Anda di halaman 1dari 83

BIOGEOGRAFI

Nama:M.Syarif
Nim: 1810115210004
BAB 5 BEBERAPA PENYEBARAN HEWAN
DAN TERNAK DI INDONESIA
Negara indonesia berbentuk kepualauan. Indonesia terdiri dari daratan dan lautan
dengan potensi sumber daya alam yang melimpah ruah. Luas lautan nusantara jauh
lebih besar daripada luas daratan. Sudah kita pelajari bahwa laut nusantara memberikan
banyak kemungkinan bagi hidupnya organisme laut, karena laut-laut itu merupakan
shelf atau paparan benua. Laut yang dalamnya sampai 200 meter itu memungkinkan
sinar matahari dapat mencapai dasar laut.
Organisme baik hewani maupun tumbuhan subur tumbuhnya dan menjadi sumber bahan makanan bagi berjenis-jenis
ikan laut. Kekayaan alam kita yang berada dalam laut, masih sangat sedikit dimanfaatkan. Hasil-hasil perikanan yang
telah diolah itupun belum merata penyebarannya kepada rakyat. Tidak hanya perikanan laut saja, namun juga terdapat
perikanan darat yang tak kalah pentingnya. Selain itu, dalam makalah ini akan membahas tentang peternakan di indonesia.
Peternakan menjadi penting artinya apabila membicarakan tentang perbaikan dan peningkatan mutu makanan. Dari peternakan
tersebut, kita dapat menikmati berbagai hasilnya seperti daging, susu, kulit, dan lain-lain. daaging sebagai penghasil protein
mendapatkan kedudukan penting dalam persoalan perbaikan bahan makanan rakyat. Jika kita ingin memperlengkapi susunan zat
makanan bagi perkembangan tubuh kita, maka protein hewani mutlak diperlukan. Perlu diketahui bahwa protein hewani dihasilkan
oleh ikan dan hewan darat.
Faktor-faktor yang mendorong usaha berbagai peternakan dikembangkan di
Indonesia antara lain :

1. Indonesia memiliki padang rumput yang sangat luas.


2. Usaha peternakan dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu makanan
sebagai sumber protein yang penting gizinya.
3. Keadaan iklim Indonesia yang cocok untuk persyaratan hidup hewan
ternak.
4. Usaha peternakan dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk
(Kuswanto, 1999)

Dalam meningkatkan usaha peternakan dilaksanakan beberapa program, antara


melalui; proyek pengembangan produksi peternakan, proyek pengamanan ternak, proyek
penyuluhan peternakan (Kuswanto, 1999). Usaha peternakan berhubungan erat dengan
iklim dan ketersediaan bahan makanan untuk ternak sebagaimana uraian berikut.
Iklim berpengaruh pada kemampuan beradaptasi dan daya tahan hewan-hewan ternak pada
suatu daerah. Hewan ternak yang satu dengan hewan ternak lain mempunyai tingkat kekebalan pada
suhu tertentu yang berbeda. Pada satu daerah tidak bisa dipakainuntuk usaha satu jenis ternak,
dikarenakan hewan ternak tersebut tidak bisa beradaptasi dengan daerah tersebut. Di daerah Jawa
Barat yang curah hujannya tinggi, banyak ternak kerbau. Sedangkan di Jawa Timur yang curah
hujannya lebih sediki banyak dijumpai ternak lembu.

Bahan makanan ternak terkait dengan daerah yang kaya akan padang rumput, penduduknya
banyak memelihara ternak lembu, kambing, dan kuda. Peternakan berguna untuk meningkatkan
kemakmuran rakyat karena peternakan menghasilkan daging dan susu; kotorannya berfungsi sebagai
pupuk; tenaga hewan ternak, misalnya lembu, kerbau, dan kuda dapat digunakan untuk menarik
bajak maupun pedati; peternakan merupakan sumber penghasilan tambahan.
A. Jenis dan Persebaran Ternak di Indonesia

Peternakan di Indonesia dapat di golongkan menjadi tiga macam (Kiswanto,


1999 : 50-54), yaitu :

 Peternakan hewan besar


Jenis ternak besar adalah lembu, kerbau, dan kuda. Binatang itu pada mulanya
untuk keperluan pertanian dan pengangkutan, namun seiring dengan
perkembangan kebutuhan pangan dan gizi, maka hewan-hewan tersebut
diternakkan orang untuk menghasilkan daging, susu, kulit, tanduk, dan pupuk
kandang. Pabrik pengalengan daging antara lain terdapat di Singaraja, Bali,
sedangkan pabrik pengalengan susu terdapat di Pasuruan, Jawa Timur dan Jakarta.
 Peternakan Hewan Kecil
Jenis ternak kecil adalah kambing, biri-biri, babi, kelinci, dan anjing.
Peternakan babi terdapat di Lombok Barat dan Timur, Bali, Minahasa,
Tapanuli Utara, dan Pulau Nias.
 Peternakan Unggas
Jenis ternak unggas adalah ayam, itik, angsa, dan menthok. Ternak ayam
secara besar-besaran terdapat dibandung (daerah pengalengan), sedangkan
itik terdapat di Alabio (Kalimanttan Selatan. Saat ini diusahakan peternakan
ayam secara modern untuk di ambil telurnya. Jenis ayam petelur ini adalah
jenis australog dan leghorn yang biasanya disebut ayam jenis ras. Di kota-
kota besar juga sudah banyak dilakukan pemeliharaan burung parkit untuk di
ekspor.
1. Usaha Pengembangan Peternakan di Indonesia

Untuk memperbaiki usaha peternakan di Indonesia sehingga dapat mencapai


mutu yang tinggi, maka melalui Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian telah menjalankan berbagai upaya. Upaya-upaya tersebut antara lain :

