Anda di halaman 1dari 14

PENANGANAN KOMPLIKASI

KEBIDANAN DAN BAYI BARU


LAHIR DENGAN HIPOGLIKEMIA

Oleh :  Kelompok 6
1. WIDANARTI
2. AMBAR WINASTUTI
3. ARI HARYANI
4. SRI SUMARNI
5. SITI MARYAM
6. SUDARSIH
LATAR BELAKANG
Angka kejadian hipoglikemia di Indonesia secara
umum belum tercatat karena hipoglikemia bukan
merupakan kelainan namun merupakan suatu
kegawatdaruratan yang harus segera diatasi.
Kejadian hipoglikemia biasanya tidak terlihat,
bayi biasanya hanya diam dan pasif tidak banyak
bergerak dan disangka tidur, maka dari itu
banyak yang tidak mengetahui bahwa bayi
tersebut sedang mengalami hipoglikemia.
A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia merupakan istilah yang digunakan
ketika kadar gula darah bayi di bawah rata-rata
bayi seusia dan memiliki berat badan sama.
Adapun batasan untuk menilai apakah bayi
mengalami hipoglikemia atau tidak adalah pada
bayi aterm dengan berat badan 2500 gr atau lebih,
kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari 30
mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada
hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir
rendah kadar glukosa rendah jika di bawah 25
mg/dl
B. JENIS HIPOGLIKEMIA
1. Bayi dari ibu penderita diabetes melitus, pradiabetes
melitus dan bayi eritroblastosis berat
2. Bayi berat badan lahir rendah, yang kemungkinan mengalami
malnutrisi intrauterine. Misalnya bayi dari ibu penderita
toksemia, bayi dengan kelainan plasenta, dan bayi kembar
yang terkecil
3. Bayi yang sangat imatur, yang rentan terhadap komplikasi
sindrom gangguan pernapasan atau asfiksia dan
membutuhkan metabolisme yang lebih tinggi daripada
kemampuan yang ada pada bayi tersebut
4. Golongan terkecil ditemukan dan termasuk defek genetik
atau defek kembangan seperti galaktosemia, penyakit
penimbunan glikogen, kepekaan terhadap leusin,
insulinismus dan gangguan metabolik, serta gangguan
anatomis lain
Menurut usia:
1. Hipoglikemia pada neonatus
 Bersifat sementara, biasanya terjadi pada bayi baru lahir

karena asupan atau masukan glukosa yang kurang,


hipotermia, syok, dan pada bayi dari ibu diabetes .
 Bersifat menetap dan berulang, terjadi akibat

defisiensi hormon, hiperinsulinemia, kelainan


metabolisme karbohidrat dan asam amino, serta
gangguan metabolisme yang bersifat herediter misalnya
glycogen storage diseases, disorders of gluconeogenesis, dan
fatty acid oxidation disorders .
2. Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar
Hipoglikemia yang terjadi akibat cadangan glikogen
rendah, pembentukan glukosa yang kurang, bayi dari ibu
diabetes, atau gangguan endokrin dan metabolisme
C. EPIDEMIOLOGI
Belum terdapat data mengenai hipoglikemia
pada bayi atau anak lebih besar

