos t (5)
Frekuensi gerak melingkar
Hubungan antara
Dengan menggunakan
frekuensi gerak
penyelesaian pers euler maka
melingkar dengan
:  i 2   i 2 
frekuensi bukan gerak f ( x)  A exp  x   B exp   x (8)
     
melingkar , maka pers 4
dapat
d 2 f ( xditulis:
) 4 2 2 (6) atau
 f ( x)  0
dx 2
c 2 2 2
f ( x)  C sin x  D cos x (9)
 
Karena c2/ʋ2 = λ2, maka
persamaan 6 dapat Jika nilai x = 0 dan x = a, maka pers 9:
ditulis : 2 2
d f ( x) 4
2 2 f ( x)  C sin a  D cos 0
 2 f ( x)  0  
(7)
dx 2
 2
f ( x)  C sin a

2
C sin a0

Untuk gelombang sinus Persamaan gelombang stasioner:
stasioner dengan modus 2
  C sin x (12)
getaran normal , maka : 
n Fungsi gelombang
f ( x)  C sin x (10)
a
Persamaan nilai eigen :
Penyelesaian fungsi d2  4 2 
    2   (13)
 
2
gelombang pers 1 dx 
merupakan gabungan
pers.5 dan
n
10
y ( x, t )  C sin x A sin 2t  B cos 2t  (11)
a
Tahun 1926, Erwin Schrodinger menggunakan
sifat gelombang de Broglie untuk suatu partikel
untuk menentukan energi total, E, suatu partikel
yang bergerak dalam medan potensial ,V,
sebesar :
E=T+V

T = energi kinetik partikel


E = energi total (14)
V = energi potensial

Persamaan Schrodinger
Gerakan partikel memiliki
sifat gelombang sehingga
pers.13 dapat menggantikan
jika momentum partikel adalah panjang gelombang de
Broglie pada pers. 17
p, panjang gelombang
(15) λ = h/p,
d 2 4 2
dan kecepatan, v= f λ, maka :  
dx 2 2
dan
h2
T 
Dengan ħ=h/2π dan ω = 2πf, 2m 2
Dengan nilai energi (17)
kinetik :

1 2 p2
T  mv 
2 2m
4 4dx 2 Jika energi potensil V,
  2  
2

d d 2 maka energi kinetik


dx 2 partikel adalah :
T=E-V
substitusikan Sehingga persamaan gelombang menjadi :
h2 h2
T  h 2 1 d 2
2m 2
  4 2 dx 2  E V   2
2m  8 m  dx 2
 d 2
 
d 2 8 2 m
h2  ( E  V )  0
T dx 2
h 2 19
 8m 2 dx 2
d 2
h 2 d 2 Persamaan 19 merupakan
T  persamaan Schrodinger bebas
8m 2 dx 2
h 2 1 d 2
waktu yang bergerak pd satu
T  18 dimensi
8m 2  dx 2
Persamaan Schrodinger bebas waktu untuk partikel yang bergerak
dalam tiga dimensi dapat ditulis sebagai berikut :