 Mendirikan dinas peternakan mulai tingkat provinsi sampai kecamatan tingkat


kecamatan
 Mendirikan lembaga penelitian peternakan
 Mendirikan beberapa fakultas kedokteran hewan
 Mengadakan penyuluhan mengenai peternakan
 Memberantas penyakit ternak
 Dan sebagainya
a. Persebaran peternakan hewan besar
1) Sapi
Daerah peternakan sapi terbanyak ialah Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan,
Sumatra, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Jumlah ternak sapi di Jawa lebih dari 50% dari jumlah
ternak sapi di seluruh Indonesia yang di pelihara di tanah-tanah pertanian karena tidak ada padang
rumput.
2) Kerbau
Pulau Jawa adalah daerah peternakan kerbau terbanyak. Daerah lain yang memiliki peternakan
kerbau yang cukup banyak adalah Sumatra dan Sulawesi , terutama Sulawesi Selatan. Di
Kalimantan, Maluku, dan Papua peternakan kerbau sangat sedikit.
3) Kuda
Peternakan kuda terbanyak terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, kemudian
disusul Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, dan Sumatra. Peternakan kuda di Kalimantan, maluku,
dan Papua hanya sedikit.
a. Persebaran peternakan hewan kecil
1) Kambing
Peternakan kambing paling banyak terdapat di Jawa/Madura, kemudian disusul
Sumatra, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, terutama Sulawesi Selatan. Peternakan
kambing di Kalimantan, Maluku, dan Papua hanya sedikit.
2) Domba
Pulau Jawa/Madura adalah daerah peternakan domba terbanyak. Di Sumatra, Bali,
Nusa Tenggara dan Sulawesi juga terdapat peternakan domba, namun jumlahnya tidak
banyak. Sedangkan di Kalimantan dan Irian sangat sedikit sekali.
3) Babi
Daerah peternakan babi terbanyak adalah Bali dan Nusa Tenggara Timur. Kemudian
disusul Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.
Peternakan babi di Jawa, Maluku, dan Papua hanya sedikit.
a. Persebaran peternakan unggas
1) Ayam kampung
Hampir setiap penduduk di Indonesia memelihara ayam kampung, terutama di
pedesaan Jawa. Ayam kampung tidak diternakkan secara khusus, tetapi bebas di
pekarangan rumah.
2) Ayam ras
Peternakan ayam ras terdapat di sekitar kota-kota besar, terutama di Jawa dan
Sumatra. Di Kalimantan, Maluku, dan Papua peternakan ayam ras jumlahnya juga
cukup banyak. Peternakan ayam ras di Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi jumlahnya
hanya sedikit.
3) Itik
Itik diternakkan di daerah-daerah sekitar sungai, kolam, sawah dan rawa. Daerah itik
terdapat banyak di Jawa, kemudian disusul Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan
Bali/Nusa Tenggara. Peternakan itik yang dilakukan secara besar-besaran ada di
Alabio (Kalimantan Selatan).
Selain ketiga jenis unggas di atas, ada pula peternakan unggas jenis lain,
misalnya burung puyuh, menthok, dan angsa, tetapi tidak banyak.

Kendala dalam bidang peternakan antara lain.

1) Peternak kekurangan modal dalam pengembangan usahanya.


2) Wabah penyakit ternak yang mengancam kematian binatang ternak.
3) Harga makanan ternak untuk unggas masih terlalu tinggi.
4) Persediaan makanan ternak berupa rumput hijau sangat terbatas.
Persebaran Perikanan

Perikanan adalah usaha penangkapan atau pemeliharaan ikan. Untuk memenuhi


kebutuhan manusia. Faktor-faktor pendukung usaha perikanan di Indonesia
(Kuswanto, 1999) :

 Sebagian besar wilayah Indonesia berupa laut


 Wilayah laut dangkal yang luas
 Banyak terdapat sungai, danau, dan sawah yang banyak
 Adanya iklim muson, laut, tropis, suhu tinggi, dan curah hujan cukup sebagai
potensi air tawar.
Jenis usaha perikanan di Indonesia dibagi menjadi dua :

1) Perikanan darat
Perikanan darat adalah usaha penangkapan ikan disungai, danau, rawa, dan waduk, serta
pemeliharaan ikan di tambak, kolam, keramba, dan sawah (Kuswanto, 1999). Perikanan darat
merupakan suatu usaha yang memerlukan bibit ikan terlebih dahulu kemudian memeliharanya
pada kolam/tambak tertentu sebelum disebarkan pada kolam/tambak/empang yang lebih besar
untuk dipelihara hingga waktu dipungut. Melihat dari kedua definisi di atas kelompok kami
dapat menarik kesimpulan bahwa perikanan darat adalah suatu usaha yang memerlukan bibit
ikan untuk kemudian dipelihara dikolam, tambak keramba, dan sawah sehingga dapat ditangkap.
1) Perikanan air tawar
Perikanan air tawarmeliputi penangkapan da pembudidayaan :
a) Penangkapan ikan air tawar dilaksanakan di sungai, danau, rawa, dan waduk. Jenis
ikan yang ditangkap antara lain ikan gabus, sepat, mujair,kutuk, tawes, dan belut.
b) Pemeliharaan (budidaya) ikan air tawar dilakukan di kolam, keramba, dan sawah.
Jenis-jenis ikan yang dipelihara meliputi mujair, sepat tawes, gurame, mas, karper,
lele, dan belut. Usaha pemeliharaan ikan dilaksanakan baik untuk dikonsumsi
maupun untuk usaha pembibitan ikan.
Salah satu upaya peningkatan mutu produksi perikanan adalah dengan cara integrasi budidaya air dengan
metode produksi pertanian. Integrasi akuakultur sangat penting bagi negara berkembang. Dewasa ini hanya
tersedia sejumlah kecil areal yang dapat digunakan untuk pembukaan tambak tanpa mengganggu lingkungan
hidup dan tanpa mengeluarkan modal yang besar. Sehingga para pemilik usaha tambak/kolam kecil banyak
yang tidak memiliki modal untuk mengembangkan usahanya secara intensif.

Bentuk integrasi budidaya perikanan tersebut antara lain :

a) Rotasi musiman antara akuakultur dan usaha pertanian


b) Kombinasi antara ikan dan produksi tanaman
Perikanan laut adalah usaha penangkapan ikan yang dilakukan dilaut oleh penduduk ataupun
instansi dengan menggunakan peralatan tradisional maupun modern. Tempat-tempat yang memiliki
potensi ikan antara lain:
a) Di daerah dangkalan atau paparan, daerah ini lautnya dangkal dan banyak ditemukan ikan-ikan.
Contohnya; Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul
b) Di laut dingin, terdapat di sekitar kutub karena banyak zat asam dan plankton.
c) Di daerah pertemuan arus panas dan arus dingin. Daerah ini banyak terkumpul plankton
sehingga menjadi pusat kehidupan ikan.
d) Daerah perikanan laut banyak terdapat di Bagansiapi-api, Labuan Ampar, Cirebon Tegal,
Pekalongan, Semarang, Cilacap, dan Banyuwangi. Jenis ikan yang ditangkap di Indonesia adalah
ikan kembung, selar, tembang, layur, lemuru bawal, tongkol, hiu dan cucut.

