1
WITHOLDING TAX SYSTEM
•Menghitung
W
A
•Memotong/
JI
B
P •memungut pajak pihak
A lawan transaksi
J •menyetorkan
A
K
2
PPH
PEMOTONGAN
PEMUNGUTAN
3
Pemotongan/pemungutan kredit pajak
PPh yang oleh pihak lain
diperkirakan
akan terutang Pembayaran pajak oleh Angsuran pajak
wajib pajak sendiri tahun berjalan
20
PPh terutang
untuk tahun pajak ybs
4
PPH PASAL 21 / 26
PPH PASAL 21 / 26
5
PPH PASAL 21
ATAS
PEKERJAAN/JABATAN
JASA
KEGIATAN
7
SKEMA PENGHASILAN
PENGHASILAN
(UANG & NATURA)
PEKERJAAN
JASA
KEGIATAN
PEMOTONG PENERIMA
PENGHASILAN
OBJEK PPh
8
OBYEK PPH PASAL 21/26
9
OBYEKOBYEK PPH21/26
PPH PASAL PASAL 21/26
7. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang
diberikan oleh :
1. Bukan Wajib Pajak
2. WP yang dikenakan PPh Final atau
3. WP yang dikenakan PPh berdasarkan NPK
CATATAN
a) Penghitungan PPh pasal 21 atas natura didasarkan harga
pasar/nilai wajar
b) Penghasilan yang diterima dalam mata uang asing,
didasarkan pada nilai tukar/kurs yang ditetapkan Menteri
Keuangan yang berlaku pada saat terutang.
10
BUKAN OBYEK PPH PASAL 21/26
1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan
asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dari Wajib
Pajak/Pemerintah termasuk PPh yang ditanggung pemberi kerja.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada Dana Pensiun yang
disahkan Menkeu
4. Iuran JHT/THT yang dibayarkan kepada Badan Penyelenggara
Jamsostek
5. Zakat yang diterima OP yang berhak dari BAZ/LAZ yang telah
disahkan Pemerintah atau
6. sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Ind yang diterima oleh orang pribadi yang berhak
dari lembaga yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
7. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat 3 UU PPh.
11
PEMOTONG
PPh Pasal 21/26
1. Pemberi kerja
2. Bendahara/Pemegang Kas Pemerintah
3. Dana Pensiun, Badan Penyelenggara Jamsostek
4. Orang pribadi yang melakukan keg. usaha/pek. bebas
5. Penyelenggara kegiatan
13
TIDAK TERMASUK SEBAGAI
PEMOTONG PPH PASAL 21/26
1. Kantor perwakilan negara asing
2. Organisasi Internasional yang telah ditetapkan
Menteri Keuangan sebagai bukan subjek pajak
3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak
melakukan keg usaha/pek bebas yang semata-
mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau bukan
dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
14
PENERIMA TIDAK DIPOTONG
PPh PASAL 21
PENGHASILAN
574/KMK.04/2000
1. Pegawai, tetap/tidak tetap 1. Bukan WNI
2. Penerima pesangon, manfaat 2. Tidak melakukan keg usaha di Indonesia
pensiun, tunjangan/jaminan hari 3. Terdapat asas timbal balik
tua (termasuk ahli warisnya)
3. Bukan Pegawai
4. Peserta Kegiatan
15
BUKAN PEGAWAI
1.tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2.pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan,
sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya;
3.Olahragawan
4.penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5.pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6.pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7.agen iklan;
8.pengawas atau pengelola proyek;
9.pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
10.petugas penjaja barang dagangan;
11.petugas dinas luar asuransi;
12.distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;
16
PESERTA KEGIATAN
17
CARA MENGHITUNG PPH PASAL 21
PEGAWAI TETAP
Penghasilan Bruto xxx
Pengurang :
biaya jabatan (xxx)
iuran pensiun/THT (xxx)
xxx
Penghasilan netto sebulan xxx
Penghasilan netto setahun xxx
Pengh Tidak Kena Pajak xxx
Penghasilan Kena Pajak xxx
PPh terutang setahun xxx
PPh terutang sebulan xxx
Catatan :
1. Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto (max. Rp. 500.000.-/bulan)
2. Iuran pensun/THT/JHT adalah iuran kepada dana pensiun/jamsostek yang
dibebankan kepada pegawai 18
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)
• Rp. 54.000.000.- untuk diri Wajib Pajak
• Rp. 4.500.000.- tambahan untuk WP yang kawin
• Rp. 54.000.000.- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
dioabung dengan penghasilan suami
• Rp. 4.500.000.- tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah/semenda dalam garis keturunsn lurus serta anak angkat
yang menjadi tanggungn sepenuhnya. (maks. 3 orang)
Mulai berlaku 22 Juni 2016
19
PENGHASILAN NETTO
SETAHUN/DISETAHUNKAN
Untuk pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektifnya sudah ada sejak
awal tahun, namun mulai bekerja setelah bulan Januari atau berhenti
bekerja sebelum bulan Desember, PPh Pasal 21 terutang dihitung
berdasarkan jumlah seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh,
baik yang bersifat teratur maupun tidak teratur, selama pegawai tetap
yang bersangkutan bekerja pada pemotong pajak.
20
BESARNYA PTKP BAGI
KARYAWATI
• Kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
• Tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri + PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya
• Ada keterangan tertulis dari kecamatan bahwa suami tidak
menerima/memperoleh penghasilan, PTKP untuk dirinya sendiri +
status kawin + PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya
21
CARA MENGHITUNG PPH PASAL 21
PENERIMA PENSIUNAN BERKALA
Penghasilan Bruto xxx
Biaya pensiun xxx
Penghasilan netto sebulan xxx
Penghasilan netto setahun xxx
Pengh Tidak Kena Pajak xxx
Penghasilan Kena Pajak xxx
PPh terutang setahun xxx
PPh terutang sebulan xxx
Catatan : Biaya pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto (max. Rp. 200.000.-/bulan)
22
CARAMENGHITUNG
CARA MENGHITUNGPPH
PPHPASAL
PASAL21
21
PEGAWAI TIDAK
PEGAWAI TIDAK TETAP TETAP
YANG PENGHASILANNYA DIBAYAR SECARA BULANAN
YANG PENGHASILANNYA DIBAYAR SECARA BULANAN
atau
atau
TELAHMELEBIHI
TELAH MELEBIHIRp.
Rp.6.000.000.-
6.000.000.-SEBULAN
SEBULAN
PPhterutang
PPh terutang==(Upah
(UpahBruto
Brutodisetahunkan
disetahunkan––PTKP
PTKP))xxtarif
tarifpasal
pasal17
17
PPhPasal
PPh Pasal21
21dipotong
dipotong == PPh
PPhTerutang
Terutang//12
12
23
CARAMENGHITUNG
CARA MENGHITUNGPPH
PPHPASAL
PASAL21
21
PEGAWAI TIDAK
PEGAWAI TIDAK TETAP
TETAP
(TENAGAKERJA
(TENAGA KERJALEPAS)
LEPAS)
PPhterutang
PPh terutang==[Upah
[Upah––(Rp.
(Rp.150.000.-
150.000.-xxjumlah
jumlahhari)]
hari)]xx5%
5%
24
CARA MENGHITUNG PPH PASAL 21
BUKAN PEGAWAI
• Berkesinambungan
• Telah BerNPWP
• Penghasilan dari Hub Kerja
• Tidak punya pengh lain
KUMULATIF
Catatan :
Jika tidak memenuhi syarat di atas,maka tidak berhak atas PTKP bulanan.
25
CARA MENGHITUNG PPH PASAL 21
BUKAN PEGAWAI
• Tidak Berkesinambungan
26
KETENTUAN bagi BUKAN PEGAWAI
TERTENTU
1.Dalam hal bukan pegawai memberikan jasa dengan :
2.Dalam hal bukan pegawai adalah dokter yang melakukan praktik di rumah sakit
dan/atau klinik maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa
dokter yang dibayarkan pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum
dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.
27
PPH PASAL 21 ATAS
imbalan kepada peserta kegiatan
antara lain berupa
• uang saku,
• uang representasi,
• uang rapat,
• honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun,
• imbalan sejenis dengan nama apapun.
Catatan :
1. Perhitungan tersebut tidak berlaku dalam hal jumlah
penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender telah
melebihi PTKP sebulan untuk diri Wajib Pajak sendiri.
2. Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender
telah melebihi Rp 6.000.000,- PPh Pasal 21 dihitung dengan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.