d 2 d 2 d 2 8 2 m
2
 2
 2
 2
( E  V )  0
dx dy dz h
atau
2m
   2 ( E  V )  0
2


SISTEM MEKANIKA KUANTUM
Partikel Bebas
Berdasarkan HK 1 Mekanika Newton : suatu benda akan
tetap diam atau bergerak terus dengan kecepatan tetap
sampai ada suatu gaya yang beraksi terhadap benda
tersebut
V=0 Jika tidak ada gaya yang
mempengaruhi benda
Partikel bebas dalam arah-X
tersebut , maka benda
tersebut memiliki keadaan
nisbi yang disebut dengan
partikel bebas dengan energi
potensial V = 0 untuk seluruh
ruang
Untuk partikel bebas yang
bergerak sepanjang sumbu-X, Untuk mendapat momentum
komponen momentum sepanjang menurut mekanika
sumbu-y dan sumbu-Z adalah 0. kuantum , maka diperlukan
Hubungan antara energi total dan operator momentum yang
momentumnya adalah :
dioperasikan terhadap fungsi
gelombang partikel bebas.
E  T V (V  0) Persamaan 1 diganti dengan
operator momentum
T 1 / 2 mv 2
 h d d
1 2 P   i dengan   h / 2
E Px 2i dx dx
2m
Px  2m E ........................(1)  2 d
P x   2
................. (2)
dx 2
Substitusikan persamaan 2 Oleh karena nilai E tetap, maka solusi
ke dalam persamaan 1 persamaan 3 menggunakan persamaan
untuk memperolah diferensial orde dua yang memiliki 2 solusi,
persamaan Schrodinger yaitu :
sistem partikel bebas
 1  e ikx dan  2  e  ikx
2 mE x / 
Px  2mE  1  A ei
K  2mE / 
 2 i 2 mE x / 
P x  2mE 2 Be
d2 Bila operator momentum
 2
2
 2mE
dx dioperasikan terhadap fungsi
gelombang
 2 d 2
  E  d 1 d 1
2m dx 2
P x  1   i   i 2mE / 
dx dx
d 2  2mE 
  2   0   2mE 
   P x  1   i  i  1
2 ..........(3)
dx
  

P x  1  2mE  1
..............(4)
Ψ1 artinya gerakan partikel pada Gunakan persamaan euler
arah-x positif dengan kecepatan untuk menyelesaikan
tetap sebesar √2mE dan Ψ2 artinya persamaan 5
gerakan partikel dalam arah yang
e ikx  cos kx  i sin kx
berlawanan
Untuk E > 0, maka berlaku
e ikx  cos kx  i sin kx .......(6)

persamaan ; Nilai cosinus memiliki


fungsi gelombang sebesar
Ψx = Ψ1 + Ψ2 ...........(5) 2π/λ, shg pers. 7 memiliki
= A e ikx + A e –ikx
solusi :
Sehingga pers.6 dapat ditulis sbb : 2 2
cos x  cos kx   2mE / 
 x  A (cos kx  i sin kx)  B (cos kx  i sin kx) 
2
    h / 2
 x  A cos kx  A i sin kx  B cos kx  B i sin kx 2mE

 x  A cos kx  B cos kx 2 (h / 2 )
   h / 2mE
2mE
 x  ( A  B ) cos kx ..............(7)
  h / Px .........(8)
Untuk partikel bebas dalam ruang tiga dimensi, partikel bergerak pada
sumbu X,Y,Z. Persamaan Schrodinger untuk partikel bebas dalam ruang
3 dimensi sbb :

Ψ = Ψ(x,y,z)

 2   2 ( x, y, z )  2 ( x, y, z )  2 ( x, y, z ) 
E  x, y, z         V ( x, y, z )  (9)
2m  x 2
y 2
z 2

Karena V(x,y,z) = 0 untuk seluruh kkordinat , maka pers.9 menjadi


 2  2 ( x, y, z )  2 ( x, y, z )  2 ( x, y, z )
E ( x, y, z )     0
2m x 2
y 2
z 2

 2 ( x, y, z )  2 ( x, y, z )  2 ( x, y, z ) E ( x, y, z ) 2m
   
x 2 y 2 z 2 2
 2 ( x, y, z )  2 ( x, y, z )  2 ( x, y, z ) 2mE ( x, y, z )
   0  (10)
x 2
y 2
z 2
 2
Karena pada persamaan 10 mengandung 3 besaran , maka tidak
dapat diselesaikan secara langsung. Persamaan tersebut
disederhanakan dengan cara pemisahan besaran

Ψ(x,y,z) = X(x). Y(y). Z(z) ............(11)

Substitusikan pers.11 ke dalam pers.10

 2 X ( x)Y ( x) Z ( z )  2 X ( x )Y ( x) Z ( z )  2 X ( x)Y ( x) Z ( z ) 2mE X ( x)Y ( x ) Z ( z )


  
x 2 y 2 z 2 2
0
X ( x)Y ( x) Z ( z )
1 d 2 X ( x) 1 d 2Y ( y ) 1 d 2 Z ( z ) 2mE
   2 0  (12)
X ( x) dx 2
Y ( y ) dy 2
Z ( z ) dz 2

Pers 4.12 dipisahkan berdasarkan suku masing-masing

1 d 2 X ( x) 2mEx 1 d 2Y ( y ) 2mEy 1 d 2 Z ( z ) 2mEz


 0  0  2 0
X ( x) dx 2  2
Y ( y ) dy 2
 2
Z ( z ) dz 2 
.........13)
Penyelesaian dari pers.13 adalah :

Untuk variabel X Untuk variabel Y.........??????