Pesebaran Perikanan Di Perairan Indonesia


a) Perairan Indonesia Bagian Barat (Paparan Sunda), meliputi Selat Maiaker Laut Jawa dan Selat
Bali. Di daerah itu terdapat ikan-ikan Asia. Ciri-cirinya, berbadan lebar dan pipih. Misalnya, ikan
bawal, kakap, lemuru, layang dan kuning.
b) Perairan Indonesia Bagian Timur, meliputi perairan Maluku dan Papua. Perairan itu terdapat
ikan-ikan tipe Australia yang mempunyai ciri-ciri, berbadan bulat dan panjang misalnya Ikan
tongkol (cakalang), cucut, hiu, dan kuda-kuda.
Peberian pupuk pada usaha perikanan terutama pada tambak merupakan faktor
penting di antara biaya-biaya produksi lainnya. Salah satu kemungkinan untuk
mengurangi biaya pemupukan adalah dengan mengintegrasikan produksi ternak dan
ikan, Pada budidaya tradisional, tambak dipupuk dengan kotoran hewan sebelum ikan
dilepaskan atau selama masa produksi. Untuk menghindari pengangkutan kotoran
yang melelahkan, maka kandang hewan biasanya dibangun langsung di dekat atau
bahkan di atas tambak. Kandang yang di bangun di atas usaha perikanan ini antara lain
adalah antara usaha peternakan ayam (ayam broiler dan ayam petelur), kandang bebek,
ataupun kandang babi
Beberapa masalah kombinasi peternakan dengan perikanan:
(1)fluktuasi konsentrasi oksigen yang tidak terurai di dalam air tambak;
(2)kotoran hewan yang terinfeksi dapat menjadi mediator penularan penyakit.
Sedangkan beberapa metode untuk mengurangi bahaya penggunaan kotoran
ternak pada tambak ikan antara lain:
a. Penggunaan kotoran ternak yang bebas penyakit.
b. Memperpanjang rantai makanan.
c. Pembersihan organisme air sebelum dipasarkan.
d. Pengawasan penyebaran penyakit melalui kegiatan dokter hewan dan
pendidikan kesehatan masyarakat.
e. Penanganan dan pengolahan ikan yang benar menurut kesehatan.
f. Menghllangkan kebiasaan memakan mentah semua jenis produksi perikanan.
Hambatan dan Kendala pengembangan perikanan di Indonesia
1) Masih banyak nelayan yang menangkap ikan dengan cara tradisional.
Nelayan masih menggunakan alat-alat yang tradisional seperti jala atau
pukat biasa bahkan ada yang hanya antara lain: menggunakan pancing
sebagai alat tangkapnya. Selain itu tidak didukung dengan perahu yang
memadai (perahu kecil).
2) Terbatasnya modal, modal merupakan faktor yang berpengaruh pada awal
pelaksanaan kegiatan perikanan. Modal berpengaruh pada sarana dan
prasarana yang dipakai nantinya.
3) Kurangnya tenaga ahli di bidang perikanan.
Untuk itu peningkatan usaha perikanan memerlukan hal-hal antara lain:
4) Penyiapan tenaga ahli perikanan darat dan laut.
5) Pemilihan bibit unggul.
6) Pendirian sekolah atau kursus perikanan.
7) Pendirian laboratorium untuk penelitian penyakit ikan.
8) Pemberian pinjaman modal kepada para nelayan dan pengusana perikanan.
9) Penyuluhan kepada masyarakat tentang perikanan.
Persebaran dan daerah persebaran Burung Betet Jawa
Persebaran Burung Betet Jawa semakin berkurang. Populasi betet Jawa semakin sulit ditemukan di
alam. Dalam perdagangan di pasar-pasar burung domestik/lokal, komoditi betet Jawa juga semakin
sulit dijumpai. Berdasarkan hasil survei pasar burung-burung paruh bengkok di wilayah Jabotabek
kurun waktu 1999-2000 menunjukkan bahwa betet Jawa termasuk komoditi langka, karena hanya
ditemukan satu ekor dalam perdagangannya. Dalam pemantauan di dua pasar burung di Kodya
Denpasar, Bali pada 2002, betet Jawa pun hanya tercatat enam ekor. Meski betet Jawa telah semakin
sulit ditemukan di alam, dan juga dalam perdagangannya, tetapi satwa tersebut belum merupakan jenis-
jenis hayati yang terancam punah dan tidak termasuk dilindungi. Perundang-undangan Binatang Liar di
Indonesia. Pemerintah bertujuan melindungi betet Jawa sehingga statusnya tidak menambah panjang
daftar jenis kepunahan burung-burung di Indonesia, yang kini sudah tercatat 126 jenis.
Di Indonesia terdapat enam subspesies betet (Psittacula alexandri atau P.a.), yaitu: (1) P.a. alexandri
yang tersebar di Jawa, odli, dan dilntroduksikan ke Kalimantan Selatan; (2) P.a. kongeanensis yang
tersebar di Kepulauan Kangean; (3) P. a. dammermani yang tersebar di Kepulauan KarimunJawa; (4)
Pa. perionea yang tersebar di Pulau Nias, tersebar di Pulau Nias; (5) P. a. major tersebar di Kepulauan
Lasia dan Pulau Babi: (6) P. a. cala yang tersebar di Pulau Simelue. Walaupun betet memiliki
keragaman anak jenis relatif cukup beragam dan tidak endemik, namun betet termasuk jenis-jenis
burung di Jawa dan daratan Asia yang tidak dijumpai di tempat lain di Kepulauan Sunda.
Daerah penyebaran betet Jawa Persebarannya pernah ditemukan di berbagai
kawasan konservasi maupun di luar daerah kawasan konservasi di Pulau Jawa. Di
daerah kawasan konservasi betet Jawa pernah tercatat di TN Ujung Kulon, Gunung
(Gn.) Halimun, Gn. Gede Pangrango, Gn. Salak, Kebun Raya Bogor, Cagar Alam
Celering, Gn. Merapi, TN Bromo Tengger, TN Baluran, dan TN Meru Betiri. Hasil
penelusuran koleksi ilmiah di MZC-LIPI menunjukkan bahwa spesimen betet Jawa
pernah didapat dari beberapa daerah, antara lain dari: Banjarwangi, Cikajang (Garut),
Warung Loa, Ciapus, Gn. Salak (Bogor); Jepara, Kedu, Cepu, Semarang, dan
Nongkojajar, Bromo Tengger. Selain itu bila dilihat dalam catatan buku registrasi/
katalog di MZC hingga 2006, ternyata semua spesimen betet Jawa di MZC dikoleksi
dalam kurun waktu 1921-1941 dengan jumlah 11 spesimen berasal dari wilayah Jawa
Barat (termasuk Jakarta), 10 Spesimen dari Jawa Tengah, dan hanya dua spesimen dari
daerah Jawa Timur.
Betet Jawa di TN Baluran, Alas Purwo, dan Gn. Tilu Geder, hanya sebagian kecil saja yang
menyatakan masih sesekali melihat/mendengar Betet Jawa. Di antara responden yang masih
dapat melihat/ mendengar suara betet Jawa di hutan tempat penelitian mengakui hahwa populasi
betet Jawa sudah termasuk berkurang dalam pada 2006. Jebih lanjut dikatakan bahwa populasi
betet Jawa di hutan-hutan tempat pengamatan masih terdapat melimpah sekitar 1985-an. Di Jawa
Timur, betet Jawa mulai berkurang setelah adanya sebagian lahan hutan dialihfungsikan untuk
berbagai kepentingan. Beberapa jenis burung memang masih mampu bertahan dengan kondisi
habitat terbatas, seperti pada hutan tanaman monokultur, tetapi mereka memerlukan adaptasi
cukup lama.
Sementara itu populasi burung mulai berkurang di hutan pegunungan Gn. Tilu Geder seiring
dengan pengembangan wilayah (perluasan area perkebunan), sehingga sebagian hutan di daerah
tersebut dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia, seperti area perkebunan teh,
rasamela, dan suren. Masih dijumpaibahwa masyarakat di sekitar hutan Gn. Tilu Geder, baik yang
dewasa maupun yang muda ketika musim hujan dilaporkan banyak melakukan kegiatan
penangkapan burung-burung di hutan, karena pada saat itu sed musim silaru (laron) yang dikenal
sebagai bahan makanan umpan untuk memikat berbagal jenis burung. Bagi para penangkap
burung yang mempunyai jaring, penangkapan dilakukan tidak tergantung pada musim hujan,
sehingga burung apa pun dapat tertangkap setiap waktu.
3. Persebaran dan Populasi Pesut di Sungai Mahakam Kalimantan Timur

Terkait dengan tulisan sub bab persebaran dan populasi pesut di sungai Mahakam ini banyak
diakses dari hasil riset Badan Pengendalian
3. PERSEBARAN DAN POPULASI PESUT DI SUNGAI MAHAKAM
KALIMANTAN TIMUR
Terkait dengan tulisan sub bab persebaran dan populasi pesut di sungai Mahakam ini banyak
diakses dari hasil riset Badan Pengendalian

• Sungai Mahakam yang terletak di kabupaten Kutai kartanegara 115°26‘ Bujur Timur sampai dengan
117°36' Bujur Timur serta terletak pada garis lintang dari 1°28‘ Lintang Utara sampai denean 1°08'
Lintang Selatan Kalimantan Timur ternyata memilki hewan yang hampir punah,hewan itu tak lain
adalah Pesut Mahakam. Pesut adalah hewan yang sensitif, bilamana habitatnya rusak maka akan
berakibat punahnya pesut.
• Hewan mamalia pesut ini ternyata mengalami penurunan jumlah populasi persebaran. Hal ini
diakibatkan oleh pengaruh iklim. Pengaruh iklim mengakibatkan banyak hal seperti: (1) kekurangan
oksigen di dalam udara yang berakibat menurunnya jumlah ikan sebagai makanan pesut, (2) banjir
ketika musim hujan yang mengakibatkan erosi yang mana endapan erosin itu mengendap di sungai
yang mengakibatkan sungai mengalami pendangkalan sehingga habitat/rumah pesut rusak.
• Faktor-faktor pembentuk iklim di antaranya temperatur, tekanan udara, angin, dan curah hujan,
secara bersama-sama faktor tersebut mempengaruhi persebaran flora dan fauna.
A. PESUT DAN HABITATNYA
Pesut adalah lumba-lumba Indonesia dgn sebutan pesut Mahakam/wersut. Tubuh tegap, sirip
punggung kecil dan segitga serta kepala bulat/tumpul dgn mata yg kecil. Tergolong lumba-lumba
kecil, denga panjang dewasa 2,0-2,75 m, bayi pesut 1,0 m.
Jenis pesut yang hidup di air tawar, tergolong tídak terlalu aktif dibanding dengan kebanyakan jenis
lumba-lumba lainnya. Akan tetapi, pada keadaan tertentu terkadang melakukan lompatan- lompatan.
• Kebutuhan makanan bagi seekor pesut dewasa mencapai 10-19 kg / hari atau sekitar 10% dari
berat tubuhnya.
• Pesut terkenal berasal dari Australia Utara hingga Teluk Benggala termasuk Indonesia. Di
Indonesia pesut terdapat di Sungai Mahakam (Kaltim), Teluk Kumai (Kalteng), Teluk
Kendawangan (Kalbar), Segara Anakan (Cilacap) dan beberapa perairan estuaria.
B. DISTRIBUSI DAN PERSEBARAN PESUT DI
MAHAKAM
• Di dunia ini, pesut hanya dapat ditemukan di perairan tropis dan subtropis Indo-Pasifik. Di
wilayah tersebut, pesut hidup di perairan dangkal pesisir pantai (termasuk estuari) dan sungai-
sungai di pedalaman. Pada ekosistem estuari, pesut dilporkan terdapat di muara Sungai Gangga
dan Brahmaputra. Sedangkan di / sungai keberadaan lokasi populasi besar pesut yang tercatat di
Sungai Ayeryawaddy di Myanmar, Sungai Mekong di Vietnam dan kamboja serta Sungai
Mahakam di Kalimantan, Indonesia.
• Penyebaran pesut sangat dipengaruhi oleh kondisi kedalaman perairan,disamping faktor kualitas
air dan kelimpahan ikan makanannya. Selama musim kemarau, pesut bergerak dan berkumpul di
dalam sungai Mahakam, sungai Pela sungai Melintang dan muara-muaranya. Hal ini terjadi
karena pada saat air surut musim kemarau, danau-danau menjadi dangkal (kedalaman 1-25
meter) dengan vegetasi rumput berakar di dasar dan rumput terapung yang rapat di sebagian
besar danau. Bahkan reservat ikan seperti ini selain tidak memberikan ruang gerak bagi pesut,
juga derajat keasaman yang rendah, sementara siang harinya menjadi panas.
• Yayasan Konservasi RASI (2005) memperkirakan bahwa sekarang tidak ada lagi pesut yang
hidup di perairan ini. Jumlah pesut dari tahun ke tahun yang semakin berkurang, hal dapat
dinikmati dengan melihat Tabel 6.
• Faktor-faktor yang diduga sangat berpengaruh pada hilangnya fungsi danau sebagai habitat pesut
yaitu
• 1. Pendangkalan danau, akibat tingginya proses sidementasi Danau Semayang musim kering, hanya
berkedalaman 0,5- 1,0 meter dan Danau Melintang hampir terisolir dari sungai Mahakam.
• 2. Pertumbuhan gulma yang relatif cepat sehingga saat ini hampir 75% telah tertutupi oleh gulma
sehingga mempersempit ruang gerak pesut.
• 3. Perubahan kualitas udara yang mengarah pada ekosistem rawa dengan warna coklat kehitaman
akibat surutnya udara selama musim kemarau tidak ada masukan udara baru yang dapat
menetralisir perubahan tersebut.
PENYEBARAN IKAN LELE

Karakteristik ikan lele marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan
sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, kepalanya
keras menulang di bapgian atas, dengan mäta yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong
, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbel). Lele Juga memiliki alat pernafasan tambahan
berupa modifikasi dari busur insangnya.
Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Untuk ayam yang sehat
tentunya tidak berbeda dengan ciri umum ikan lele tidak kurang satu apapun dan tidak terluka tubuhnya.
Lele dikembangbiakkan untuk dikonsumsi; kualitas udara yang tercemar; pengamatan hama-hama yang
berada di sawah; menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk: bahan ramuan obat asma, datang
bulan tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah; dan sebagai ikan pajangan atau ikan hias.
Penyebaran Ikan Lele

Ikan lele banyak ditemukan di benua afrika dan asia , dibudidayakan di Thailand , india, Filipina
dan Indonesia. Hampir diseluruh tempat diindonesia dapat ditemukan ikan lele dengan berbagai
jenis.

Jenis dan Karakteristik Ikan Lele.


Leleada;ah jenis ikan air tawar . Lele mudah dikenali karena tubuhnyayang licin dan agak pipih
memanjang, serta memiliki kumis yang panjang yang mencuat dari sekitar mulut. Lele tidak
pernah ditemukan di air payau atau air asin , kecuali lele laut yang tergolon dalam marga dan suku
yang berbeda (ariidae)
Habitatnya disungai dengan arus yang perlahan, rawa,telaga dan waduk, sawah yang tergenang air,
bahkan lele dapat hidup pada air yang tercemar, misalnya di got-got dan selokan pembuangan,
ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak pada malam hari pada siang hari ikan lele berdiam
diri dan bersembunyi di tempat-tempat gelap. Dialam lele memijah pada musim penghujan
Menurut Boulenger (1905), regan (1912) myers (1938), dan Darlington (1966) dalam Fatchan (2006)
tenteng Geografi ikan sebgai penepatan klasifikasi ekologi . Ikan air tawar mempunyai dasar
penyesuaian secara langsung maupun tidak langsung untuk menyesuaikan diri dengan kondisi air
asin(air laut). Lebih lanjut dengan tegas dikatakan oleh Myers nahwa kelompok ikan air tawar
merupakan jenis ikan golongan pertama (primary division) sdangkan ikan air asin (ikan laut) merupakan
ikan golongan kedua (secondary division)

Wahyu (2008) memberikan pejelasan secara mengenai nama ikan lele dengan banyak ragam dan
mengulas ciri ikan lele. Secara alamiah lele memiliki banyak spesies. Tidak mengherankan apabila di
Indonesia sendiri lele memiliki banyak nama antara lain : ikan maut (Gayo dan Aceh ikan), ikan sibakut
(karo), ikan pintet (kalimantan selatan) , ikan keeling (Makassar), ikan lele atau lindi (jawa tengah).
Sedangkan dinegara lain dikenl dengan nama mali (Afrika), plamond(Thaiand), ikan keli (Malaysia)
gura maaura(srilangka) dll.
Dalam bahasa inggris disebut pula Catfish, mudfish, dan walking catfish nama ilmiahnya Clariasberasal
dari bahasa yunani chlaros yang berarti ‘lincah’ ‘kuat’ merujuk pada kemampuan hidupmya
Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika
et al (1986) secara lengkap sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias spp
JENIS DAN PENYEBARAN IKAN LELE
(Iswandi, 2008 ) meyebutkan bahwa ikan lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga
untuk menjaga kualitas airyang tercemar. Seringkali lele di di tempatkan pada tempat-tempat yang tercemar
karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang di taruh pada tempat kotor harus di berok dulu
istilahnya tau dipelihara di air bersihyang mengalir beberapa hari untuk membersihkannya. Selain itu
menurut Fadlya (2009) lele sering di tempatkan di sawah karena memakan hama-hama disawah.

Swandi (2008) lele dapat diternakkan dengan budidaya, persyaratan hidup lele antara lain:
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharan adalalh jenis taah liat/lempungtidak berporus, berlumpur dan
subur.
2. Ikan lele hidup dengan baik pada dataran rendah yang tinggi maksimalnya 700 mdpl
3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10 %
4. Lokasi pembuatan kolah harus berhubungan atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan
raya
•5.  Lokasi untuk pembuata kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada dibawah pohon yang
daunnya mudah rontok.
6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 20 °C dengan suhu uptimal 25-28 °C . Sedangkan untuk pertumbuan larva
membutuhkan kisaran suhu 26-30 °C dan untuk pemijahan 24-27 °C
7. Ikan lele dapat hidup di perairan agak tenangdan kedalalaman cukup sekalipun kondisi airnya jelek,
keruh,kotordan miskin zat
8. Perairan tidak boleh tercemar zat kimia limbah industri , merkuri atau mengandung minyak atau bahan
lainnya, yang dapat mematikan ikan
9. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir
10. Permukaan periaran tidak boleh terutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup seperti enceng gondok
11. Mempunyai pH 6,5-9 kesadahan( derajatbutir kasar) maksimal 100ppm dan uptimim 50 ppm
turbidity(kekeruhan) buakan lumpur antara 30-60 centimeter kebutuhan optimal pada rage yang cukup
besar dari 0,3 ppm untuk yang dewasa samapai jenuh untuk beruyak dan kandungan kurang dari 12,8
mg/liter , amonium terikat 147,29 -,56 mg/liter
Persyaratan untuk pemeliharaan Lele di keremba :
1. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjun dikontrol.
2. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
3. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
4. Jamur atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang. Kedalamnan udara 30-60 centimeter.

Fadlya (2009) mengraikan bahwa di Indonesia terdapat6 (enam) jenis ikan lele yang dapat di kembangbiakkan :
5. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatra Barat), Ikan maut (Sumatra Utara), dan ikan
pintet (Kalimantan Selatan).
6. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang)
7. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagal ikan duri (Sumatra Selatan), wals (lawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
8. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), mbar (Sumatra Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
9. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatra Barat), ikan penang (Kalimantan Timur)
10. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (lele domba), king catfish dari Afrika
Ada sekitar 55-60 Spesies anggota marga Clarias dari jumlah itu di asia tenggara diketahui kini 20
spesies lele kebanyakan diantaranya baru dikenali dan didiskripsi dalam 10 tahun terakhir berikut ini
adalah daftar spesies menurut Feraris (2007):
1. Clarias agboyiensis Sydenham (1980). Menyebar di Afrika Barat, dari Ghana hingga Nigeria.
2. darias albopunctatus Nichols dan La Monte (1953). Menyebar di Danau Chad, Sungai Kongo
bagian tengah dan Sungal Benue, Afrika.
3. Clarias alluaudi Boulenger (1906). Afrika (Danau-danau Victoria, Kyoga, Edward, Rukwa dan
Tanganyika).
4. Clarias anfractus Ng (1999). Endemik di Sabah: di sekitar Sungai Segama dan Sungal
Kalabakan
5. Clarias angolensis Steindachner (1866). Bagian tengah dan hilir Sungai Kongo
6. Clarias anguillaris Linnaeus (1758). Afrika: Nigeria, Benoue, Zambia, Senegal bawah serta
bagian tengah dan hilir Sungai Nil, Chad; sungai-sungai di pesisir Benin, Togo, Ghana dan
Pantai Gading; dan populasi kabur di Mauritania dan Aljazair selatan
8. Clarias batrachus Linnaeus (1758). Lele kampung. Menyebar di Asia Selatan dan Asia
Tenggara. ) Clarias batu Lim dan Ng (1999). Lele batu. Endemik di Pulau Tioman, Malaysla.
9. Clarias brachysoma Günther (1864). Endemik di Srilanka.
10. Clarias buettikoferi Steindachner (1894). Afrika: Sungai Comoe,
11. Clarias buthupogon Sauvage (1879). Afrika: Sungai-sungai pesisir, dari Nigeria hingga sistem
Sungal Kongo.
12. Clarias comerunensis Lonnberg (1895). Afrika: Sungai-sungai pesisir Togo, hingga sistem Sungai
Kongo tengah dan hilir.
13. Clarias coturactus fowler (1939). Thailand, di Semenanjung Malaya, dan mungkin juga Kamboja
14. Clarias cavernicola Trewavas (1936). Gua Afrika Gua-gua Afrika barat daya.
15. Clarias dayi Hora (1936). Terbatas di sekitar Tamil Nadu, India
16. Clarias dhonti Boulenger (1920). Terbatas di Sungai Niemba Republik Demokratik Kongo
17. Clarias dialonensis Daget (1962). Afrika: Guinea, dan sungal- sungai di pesisir Sierra Leone.
18. Clarias dumerilii Steindachner (1866). Afrika: hulu dan bagian tengah sistem Sungai Kongo dan
Luapula.
19. Clarias dussumieri Valenciennes (1840). Asia Selatan
20. Clorias ebriensis Pellegrin (1920). Afrika: Sungai-sungai pesisir dan laguna di Nigeria hingga Pantal
Gading
21. Clarias engelseni Johnsen (1926). Afrika: Sudan.
22. Clarias falconeri Lydekker (1886). India (telah punah).
23. Clarias fuscus La Cepède (1803). Asia: Jepang; Taiwan, dan Cina Selatan; Laos timur laut, serta
Vietnam utara.
24. Clarias gabonensis Günther (1867). Afrika: sistem Sungai Kongo tengah dan hilir.
25. Clarias gariepinus Burchell (1822). Lele dumbo, Menyebar luas di Afrika dan Asia Kecil, kini
diternakkan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia
26. Clarias hilli Fowler (1936). Afrika: sistem Sungal Kongo bagu tengah dan Danau Albert.
27. Clarias insolitus Ng (2003). Endemik di aliran Sungal Barnte Kalimantan.
28. Clarias intermedius Teugels, Sudarto dan Pouyaud 00 Endemik di Kalimantan Tengah, di
antara Sampit dengan Sungai Barito
29. Clarias Jaensis Boulenger (1909). Afrika: Nigerla tenggara. Kamerun selatan dan Gabon
30. Clarias Jaensis Boulenger (1909). Afrika: Nigerla tenggara. Kamerun selatan dan Gabon
31. Clarias laeviceps Gill (1862). Afrika: dari Sungai Saint Pauls ,. Liberia, hingga sistem Sungai
Volta, Ghana
32. Clarias lamottei Daget dan Planquette (1967). Afrika: terbatas di aliran Sungai Nzi, Pantai
Gading.
33. Clarias leiacanthus Bleeker (1851). Endemik di Kalimantan Barat, di aliran Sungai Kapuas.
34. Clarias liocephalus Boulenger (1898). Afrika: danau-danau Victoria, Edward, George, Kivu,
Tanganyika, Malawi serta danau-danau kecil di Uganda dan Rwanda; lembah Danau Rukwa;
sistem-sistem sungai Kagera, Malagarazi, Ruzizi, Tana, dan Bangweulu-Moero.
35. Clarias longior Boulenger (1907). Afrika: Kamerun bagian selatan.
36. Clarias maçlgreni Trewavas (1962). Afrika: terbatas di Kamerun barat laut.
37. Clarias macrocephalus Günther (1864). Lele kepala-lebar Asia Tenggara: Indocina di lembah
Sungai Mekong dan Chao Phraya, serta di Filipina.
38. Clarias macromystax Günther (1864). Afrika: Sungai Oueme, Benin, hingga ke sistem Sungai
Niger dan Benue
39. Clarias meladerma Bleeker (1846). Wiru, wais, ikan duri, atau Tele hitam. Asia Tenggara: lembah
Sungai Mekong, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Filipina
40. Clarias microstomus Ng (2001). Endemik di Kalimantan Timur, di sekitar aliran Sungal Mahakam
dan Kayan.
41. Clarias ngamensis Castelnau (1861). Afrika: sungai-sungal Quanza, Cunene, Okavango, Chobe,
Zambezi, Lualaba hulu, Luapula, Pungwe, Buzi, Save, Limpopo, Incomati, Pongolo hilir, dan Sabi
hilir, serta danau-danau Ngami, Moero, Bangweulu, dan Malawi.
42) Clarias niehofil Valenciennes (1840), endemik di Asia
43) Clarias nigricans Ng (2003), endemik kalimantan timur
44) Clarias olivaceus Fowler (1904), endemik di sumatera barat
45) Clarias nigromarmoratus Poll (1967), endemik afrika
46) Clarias Planiceps Ng (1999), endemik kalimantan
47) Clarias pachynema Bouluenger (1903), endemik afrika
48) Clarias pseudoleiacanthus Sudarto, endemik kalimantan
49) Clarias platycephalus Boulenger (1902), endemik afrika
50) Clarias pseudonieuhofii Sudarto, Teugels dan Pouyaud (2004), endemik kalimantan barat
51) Clarias salae Hubrecht (1881), endemik afrika
52) Clarias stappersil Boulenger (1915), endemik afrika
53) Clarias submarginatus Peters (1882), endemik afrika
54) Clarius sulcatus Ng (2004),endemik malaysia
55) Clarias tejismanni Bleeker (1857), tersebar di kapuas dll
56) Clarius theodorae Weber (1987), endemik afrika
57) Clarias walneri Boulenger (1906), endemik afrika
5. PERSEBARAN BURUNG MALEO

a. Karakteristik Maleo sebagai Burung Endemik Sulawesi


Maleo berhabitat di Sulawesi, merupakan hewan endemik Sulawesi yang bearti bahwa burung tersebut hanya ada di Sulawesi.
b. Ciri-Ciri Burung Maleo
• Panjang sekitar 55-60 cm
• Mempunyai tanduk
• Mempunyai ekor yang lebar
• Memiliki bulu berwarna hitam
• Kulit sekitar mata berwarna kuning
• Iris mata merah kecoklatan
• Sepasang kaki warna abu-abu
• Paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah muda keputihan
5. PERSEBARAN BURUNG MALEO

c. Habitat Burung Maleo


Pulau sulawesi merupakan habitat dari burung Maleo, burung ini tidak ada
ditempat lain. Burung maleo berhabitat di daerah tropis dataran rendah yang
mempunyai suhu antara 22-34 derajat celcius.
d. Maleo dan daerah penyebarannya
Indonesia memiliki banyak sekali satwa endemik, hal ini disebabkan faktor
geologi Indonesia. Dimana burung maleo berada di wilayah peralihan
5. PERSEBARAN BURUNG MALEO

e. Hewan endemik wilayah Asiatis


• Orang Utan (Sumatera dan Kalimantan)
• Gajah Sumatera (Sumatera)
• Badak bercula satu (Jawa Barat)
• dll
F. SATWA ENDEMIK WILAYAH AUSTRALIS

1. Burung Cendrawasih yang hanya dapat ditemui di pulau Papua.


2. Kanguru pohon yang dapat ditemui di pulau Papua.
3. Masih banyak lagi.

g. Satwa endemik wilayah peralihan


1. Anoa yang terdapat di Pulau Sulawesi.
2. tapir yang hidup di daerah Pulau Sulawesi.
3. Babirusa yang juga ditemukan di Pulau Sulawesi.
4. Komodo yang hanya terdapat di Pulau Komodo, Nusa Tenggara. Burung maleo yang hanya bisa ditemui di
daerah Sulawesi.
Selain yang telah disebutkan di atas masih banyak satwa-satwa endemik yang hidup di wilayah
Indonesia, namun pada bahasan ini saya akan mengulas tentang burung maleo yang merupakan
satwa endemik di Pulau Sulawesi.
Maleo Senkawor yang mempunyai nama latin Macrocephalon maleo ini adalah
salah satu jenis aves yang terdapat di Indonesia. Hewan Ini merupakan salah satu
fauna endemik di Indonesia. Seperti kita ketahui Indonesia kaya akan kekayaan
hayati serta fauna-fauna endemiknya, salah satunya adalah burung maleo itu sendiri.
Selain merupakan hewan endemik, burung maleo memiliki keunikan-keunikan
tersendiri yang membedakan dari hewan ataupun burung lainnya. Keunikannya mulai
an warna bulu, suara, hingga tempat tinggal mereka atau habitat. Dalam hal habitat
mereka sangat pemilih, burung ini hanya bisa hidup pada keadaan tertentu balk suhu
apapun yang lain.
Burung maleo yang termasuk dalam suku megapodiidae ini vaitu suatu suku
burung yang terdapat dalam ordo Galliformes mempunyai karakteristik yang unik.
Pada bagian ini akan dibahas mengenai karakteristikdari burung ini yang meliputi
ciri-ciri yang melekat dalam tubuhnya dan sifat-sifat dari burung ini yang sangat
mengesankan.
halnya burung-burung lain di dunia dikarenakan proses adaptasi dan burung ini
tidak menetaskan telurnya sendiri dengan dierami seperti mereka dengan bantuan
panas yang berasal dari alam. Kebiasaan evolusi yang sangat panjang yang telah
dilalui nenek moyang mereka. Burung maleo ini tersebar di daerah yang mempunyai
keadaan elam yang bersuhu hangat agar mereka dapat menetaskan telur
Dapat ditarik kesimpulan bahwa burung maleo pada ummnya berada
di wilayah Sulawesi Tengah, bal ini disebakan oleh beberapa faktor yang
sangat mempengaruhi dalam berlangsungnya kehidupan burung endemik
dari Sulawesi ini. Bila dilihat dari sejarah geologi, wilayah Sulawesi
Tengah mempunyai hubungan geologi dengan lempeng Pasifik dan
Australis. Dan bila dilihat dari segi iklim dan suhu wilayah ini mempunyai
iklim yang sama halnya dengan daerah troips dengan suhu yang sangat
hangat. Selain itu di wilayah ini banyak terdapat tempat-tempat hangat
sebagai tempat di mana telur dari burung endemik ini ditetaskan, tempat-
tempat itu antara lain daerah-daerah pantai, daerah-daerah aliran sungai di
pedalaman, dan terdapat banyak sumber air panas alami di sana. Selain
juga di Wilayah ini terdapat beberapa gunung berapi yang merupakan
sumber dari panas alam.
6. PENYEBARAN HARIMAU SUMATRA
KARAKTERISTIK HARIMAU SUMATRA
Harimau Sumatra dengannama latin Panthera tigris sumatraensis merupakan suatu subspesies harimau
yang masih tersisa di Pulau Sumatra Indonesia. Keberadaan dan populasinya hingga saat ini semakin
memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Tidak hanya karena area atau kawasan kehidupannya saja yang
terganggu, tetapi lebih dari itu mereka kehilangan habitat dan mangsa untuk makanan alamiahnya. Akibatnya
menjadikan satwa unik yang Sumatra ini semakin terancam keberadaannya. Saat ini diperkirakan berkisar
400-500 ekor yang masih tersisa di alam.
A. KARAKTER HARIMAU SUMATRA

Sebagaimana dicatat oleh Direktorat Pelestarian Alam bahwa secara fisik harimau Sumatra mempunyai ciri-ciri sebagaimana penjelasan berikut
ini. Panjang harimau jantan berkisar antara 2,2- 2,8 meter dan harimau betina mempunyai panjang antara 2,15-2,3 meter. Dengan demikian, harimau
jantan rerata mempunyal panjang lebih dibanding dengan hari mau betina. Tinggi harimau ini bila diukur dari kaki ke tengkuk rata-rata adalah setinggi
75 centimeter. Dalam kasus tertentu ada juga yang tingginya bisa mencapai antara 80-95 centimeter. Berat badan berkisar antara 130-255 kilogram.

b. Kondisi habitat harimau Sumatra


Seperti diketahui bahwa habitat utama hewan harimau Sumatra ini adalah hutan hujan tropik yang dijumpai di Sumatra. Dengan
demikian, kondisi hutan di Pulau Sumatra sebagai alasan mengapa kehidupan harimau Sumatra tetap eksis. Terkait dengan hal ini penurunan
luas hutan di Sumatra berbanding lurus dengan menurunnya jumlah populasi harimau Sumatra. Dengan kata lain, kerusakan hutan yang
diakibatkan oleh bencana alam dan atau keruskan akibat perbuatan manusia dapat menurunnya persebaran dan populasi harimau Sumatra.
Di samping hal tersebut, tentu, akibat dari tindakan perburuan liar terhadap harimau Sumatra berbanding lurus dengan mengecilnya populasi
hewan tersebut.
C. PERKEMBANGAN HARIMAU SUMATERA

Menurut catatan Kantor Konservasi harimau Sumatra, perkembangan keberadaan harimau