29
CARA MENGHITUNG PPh PASAL 21
1. Honorarium yang diterima dewan komisaris/dewan
pengawas yang tidak merangkap pegawai tetap pada
perusahaan yang sama
2. Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima
mantan pegawai
3. Penarikan dana pada dana pensiun yang disahkan Menkeu
30
PPH PASAL 21 FINAL
atas
Uang pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan
Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua
31
PPH PASAL 21 FINAL
15 %
PNS gol. II/d ke bawah
U ALI
KEC anggota TNI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah
33
Pasal 1
Pemungut
Pajak Penghasilan Pasal 22
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran baik di tingkat
Pusat ,Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan Lembaga negara
lainnya.
3. Bendahara pengeluaran
4. Kuasa Pengguna Anggaran atau Pejabat penerbit Surat Perintah Membayar
yang diberi delegasi oleh KPA
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak
6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
34
Pajak Penghasilan Pasal 22 Pasal 2
IMPOR
a. Atas impor :
1. yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% (dua
setengah persen) dari nilai impor;
2. yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari
nilai impor;
3. yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual
lelang;
b. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam butir 2,3, dan 4
sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian.
c. Atas penjualan hasil produksi atau pembelian bahan-bahan sebagaimana
dimaksud dalam butir 5,6 dan 7 berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
d. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan
API sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1 sebesar 0,5% (setengah
persen) dari nilai impor.
Catatan :
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk yaitu Cost
Insurance and Freight (CIP) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya dengan dikenakan
35
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di bidang impor.
Pajak Penghasilan Pasal 22 Pasal 2
IMPOR
c. Atas impor :
1. yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% (dua
setengah persen) dari nilai impor;
2. yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari
nilai impor;
3. yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual
lelang;
b. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam butir 2,3, dan 4
sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian.
c. Atas penjualan hasil produksi atau pembelian bahan-bahan sebagaimana
dimaksud dalam butir 5,6 dan 7 berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
d. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan
API sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1 sebesar 0,5% (setengah
persen) dari nilai impor.
Catatan :
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk yaitu Cost
Insurance and Freight (CIP) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya dengan dikenakan
36
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di bidang impor.
PPh PASAL 22 IMPOR
Bendahara/KPA
• Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat Pusat
ataupun di tingkat Daerah
• Bendahara pengeluaran
• Kuasa Pengguna Anggaran atau Pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh KPA
• Mekanisme :
Penyalur atau agen wajib menyetor PPh Pasal 22 Final melalui bank
persepsi sebelum penebusan DO (Delivery Order) ke Pertamina atau
Perusahaan Penyedia Premix tersebut.
39
Badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri tertentu
• Mekanisme :
• Pabrikan produk berupa semen, baja, dan kertas wajib memungut PPh
Pasal 22 dari distributor/penyalurnya pada saat transaksi penjualan
produk-produk tersebut
• Tiap kali dilakukan pemungutan harus dibuatkan bukti pungut.
40
PPh Pasal 22
atas
Pedagang Pengumpul
• Badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan,
perkebunan, pertanian, dan perikanan ditunjuk sebagai Pemungut Pajak
Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri
atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul
• Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 sebesar 0,25% (Nol koma lima persen)
dari harga pembelian
• Tiap kali dilakukan pemungutan harus dibuatkan bukti pungut.
• PPh Pasal 22 tersebut terutang dan dipungut pada saat pembelian dan
disetor ke kas negara paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya
41
TIDAK BER-NPWP
Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang
ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada
tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat
menunjukkan Nomor Pokok wajib Pajak
42
PPh FINAL
PPh Pasal 4 (2)
PPh Pasal 15
43
KARAKTERISTIK
44
1. Jasa Konstruksi
• Dasar hukum
PP Nomor 51 Tahun 2008 tanggal 20 Juli 2008
• Mulai Berlaku
1 Januari 2008
• Tarif
• 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
• 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
• 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
• 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
• 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha
45
Penyedia Jasa
=
bentuk usaha tetap
46
CARA PENGENAAN
47
DASAR PENGENAAN
2. DISETOR SENDIRI
48
DASAR PENGENAAN
• Dalam hal terdapat selisih kekurangan Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Nilai
Kontrak Jasa Konstruksi dengan Pajak Penghasilan berdasarkan pembayaran yang telah
dipotong atau disetor sendiri, selisih kekurangan tersebut disetor sendiri oleh Penyedia Jasa.
• Dalam hal Nilai Kontrak Jasa Konstruksi tidak dibayar sepenuhnya oleh Pengguna Jasa, atas
Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut tidak terutang Pajak Penghasilan
yang bersifat final, dengan syarat Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut
dicatat sebagai piutang yang tidak dapat ditagih .
• Piutang yang tidak dapat ditagih tersebut merupakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang PPh.
• Dalam hal piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih di atas, dapat ditagih kembali, tetap
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
49
KETENTUAN PERALIHAN
50
2. Bunga Deposito/Tabungan
• Dasar hukum
• PP Nomor 131 Tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000
• Mulai Berlaku
• 1 Januari 2001
• Objek
• bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
• bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri
melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia.
• Tarif
• 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap WP dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap.
• 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau tarif berdasarkan P3B yang
berlakuterhadap Wajib Pajak Luar Negeri.
51
2. Bunga Deposito/Tabungan (lanjutan)
• Pengecualian
1. bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia sepanjang
jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank lndonesia tersebut tidak melebihi
Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang
dipecah-pecah;
2. bunga data diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
3. bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia yang diterima
atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana
Pensiun;
4. bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan
sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, untuk dihuni sendiri.
5. orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri yang seluruh penghasilannya dalam 1 (satu)
tahun Pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi PTKP. (dapat direstitusi)
52
3. Hadiah Undian
• Dasar hukum
PP Nomor 132 Tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000
• Mulai Berlaku
1 Januari 2001
• Objek
Hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun
• Tarif
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah bruto hadiah undian
• Pemotong
Penyelenggara undian
53
4. Persewaan Tanah dan/atau bangunan
• Dasar hukum
PP Nomor 5 Tahun 2002 tanggal 23 Maret 2002
• Mulai Berlaku
1 Mei 2002
• Objek
persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor,toko, rumah toko, gudang dan industri
• Tarif
10% x jumlah bruto nilai sewa
• Mekanisme
• Dalam hal penyewa sebagai Pemotong Pajak, wajib dipotong Pajak Penghasilan oleh penyewa.
• Dalam hal penyewa bukan sebagai Pemotong Pajak, maka Pajak Penghasilan yang terutang wajib
dibayar sendiri oleh orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan.
54
PPh PASAL15
URAIAN % KET.
1. Perusahaan Pelayaran DN 1.2% Temasuk penyewaan kapal yang dilakukan dari :
Satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia;
sebaliknya;
Pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan lainnya di luar
negeri.
2. Perusahaan Penerbangan DN 1.8% pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat daari
suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan atau dari
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri
berdasarkan perjanjian carter
3. Perusahaan Pelayaran/ 2.64% pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu
penerbangan LN yang pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau pelabuhan di
Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
Melakukan Usaha Melalui BUT
di Indonesia
4. Wajib Pajak Luar Negeri yang 0.44% semua pendapatan yang diterima atau diperoleh wajib pajak
Mempunyai BUT Perwakilan luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau
Dagang Asing di Indonesia
badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia
55
PPh Pasal 23
56
PEMOTONG
PPh PASAL 23
PIHAK YANG
PEMOTONG
DIPOTONG
Badan Pemerintah WP Dalam Negeri
Subjek Pajak Badan Dalam Bentuk Usaha Tetap
Negeri
Penyelenggara Kegiatan
Perwakilan Perusahaan LN
pembukuan
OP yang ditunjuk Dirjen Pajak
57
PPh PASAL 23
• Dividen
• Bunga
• Royalti 15 % x jumlah bruto
• Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya
(selain yang telah dipotong PPh pasal 21)
59
DVIDEN
YANG BUKAN OBYEK PAJAK
1. Dividen/bagian laba yang diterima/diperoleh PT,
BUMN/BUMD dan Koperasi dengan syarat :
berasal dari cadangan laba ditahan
tingkat kepemilikan saham minimal 25% dari jumlah modal disetor
(khusus PT, BUMN dan BUMD)
2. dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) UU PPh; karena
bersifat final 10%
3. Bagian laba yang diterima/diperoleh anggota dari CV
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, Firma,
persekutuan, perkumpulan dan kongsi termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektifi;
60
BUNGA
61
ROYALTY
1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan,
kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau
proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial
atau hak serupa lainnya;
2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial,
komersial, atau ilmiah;
3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial,
atau komersial;
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan
penggunaan atau hak menggunakan hak‐hak tersebut pada angka 1, 2 dan 3,
berupa:
a. penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik,
atau teknologi yang serupa;
b. penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
c. penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio
komunikasi;
5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films),
film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio;
dan
6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan
atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak‐hak lainnya
sebagaimanatersebut di atas
62
HADIAH
HADIAH DAN
DAN PENGHARGAAN
PENGHARGAAN
• Hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima
atau diperoleh orang pribadi/badan yang pemberiannya melalui cara
undian.
Tarip : 25 % X Nilai Hadiah
63
SEWA DAN PENGHASILAN LAIN
SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA
64
Jasa Lain
yang dikenakan PPh Pasal 23
a. Jasa penilai (aPPraisal);
b. Jasa aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan dan atestasi laporan keuangan.
d. Jasa perancang (design)
e. Jasa pengeboran dibidang penambangan migas, kecuali yang dilakukan oleh BUT
f. Jasa penuniang di bidang penambangan migas;
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i. Jasa penetrangan hutan;
j. Jasa pengolahan limbah;
k. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
l. Jasa perantara dan/atau keagenan;
m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan
KPEI;
n. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
p. Jasa mixing film;
65
Jasa Lain
yang dikenakan PPh Pasal 23
q. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan pemeliharaan
dan Perbaikan;
r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, lisfrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh.Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
s. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin peralatan listrik,telepon, air, gas,
AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan
oleh Waiib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
t. Jasa maklon;
u.Jasa penyelidikan dan keamanan;
v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
66
Jasa Lain
yang dikenakan PPh Pasal 23
w. Jasa pengepakan;
x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam
media masa, media luar ruang atau media lain
untuk penyampaian informasi;
y. Jasa pembasmian hama;
z. Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa. Jasa catering atau tata boga.
67
Tidak dikenakan PPh Pasal 23
1.Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2.Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi
(capital lease).
3.Dividen
a. Dividen yang dibayarkan atau terutang kepada Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Yayasan atau
sejenisnya, BUMN/BUMD, yang merupakan wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia, sepanjang :
Dividen tersebut berasal dari cadangan laba yang ditahan ;
dalam hal penerima dividen adalah Perseroan Terbatas, BUMN, dan BUMD, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
b. dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) UU PPh;
karena bersifat final 10%
4.bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i; yaitu bagian laba yang
diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektifi;
5.Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh Koperasi kepada angotanya.
6.penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi
sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
68
Pajak Penghasilan
Pasal 25
PEMOTONG PAJAK
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
Yang melakukan pembayaran kepada WP LN selain BUT di
Indonesia
REKONSILIASI/KOREKSI
RUGI-LABA FISKAL
Studi Kasus SPT PPh WP Badan
92
Definisi Rekonsiliasi (Koreksi) Fiskal
93
Beda Tetap ( Permanen)
94
Beda Tetap ( Permanen)
95
Beda Waktu/ Sementara
96
Koreksi Positif dan Negatif
Contoh soal :
Data laporan keuangan PT. Fast tahun 2018 (dalam
Rp)
97
Penjualan 1.250.000.000
HPP 500.000.000
Penghasilan Bruto Usaha 750.000.000
Biaya Operasional :
1. Gaji 55.000.000
2. Tunjangan Transpor Karyawan 45.000.000
3. Makan kantor 6.000.000
4. Pengobatan ditanggung perusahaan 20.000.000
5. Training Karyawan 15.000.000
6. Seragam Satpam 12.000.000
7. Saksi adm pajak 10.000.000
8. Pengangkutan 4.500.000
9. Bunga pinjaman 7.000.000
10. Cadangan penghapusan piutang 5.000.000
11.Jamuan tamu tanpa daf.normatif 10.000.000
12. Listrik dan Telpon kantor 24.000.000
13. PBB dan Bea Meterai 3.000.000
14. Penyusutan Aktiva Tetap 40.000.000
15. Premi Asurani Kebakaran Pebrik 10.000.000
16. Bantuan HUT RI 5.000.000
Total Biaya Operasional 271.500.000
Laba Usaha 478.500.000
Pendapatan lain-lain:
1. Dividen (20%) PT. Jaya (setelah PPh) 85.000.000
2. Sewa mobil box (stlh PPh) 9.700.000
3. Keuntungan selisih kurs 5.000.000
4. Penerimaan Pengembalian PBB 5.000.000
5. Jasa giro Bank Mandiri (sblm PPh) 2.000.000
Total Pendaptan lain 106.700.000
Laba Usaha sebelum PPh 585.200.000
98
Keterangan tambahan :
Keterangan tambahan :
Diminta :
1. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT Fast
2. Berapakah Penghasilan Neto Fiskal
3. Berapakah PPh Penghasilan untuk tahun pajak 2018
4. Isikanlah SPT 1771 wajib pajak Badan / PT Fast
99