X ( x)  N x e ix 2 mEx / 
........(14)

Jika V(x) = Vo, maka solusi


Untuk variabel Z.........??????
pers. Schrodinger :
2 mEx Vo / 
X ( x)  N x e ix ........(15)
Partikel dan Penghalang Potensial

Tinjau suatu partikel bebas dengan massa ,m, bergerak


pada sumbu-x positif dalam medan potensial tetap.
V(x)
Pada daerah 1 :
Vx = 0 untuk - ∞<X≤0
I II
Pada daerah 2 :
Vx = V0 untuk 0≤X<+∞ V=0 V=Vo
Dengan V0 >0 X
X=0
=V0 partikel berhenti (T diubah menjadi V Partikel dengan penghalang
potensial
partikel akan bergerak ke arah X positif melewati penghalang potensial (E-
<V0 partikel akan dipantulkan ke arah X negatif
 2 1 2m
daerah 1: 2
 2 E 1  0
dx 
Jika
Jika E>V
E>V00 ,, persamaan
persamaan Schrodinger
Schrodinger
untuk
untuk daerah
daerah 11 dan
dan 22 adalah
adalah ::  2 2 2m
daerah 2 : 2
 2  E  V0  2  0  (16)
Penyelesaian untuk pers. 16 dx 
memakai diferensial orde dua
homogen 2mE
K1 

daerah 1 :  1  A exp (ik 1 x)  B exp (ik 1 x) 2 m( E  V0
K2  ......(18)
daerah 1 :  2  C exp (ik 2 x)  D exp (ik 2 x) ......(17) 

Syaratnya gelombang
Ψ2=C exp (ik2x) + D exp (-ik2x)
harus berperilaku baik,
maka nilai D = 0 , Ψ2 harus Ψ2=C exp (ik2x) + 0 exp (-ik2x)
hilang pada X tak hingga, Ψ2=C exp (ik2x)
Ψ2=C exp (k2x)
..........(19)
shg pers.17, menjadi:
Jika ada partikel yang dapat melewati penghalang potensial, maka fungsi
gelombang partikel harus kontinu pada x=0. akibatnya persamaan 17 dan
19 menjadi :
Ψ1=A exp (ik1x) + B exp (-ik1x) Ψ2=C exp (k2x)
Ψ2=A exp (ik10) + B exp (-ik10) Ψ2=C exp (k20)
Ψ2= A + B Ψ2=C

Ψ1 = Ψ 2 A+B= C ........(20a) Jika pers.20a dan 20b


Turunannya : A – B = (K2/K1) C ........(20b) digabungkan akan
mendapat :
Intensitas partikel yang dipantulkan atau
dilewatkan dapat ditulis dalam bentuk 1 k 
A  1  2 C
perbandingan kuadrat tetapannya 2 k1 

 k1  k 2  2
2
B
 .......(22a) 1  k2 
B 1  C
A
2
 k1  k 2  2 2  k1 
 ( 21)

2 2
 2 k1  B C
2 2
C  1
 2 2
A
2
 k1  k 2  2 .......(22b) A A .......(22c)
Jika
Jika E<V
E<V00,, maka
maka pers.Schrodinger
pers.Schrodinger :: Berdasarkan syarat
gelombang, nilai C exp (iβx)
 2 1 2m tidak boleh terjadi karena
daerah 1:  2 E 1  0
dx 2
 energi akan berkurang secara
eksponensial, sehingga nilai
 2 2 2m
C=0. maka pers. 24 menjadi :
daerah 2 :  2 V0  E  2  0  (23)
dx 2 
Ψ1=A exp (iαx) + B exp (-iαx)
Ψ1=A exp (iα.0) + B exp (-iα.0)
Penyelesaian untuk pers. 23
Ψ1 = A + B
.....(26)
d.1 Ψ1=A exp (iαx) + B exp (-iαx)
Ψ2=C exp (iβx) + D exp (-iβx)
d.2 Ψ2=C exp (iβx) + D exp (-iβx) .....(24) Ψ2 = 0 + D exp (-iβ.0)
Ψ2 = D
2mE