D. ETIOLOGI
Terdapat beberapa penyebab dapat terjadinya
hipoglikemia pada bayi baru lahir yaitu sebagai berikut.
1. Menurunnya pembentukan glukosa pada bayi kecil
masa kehamilan (KKMK) .
2. Hiperinsulinemia, adalah gangguan yang terjadi
akibat tingginya kadar hormon insulin dalam aliran darah
dibandingkan dengan kadar gula darah .
3. Defisiensi glukagon . 
4. Peningkatan kecepatan pemakaian glukosa . 
5. Pemantauan dan terapi hipoglikemia pada neonatus .
F. MANIFESTASI KLINIS
Berbeda dengan hipoglikemia kimiawi, maka
hipoglikemia simtomatik paling banyak dijumpai pada
bayi kecil menurut kehamilan. Bayi tersebut biasanya
termasuk golongan (2) atau (3) berdasarkan
pengelompokan patofisiologi dan beberapa diantaranya
merupakan hipoglikemia neonatal idiopatik simtomik
sementara. Kejadian hipoglikemia simtomatik sukar
diketahui karena gejalanya juga dijumpai bila disertai
keadaan lain seperti infeksi terutama sepsis dan
meningitis, kelainan perdarahan dan edema susunan
saraf pusat, asfiksia, penghentian obat, apnea pada
prematuritas, kelainan jantung bawaan, polisitemia,
dan juga dapat dijumpai pada bayi sehat
normoglikemik
Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari
sampai satu minggu setelah lahir. Berikut ini
merupakan gejala klinis yang disusun mulai dengan
frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor,
serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea
intermiten atau takipnea, tangis yang lemah atau
melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan
minum, dan terdapatnya gerakan putar mata. Dapat
pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal
jantung dan henti jantung. Sering berbagai gejala
muncul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut
dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka
bila gejala tidakmenghilang setelah pemberian glukosa
yang adekuat, perlu dipikirkan penyebab lainnya
G. PENANGANAN
Bila tanpa kejang, bolus intravena 200 mg/kg BB (2 ml/kg
BB) glukosa 10% cukup efektif untuk meninggikan kadar
gula darah. Bila terdapat kejang digunakan larutan glukosa
10-25% dengan dosis total 1-2 g/kg BB. Kemudian
dilanjutkan dengan infus glukosa 4-8 mg/kg BB/menit.
Bila hipoglikemia berulang, digunakan infus glukosa 15-
20% dan bila tidak mencukupi diberikan hidrokortison 2,5
mg/kg BB/12 jam atau prednisone 1 mg/kg BB/24 jam.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan setiap 2 jam
sampai beberapa hasil menunjukkan kadar diata 40 mg/dl.
Kemudian pemeriksaan dilanjutkan setiap 4-6 jam,
pengobatan dikurangi dan dihentikan bila kadar gula
darah sudah normal dan bayi tidak menunjukkan gejala
selama 24-48 jam.
H. PROGNOSIS
Bila tidak dijumpai kelainan bawaan yang membahayakan,
prognosisnya baik. Dengan pengobatan adekuat kejadian
hipoglikemia masih berulang 10-15% kasus. Pernah
dilaporkan hipoglikemia sampai umur 8 bulan. Rekurensi
lebih sering terjadi bila pemberian intravena tidak tepat
atau dihentikan terlampau cepat sebelum pemberian oral
dapat diberikan. Bayi yang kelak menderita hipoglikemia
ketotik, mempunyai kekerapan hipoglikemia neonatal yang
tinggi. Hipoglikemia yang berat dan berlangsung lama
dapat menimbulkan gejala sisa neurologik dan kematian,
karena itu perlu pula dipantau fungsi intelektualnya.
Hipoglikemia simtomatik terutama pada bayi BBLR dan
bayi besar dari ibu diabetes berat mempunyai prognosis
lebih buruk terhadap perkembangan intelektualnya
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia merupakan istilah yang digunakan ketika kadar gula darah
bayi di bawah rata-rata bayi seusia dan memiliki berat badan sama.
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin, meskipun
asam amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan
glukosa yang diambil janin sekitar dua per tiga kadar gula darah ibu.
Karena terputusnya hubungan plasenta dan janin maka terhenti pula
pemberian glukosa, bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah
sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama. Terdapat beberapa jenis
hipoglikemia yang dapat dialami oleh bayi atau balita menurut
perbedaan patofisiologinya dan dua jenis menurut usianya. Hipoglikemia
memiliki gejala yang berbeda-beda, namun yang paling nyata adalah
keadaan bayi yang lemah dan tidak aktif bergerak karena kekurangan
energi. Untuk prognosis hipoglikemia, bila tidak dijumpai kelainan
bawaan yang membahayakan serta mendapat penanganan yang cepat
dan tepat, prognosisnya baik. Oleh karena itu penanganan yang cepat dan
tepat diperlukan dalam kasus hipoglikemia agar bayi selamat dan bisa
menjadi normal kembali.
B. Saran
Oleh karena kasus hipoglikemia merupakan
kasus yang perlu mendapat penanganan cepat
dan tepat, sebagai petugas kesehatan sudah
seharusnya melakukan asuhan kebidanan
secara teliti dan cermat agar masalah kebidanan
yang timbul dapat diatasi sesuai dengan hak
dan kewenangan masing-masing petugas
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
 
 
 
Nurfitri, Wita. 2015. Waspada Hiperinsulinemia pada Bayi. Ayah Bunda.
https://www.ayahbunda.co.id/balita-gizi-kesehatan/waspada- hiperinsulinemia-pada-bayi (17
Mei 2020).
Putri, Jannah Isnaini. 2011. Hipoglikemia pada Neonatus. Academia.
https://www.academia.edu/16893683/Hipoglikemia_pada_Neonatus (17 Mei
2020).
 
Sri, S. 2018. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. I UMUR 1 JAM
DENGAN HIPOGLIKEMIA DI PUSKESMAS KARANGRAYUNG 1 KABUPATEN
GROBOGAN (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Zul. 2013. Hipoglikemia pada Neonatus. Scribd.
https://www.scribd.com/doc/129456412/Hipoglikemi-Pada-Neonatus (17
Mei 2020)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai