Pembelajaran
Kelompok 1
Nila Wati S. 10311.118
Yasmi 10311.119
Ary Wahardayanti 10311.113
Candra Ayu F. 10311.120
Yosi Kartikasari 10311.117
Ulfa Nadliroh 10311.107
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) adalah
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu.
Konsep Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono
(1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan
dilakukan oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan
Pada pokoknya pendekatan pembelajaran dilakukan
oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari
bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya
berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang
dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau
teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.
Pendekatan ini dilakukan sebagai strategi yang
dipandang tepat untuk memudahkan siswa
memahami pelajaran dan juga belajar yang
menyenangkan.
Pendekatan Konsep dan Pendekatan Proses
Pendekatan konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan
pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep
itu merupakan buah pemikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi
sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi
prinsip, hukum, dan teori.
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan
pengajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk
ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Dalam pendekatan proses ini, siswa tidak hanya
belajar dari guru, tetapi juga dari sesama temannya,
dan dari manusia-manusia sumber di luar sekolah.
Hasil belajar bukam hanya berupa penguasaan
pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan
melihat, menganalisis dan memecahkan masalah,
membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja.
Pendekatan Deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari
keadaan umum, keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran
yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti
dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip
umum itu kedalam keadaan khusus
Pendekatan Induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof
Inggris Prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan
kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkrit sebanyak
mungkin, sistem itu dipandang sebagai sistem berpikir yang
paling baik pada abad pertengahan yaitu cara induktif
disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai
begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Berpikir induktif ialah
suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dan khusus
menuju ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu dan berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan
bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis
fenomena.
Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah
laku kelass dan penyebaran pengetahuan dikontrol oleh
ditentukan oleh guru atau pengajar. Hakekat mengajar
menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai
objek yang menerima apa yang diberikan guru. Biasanya
guru menyampaikan informasi mengenai bahan
pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan
secara lisan. Komunikasi yang digunakan guru dalam
interaksinya dengan siswa, menggunakan komunikasi
satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Kegiatan belajar
yang bersifat menerima terjadi karena guru
menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat
ekspositori, baik pada tahap perencanaan maupun pada
pelaksanaannya.
Pendekatan Heuristik
Kata heuristic berasal dari bahasa Yunani yaitu “
heuriskein “ yang berarti “saya menemukan “.
Pengertian ini menurut Rusyan (1993:114) adalah
semacam fakta psikologis yang muncul sebagai kodrat
manusia yang memiliki nafsu untuk menyelidiki sejak
bayi. Strategi belajar mengajar heuristic adalah
merancang pembelajaran dari berbagai aspek dari
pembentukan system instruksional mengarah pada
pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan
sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka
butuhkan.
Pendekatan Kecerdasan
Munzert A. W (1994) mengartikan kecerdasan sebagai sikap
intelektual mencakup kecepatan memberikan jawaban, penyelesaian,
dan kemampuan memecahkan masalah. David Weschler memberikan
rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari
individu untuk bertindak, berfikir rasional dan berinteraksi dengan
lingkungan secara efektif. Binet mengelompokkan tingkat-tingkat
kecerdasan( intelegence Quotient-IQ) seperti berikut ini:
IQ 140-keatas : Jenius
120-139 : Cerdas sekali atau superior
110-119 : Cerdas
90-109 : Sedang/ normal/rata-rata
80-89 : Dibawah rata-rata/ lambat belajar
70-79 : Bodoh/ Daerah batas
50-69 : Feeble-minde/debil/moron
30-49 : Embisil
-29 : Idiot
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarakan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Motivasi Menciptakan Suasana Belajar