2m(Vo  E )
.....(25) Ψ1+Ψ2 => A + B = D
 Turunan pertama : .....(27)

A-B = (iβ/ α)D
Penggabungan dari pers. 27 menghasilkan :

   i     i 
A  D; B   D ...(28)
 2   2 

Dengan demikian :

   i    i 
2 2
D 4 2 B
 2 DAN  1
A
2
  2
A
2
  i   i  ...(29)

Untuk partikel yang Untuk partikel yang


menembus menembus
penghalang potensial penghalang potensial
dan harus dipantulkan
kembali
Partikel
Partikel dalam
dalam Kotak
Kotak 1-dimensi
1-dimensi
Andaikan suatu partikel bermassa m
digerakkan pada arah sumbu-X dari
nilai X=0 sampai X=a dan V diluar
V=∞ V=0
V=∞ kotak ditetapka takhingga. V didalam
kotak =0. keadaan seperti ini disebut
sumur potensial
X=0 X X=a Persamaan Schrodinger untuk
partikel di luar kotak diberikan :
8 2 m
k  2 E
2
 (32) d 2 8 2 m
h 2
 2 ( E  )  0  (30)
dx h
Nilai k2 merupakan tetapan yang
Persamaan Schrodinger untuk partikel
bebas x Persamaan 31 menjadi :
di dalam kotak diberikan :
d 2
 k 2
  0  (33) d 2 8 2 m
dx 2
2
 2 E  0  (31)
dx h
Solusi dari persamaan 31 sbb : Ψ = C cos kx + D sin kx ......(34)

Fungsi gelombang harus merupakan fungsi kontinu pada titik – x,


sehingga fungsi harus konsisten dengan penyelesaian yang berada
di luar kotak. Pada tiap dinding kotak, yaitu pada X=o dan X=a,
fungsi gelombang harus 0, maka persamaan 34 menjadi :

Ψ = C cos kx + D sin kx Sin ka = 0 atau ka = nπ .....(36)


Ψ = C cos k. 0 + D sin k. a
Ψ = D sin ka = 0 .....(35)
Dari pers.32 dan 36
Penyelesaian pers.35 : dapat dihitung nilai
energi
8 m
2 n  h
2 2 2

Ψ = D sin ka = 0 k  2 E
2
2
Ψ = D sin (nπ/a)x .....(37) h E a
8 2 m
k 2h2
n = 0,1,2,3,..., E 2
8 m n2h2
E
( n / a ) 2 h 2 8ma 2 .....(38)
E
8 2 m
Jika energi potensial,V, didalam kotak tidak nol
melainkan suatu tetapan, maka spektra energinya :
n2h2
E 2
V Nilai n tidak boleh nol karena partikel selalu
8ma ...(39) berada dalam kotak. Oleh karena itu, energi
terendah dinamakan energi titik nol suatu
partikel di dalam kotak 2
h
Etitik nol 
8ma 2 ...(40)
Normalitas & Ortogonalitas
Fungsi gelombang untuk berbagai keadaan partikel di dalam kotak
diberikan pada persamaan 37. distribusi peluangnya adalah :
n
 n2  D 2 sin 2 x
a
n
a a

    xdx  1
2 2 2
n dx D sin Sin2 θ=1/2(1-cos 2θ)
0 0
a
a
1 a 1
a
2n  2 a 
0         2   1

2 2
dx n D dx cos xdx  D 0
2
 0 2 0
a 
atau
2
D ....(41)
a
Jadi, fungsi gelombang ternormalisasi di dalam kotak 1-D adalah :

2 n Misalkan fungsi gelombang


n  sin x ternormalisasi Ψn dan Ψ’n terkait
a a ....42 dengan dua keadaan partikel yang
berbeda di dalam kotak : n = n’ ,
maka
Fungsi gelombang untuk keadaan a

 b n dx  0
  '
sistem berbeda adalah ortogonal ....(43(
0

n n '
a a a
2 1  x x
0 n n a 0 a
         
' ' '
dx sin x sin dx  cos ( n n ) cos ( n n ) dx
a a 0 a a
a
1  a (n  n ' )x a (n  n ' )x 
  sin  sin  0
a  (n  n )
'
a (n  n )
'
a 0 .........(44)
Partikel
Partikel Dalam
Dalam Kotak
Kotak 3
3 Dimensi
Dimensi
Z Tinjau suatu partikel dalam kotak 3
dimensi yang memiliki panjang sisi a
satuan dan volume a3 satuan, energi
a potensial,V, dalam kotak dapat dianggap
nol (0) dan pada batas kotak dan diluar
kotak V dianggap takhingga.
a
a
X

Vx = 0 0 < x < a Vx = ∞ diluar definisi


Vy = 0 0 < y < a, Vy = ∞ diluar definisi
Y Vz = 0 0 < z < a, Vz∞ diluar definisi
Persamaan Schrodinger untuk fungsi gelombang dalam kotak 3-D
 2  2  2 8 2 m
2
 2  2  2
E  0 ........(45)
dx dy dz h

penyelesaian pers.45 menggunakan pemisahan variabel


Ψ(x,y,z) = f(x) . f(y) . f(z) ........(46) Substitusikan pers.46 ke dalam pers.45

 2  2 f ( x)
 f ( y) f ( z)
dx 2 x 2
 2  2 f ( y) ........(47)
 f ( x) f ( z )
dy 2
y 2
 2  2 f ( z)
 f ( x) f ( y )
dz 2
z 2
Substitusikan pers.47 ke dalam pers 45 kemudian di bagi
dengan (8π2m/h2) f(x) f(y) f(z), maka akan dihasilkan

h2 1  2 f ( x) h2 1  2 f ( y) h2 1  2 f ( z)
   E  0  (48)
8 m f ( x) x
2 2
8 m f ( y ) y
2 2
8 m f ( z ) z
2 2

Jika y dan z dibuat tetap dan x divariasikan, maka suku kedua, ketiga dan
keempat tetap. Hal ini mengakibatkan suku pertama harus merupakan
suatu tetapan, misalnya Ex, maka pers.48 dapat ditulis :

h2 1  2 f ( x)
 Ex Dengan :
8 m f ( x ) x
2 2

E = Ex = Xy + Ez ......(50)
h 2
1  f ( y)
2
 Ey
8 2 m f ( y ) y 2
h2 1  2 f ( z)
 Ez
8 2 m f ( z ) z 2 ......(49)
Persamaan 49 merupakan bntuk persamaan dari fungsi gelombang di
dalam kotak 1-D dan syarat batasnya sama. Oleh karena itu, fungsi
gelombang ternormalisasdan spektrum energi yang terasosiasi adalah :

2 n
f ( x)  sin x x
a a .......(51)
dan
n x2 h 2
Ex  .......(52)
8ma 2

 ( x, y , z )  f ( x ) f ( y ) f ( z )
8 n x n y nz
 3
sin x sin y sin z  (53)
a a a a

E  Ex  Ey  Ez 
 n 2
x 
 n y2  n z2 h 2
 (54)
2
8ma
STRUKTUR ATOM SERUPA HIDROGEN

Atom hidrogen adalah sistem atom yang paling sederhana yg terdiri dari
satu proton bermuatan positif dan satu elektron bermuatan negatif.

Atom lainnya yang dapat diperlakukan seperti atom hidrogen adalah ion
helium, ion litium, dan ion berelium

Atom hidrogen dan atom serupa lainnya terdapat antaraksi antara muatan
positif dari inti dan muatan negatif dari elektron yang mengakibatkan
energi potensial tidak tetap
Antaraksi Dua Partikel
Pada atom hidrogen , antaraksi antara dua partikel diasumsikan mengikuti
hukum Coulomb. Besarnya gaya antara pasangan partikel bermuatan ini adalah
:
Energi potensialnya (V(r))
e Ze
F 2  (1)
r r
Ze 2
V( r )    Fdr    (2)
e = Muatan elektron 
r
Ze = muatan inti
r = jarak antara inti Menurut mekanika klasik, energi untuk sistem
dua benda dengan massa ,m1, dan m2 memiliki
bentuk persamaan :

E
1
2m1
( Px1  Py1  Pz1 ) 
2 2 2 1
2m 2
 Px22  Py22  Pz22   V  x1 , y1 , z1 , x 2 , y 2 , z 2   (3)
Jika momenta diganti oleh operator mekanika kuantum terkait diperoleh
operator hamiltonian berikut

  2  2 2 2  2  2 2 2 
H   2  2  2    2  2  2   V ( x1 , y1 , z1, x 2 , y 2 , z 2 )  (4)
2m1  x1 y1 z1  2m2  x 2 y 2 z 2 

Untuk menyederhanakan enam koordinat cartesian dari energi potensial


tersebut diperlukan transformasi ke dalam tiga koordinat pusat massa: X,Y,Z
dan tiga koordinat internal : x,y,z
Z
Koordinat pusat massa (X,Y,Z)
m2(x2,y2,z2)
ditentukan bahwa julah momen massa
r pertama di sekitar usat massa harus
m1(x1,y1,z1) hilang pada setiap sumbu, jadi :
Y

Koordinat untuk gerak dua partikel


m1 x1  m2 x 2
m1 ( x1  X )  m2 ( x 2  X )  0 atau X 
m1  m2
m1 y1  m2 y 2
m1 ( y1  Y )  m 2 ( y 2  Y )  0 atau Y   (5)
m1  m2
m1 z1  m2 z 2
m1 ( x1  Z )  m 2 ( z 2  Z )  0 atau Z
m1  m 2

Untuk tiga koordinat internal (x,y,z) melalui :


x = x2 – x1; y = y2 – y1; z = z2 – z1

x1 dan x2 bergantung pada X dan x, maka :

  X    x    m1   
         
x1  x1  X  x1  x  m1  m2  X x
 2  m1      m1   
        
x1  m1  m2  X x   m1  m2  X x 
2
2
 m1  2 2m1 2 2
     2  (6)
x1  m1  m2  X
2
m1  m 2 X x x

Serupa dengan persamaan 6 maka untuk m2

 2  m 2   
    
x 2  m1  m2  X x 
2
 2
 m2  2 2m 2 2 2
     2  (7)
x 2  m1  m2  X
2
m1  m2 X x x
Jika kedua persamaan di atas digabungkan karena keduanya muncul
dalam persamaan hamiltonian, maka akan diperoleh

1 2 1 2 m1 2  2  2 1 2 m2 2  2  2 1 2
  
2 
   
2 
 
m1 x1 m2 x2  m1  m2  X  m1  m2  X x m1 x  m1  m2  X  m1  m2  X x m2 x 2
2 2 2 2 2

1 2  1 1  2
     2  (8)
m1  m2 X 2
 m1 m2  x

Operasi aljabar untuk y1,y2,z1,z2 pengerjaannya sama seperti untuk


X, sehingga persamaan Hamiltonian menjadi :
 2  2 2 2  2  2 2 2 
H     
2 
 2  2  2   V ( x, y, z )
2(m1  m2 )  X 2
Y 2
Z  2   x y z 

Dengan μ adalah massa tereduksi dari


sistem yang didefenisikan : m1  m2
  (10)
m1 m2
Persamaan Gelombang untuk gerak internal

Persamaan Hamiltonian dapat dipisahkan ke dalam 2 kelompok yaitu


kelompok pertama hanya bergantung X,Y,Z yg harganya selalu tetap
dan kelompok ke dua hanya bergantung pada x,y,z yg bersifat relatif.
Fungsi gelombangnya dapat ditulis dengan menggunakan teorema
pemisahan variabel

Ψtotal = Ψtranslasi (X,Y,Z) . Ψinternal (x,y,z) ...(11)

Etotal = Ψtranslasi + Ψinternal

2  2 2 2 
    
2  trans
( X , Y , Z )  Etrans trans ( X , Y , Z )  (12a)
2(m1  m2 )  X 2
Y 2
Z 

dan
2  2 2 2  
  2  2  2   V ( x, y, z ) int ernal  Eint ernal  int ernal  (12b)
 2  x y z  
Ψtrans merupakan fungsi gelombang yang massanya m1+m2 bergerak
pada pusat massa sistem. Etrans adalah energi translasi sistem

Ψinternal = Ψ(x,y,z) memberikan uraian tentang gerakan internal sistem.


Etinternal adalah energi gerak internal sistem

Persamaan 12b perlu ditransformasikan ke dalam koordinat polar sferik


dengan m1 terletak pada pusat massa dan m2 pada posisi,r,θ,ϕ.

x = r sin θ cos ϕ Bentuk diferensial dari operator


y = r sin θ cos ϕ
energi kinetik :
z = r cos θ . . . (13)
 r     
r x y z
2 2 2   
x x r x  x 

 2  1   2   1     1  2 
  r   sin     V (r )  E 14
2  r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2 
Dengan Ψ merupakan fungsi dari r, θ, ϕ. Unsur volum dalam koordinat polar sferik

d  r 2 sin  d d dr
batas int egrasi 0   ; 0    2 ; 0r

z
Energi potensial : V(r) = - Ze2/r

Persamaan 14 tidak dapat


diselesaikan secara langsung karena r
mengandung tiga fungsi gelombang θ
yang bergantung pada tiga fungsi
koordinat polar yang sangat y
ϕ
kompleks.
Untuk dapat menyelesaiakan
persamaan 14, maka diperlukan
pemisahan variabel sehingga tiap x
suku hanya bergantung pada satu
koordinat dari tiga koordinat yang ada
Persamaan 14 ditulis sebagai hasil kali tiga fungsi gelombang dan
masing-masing gelombang hanya bergantung pada satu koordinat

Ψ(r,θ,ϕ) = R(r) . Θ(θ) . Φ(ϕ) . . .(15)


Substitusi Persamaan 15 ke dalam persamaan 14
2  d  2 dR  d  d  d 2 
  sin    R sin   sin    R  V ( r ) R  ER
2
r 2 
2 r 2 sin 2   dr  dr  d  d  d 

Kemudian disusun ulang dan dibagi oleh Ψ=Rθϕ

 sin 2  d  2 dR  sin  d  d  1 d 2  2 r 2 sin 2 


 r   sin   2 
  E V (r )  0 16
 R dr  dr   d  d   d   2

Suku ketiga pada persamaan 16 hanya melibatkan fungsi ϕ dan koordinat


ϕ sehingga suku ketiga bebas dari variabel lain.misalkan, diambil suatu
tetapan sama dengan –m2 sehingga suku ketiga menjadi :

d 2 ( )
  m 2
 ( ) 17
d 2
Substitusi pers.17 ke dalam pers.16 kemudian dibagi dengan sin2 θ

1 d  2 dR  1 d  d  m 2 2r 2
r   sin    2  2  E  V  r  0
R dr  dr   sin  d  d  sin  

Misalkan, suku yang mengandung besaran θ sama dengan –β dan suku


yang mengandung besaran r sama dengan +β, maka diperoleh
persamaan:

1 d  d  m 2
 sin       0 18
sin  d  d  sin 
2

dan
d  2 dR  2r 2
r   2  E  V  r   R  R  0 19
dr  dr  
Penyelesaian Persamaan Φ(ϕ)

Penyelesaian dari pers 17 mengikuti persamaan diferensial orde dua, sbb:

     A e  im  B e im  20

Agar Φ berharga tunggal pada ϕ=0 yg identik dengan ϕ=2π, maka diperlukan
syarat batas yaitu, Φ(ϕ) = Φ(ϕ + 2π)

A e im  B e im  A e im(  2 )  B e  im(  2 )


 A e im e im2  B e im e im2
Syarat batas dapat dipenuhi jika e+im2π = 1 atau cos 2πm + i sin 2πm =
1
Φm (ϕ) = A eimϕ
. . .21

Untuk setiap harga numerik m kecuali nol, terdapat dua fungsi


gelombang untuk solusi pers 21 , dimana satu fungsi dengan nilai m
positif dan fungsi yang lain bernilai negatif. Tetapan m dinamakan
bilangan kuantum magnetik
Nilai A pada pers 21 dapat ditentukan dengan cara menormalisasi fungsi Φ, yaitu :
2 2

       d  1  d  1
 2
m m atau A
0 0

1
Fungsi ternormalisasi : Tetapan normalisasi: A
2
1
 m    e im . . .22
2

Penyelesaian dua fungsi kompleks dari pers 22 akan menghasilkan dua persamaan :

 1
 cos m 
 2
 
m     23
Dengan |m| = 1,2,3,.......

 1
sin m 
 2
Penyelesaian Persamaan ϴ(θ)

Persamaan 18 tidak memiliki penyelesaian nyata sebagai suatu persamaan


diferensial sederhana, tetapi menyerupai persamaan Legendre

1  X  Y ' '  2 XY '      1 Y  0


2
 24

Perubahan notasi pada pers 18 ϴ(θ) = P(z), dan z = cos θ

dz = -sin θ dθ sin2 θ = 1-z2

  1  z 2 
Menurut aturan rantai : d dz d d d
   sin 
d d dz dz dz

Dalam bentuk fungsi P(z), pers 18  m2 


dapat ditulis
d 
1 z 
2 dP 
    2 
P  0 atau
dz  dz   1 z 
Persamaan
dP  
Legendre 1  z  2  2 z dz     2
2 d 2P m2
 P  0  25
terasosiasi dz  1 z 
Jika nilai m=0 dan β=λ(λ+1)
Nilai λ = |m|, |m| +1; |m|+2,....,dst, persamaan 25 ditulis :

dP  m2 
1  z 
2 d 2P
dz 2
 2z      1 
dz 
P  0
1 z2 
 26

Gunakan metode polinom sehingga menghasilkan rumus rekursi

 v  m  v  m  1  
av 2  av  27
(v  1)( v  2)

Harga untuk setiap |m| dan β pada selang -1<z<+1 memiliki koefisien
konvergen untuk z=+1 atau -1 koefisiennya divergen akibatnya tidak
ada hubungan yang berarti untuk fungsi gelombang.
Agar gelombang berperilaku baik maka deret harus mengandung
bilangan hanya dengan suku berhingga yaitu dengan cara memecah
deret ke dalam deret genap dan deret gasal dalam bentuk zy dengan
mengganti :
Β =(v’ +|m|) (v’ +|m|+1), dimana v’ = 0,1,2,.........
Bilangan kuantum baru : λ = v’ +|m| . . .28

Nilai λ menjadi : |m|, |m|+1, |m|+2, ...... Β = λ (λ +1) . . .29


Sehingga karakter β menjadi
m
Bentuk umum pers Legendre m dm
terasosiasi yang berderajat λ dan P ( z )  (1  z )
2 2
m
P ( z )  30
dz
orde |m| dapat ditulis dalam
bentuk polinom
m 2 m 1 m

1  z  d P ( z )
m 2
 2( m  1) z
d P ( z )
m 1
     1  m  m  1
d P ( z )
m
 0  31
dz dz dz

m m
d 2 P ( z ) d P ( z )  m2  m
1  z 
2
 2z      1  P ( z)  0
2  
 32
dz 2
dz  1 z 

Persamaan diferensial dari fungsi Legendre terasosiasi Pλ|m| (z)


Hasil dari fungsi ϴ terasosiasi diungkapkan dalam bentuk ϴλ,m(θ)

2  1(  m )!
  , m    P (cos  )
m
 33
2(  m )!
Penyelesaian Persamaan R(r)

Anda mungkin juga menyukai