menunjukkan Sumatra senantiasa selalu menurun. Catatan menunjukkan bahwa pada 1800-1900
jumlah harimau Sumatra masih mencapai ribuan ekor. Hasil survey pada 1978 jumlah harimau
Sumatra sekitar 1.000 ekor. Namun pada akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang Hasil survey
pada 1978 jumlah harimau Sumatra sekitar 1.000 ekor. Namun pada akhir-akhir ini mengalami
perkembangan yang Hasil survey pada 1978 jumlah harimau Sumatra sekitar 1.000 ekor. Namun pada
akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang Hasil survey pada 1978 jumlah harimau Sumatra
sekitar 1.000 ekor. Namun pada akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang semakin merosot
yakni sekitar 500 ekor, yang tersebar di kawasan konservasi utama 400 ekor dan di luar kawasan
konservasi 100 ekor
• (Hasiholan, 2004). Seperti diketahui populasi Merosot tersebut adalah akibat berbagai faktor yang
telah tersedia di atas, terutama karena pesatnya pembangunan dan perkembangan bidang pertanian,
perkebunan dan kehutanan serta pembangunan hidup yang bertambah pemukiman dan industri.
Masih menurut catatan Kantor Konservasi Harimau Sumatra vang merupakan hasil studi yang
dilakukan oleh Hasiholan (2004) menunjukkan predeksi bahwa dalam waktu 10 tahun ke depan
harimau Sumatera diperkirakan akan mengalami kepunahan. Hal itu terjadi setelah tidak ada upaya
pelestarian terhadap hewan tersebut oleh pemerintah atau berbagai fihak yang berkompeten.
Catatan selanjutnya menunjukkan bahwa sepanjang 1996-2004 telah terjadi lebih dari 152 konflik
dengan manusia akibat rusaknya habitat harimau Sumatra. Ratusan ekor harimau terbunuh dan
ternak dimangsa dan juga bisa bagi manusia karena mereka tidak punya tempat tinggal.
Agar keberadaan habitat terpelihara dan pelestarian keberadaan harimau Sumatra terjaga diperlukan upaya-upaya konservasi antara se bagai berikut:
• 1) Memelihara kelestarian hutan dan penghutanan kembali pada areal hutan yang rusak atau yang terbakar
• 2) Aturan penebangan hutan dan ijin penebangan hutan diperketat
• 3) Pengembangan hutan rakyat yang tepat wilayah yang tidak mengganggu area habitan harimau Sumatra
• 4) Menghindari kebakaran hutan yang diberi sangsi yang berat baei perusahaan atau masyarakat yang membukan lahan pertanian atau perkebuanan
dengan cara penanaman hutan
• 5) Perlindungan pada hutan sebagai habitat harimau Sumatra dalam bentuk kawasan cagar alam dan atau suaka margasatwa
• 6) Sangsi berat bagi para perburuan liar terhadap harimau Sumatra
• 7) dibuat peraturan khusus dan disosialisasikan dengan tentang perlindungan harimau Sumatra
Secara spesifik area atau kawasan yang diamati oleh harimau Sumatra dapat dilihat seperti pada hal-hal berikut ini:
• 1) dengan ideal atau baik pada elevasi ketinggian antara 0-3000 meter dari permukaan laut.
• 2) Hutan hujan tropik, hutan primer dan sekunder pada dataran rendah sampai dataran tinggi pegunungan, hutan savana, hutan terbuka, hutan pantai, dan
hutan bekas tebangan.
• 3) Pantai berlumpur, mangrove, pantai berawa payau, dan pantai air tawar.
• 4) Padang rumput terutama padang alang-alang.
• 5) Daerah datar sepanjang aliran sungai, khususnya pada jamur yang mengalir melalui tanah yang terawat oleh hutan hujan tropis.
• 6) Di daerah perkebunan dan tanah pertanian.
• 7) Di areal hutan gambut.
• d. Upaya konservasi terhadap harimau Sumatra
• Berbagai upaya penyelamatan telah dilakukan eksistensi harimau Sumatra dari kepunahan Beberapa di
antaraarıyadilakukan terhadap cleh Taman Safari Indonesia, lembaga ini ditunjuk oleh 20 kebun binatang
di dunia sebagai Pusat Penangkaran harimau Sumatra, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma
(genome rescue bank) untuk harimau Sumatra
• . Hal itu merupakan salah satu tindakan yang tepat sebab penyimpanan sperma terhadap harimau
Sumatra merupakan upaya "deposit suatu genetika" suatu makhluk hidup, untuk kemudian dapat
dikembangkan serta diamankan dari suatu kepunahan dan sangat bermanfaat bagi anak cucu kita kelak
dikemudian hari, Sebab bisa jadi anak-cucu nantinya hanya akan dapat mendengar cerita tentang
harimau Sumatra yang unik dan khas tersebut.
• . Selain tindakan di atas untuk mencegah kejadian kepunahan harimau Sumatra dan mengembalikan populasi-populasi harimau yang
berada pada tingkat tidak sehat ke tingkat populasi sehat yang diperlukan tindakan yang secara simultan seperti program konservasi
harimau Sumatera sebagai kerja sama antara Departemen Kehutanan dengan The Tiger Foundation Canada dan Sumatran Tiger Trust
Inggris untuk mengembangkan program konservasi harimau Sumatra yang secara komprehensif dapat mengatasi faktor-faktor penyebab
menurunnya populasi harimau Sumatra. Upaya konservasi yang dilaksanakan oleh Program Konservasi Harimau Sumatera di antaranya:
• 1) melakukan studi bioekologi harimau Sumatra.
• 2) melakukan perluasan habitat harimau Sumatra yang berada di luar kawasan konservasi sebagai kawasan yang dilindungi untuk
konservasi harimau Sumatra.
• 3) meningkatkan kegiatan perlindungan harimau Sumatra dan habitatnya.
• 4) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan konservasi alam dan meningkatkan kualitas penegakan hukum di bidang kejahatan terhadap
satwa liar.
• 5) Meningkatkan kualitas penanganan konflik antara harimau dengan masyarakat yang dapat menjamin kelesatarian harimau Sumatra.
• 7) Meningkatan kualitas sumber daya manusia dan kerja sama 6) Pemantauan populasi harimau
Sumatera dihabitat alaminya dalam kerumunan yang berkepentingan jangka panjang. terhadap
kelestarian harimau Sumatra.
• 8) Mengembangkan strategi konservasi harimau Sumatra di mara depan
BAB 6 PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN HIDUP
SUMBER DAYA ALAM

• Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan Dalam yang dapat dimenfaatkan untuk berbagal kepentingan dan kebutuhan hidup manusia
egar lebih sejahtera. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh sumber daya
alam adalah barang tambang siner matahari, tumbuhan, hewan, dan yang lainnya

• Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, sifat pembaharuan, dan kegunaan atau pengunaannya. Sumber daya alam berdasarkan jenisnya: (1)
sumber daya alam havati/biotik yaitu sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidun contoh: tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain lain. (2) Suber
dava alam nonhayati/ abiotk, yaitu sumber daya alam yang berasal dari benda mati, contoh: bahan tambang. air, udara, batuan, dan lain-lain

• Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan (1) sumber daya alam yang dapat diperbaharui/frenewable, yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan
berulang kali dan dapat dilestarikan, contoh: air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain. (2) Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui/ non-
reneweble, vaitu sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau hanya dapat digunakan sekali saja, pemulihannya memerlukan waktu yang sangat lama,
contoh: minyak bumi, batu bara, timah, gas alam (3) Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya unlimited, contah: sinar matahari, arus air laut, udara, dan
lain lain

• Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya dibedakan menjadi: (1) sumber daya alam penghasil bahan baku, yaitu sumber daya alam yang
dapat digunakan untuk menghasikan benda atau barang lain, sehingga nilai gunanya akan menjadi lebin tinggi contoh: hasil hutan, barang tambang, hasil
pertanian, dan lain-lain (2) Sumber daya alam penghasil energi, yaitu sumber daya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan
umat manusia di muka bumi., misalnya: ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain sebagainya
LANJUTAN…..

• Sumber daya alam tidak selamanya melimpah, ada yang terbatas jumlahnya. Terkadang dalam proses pembentukannya dibutuhkan
Jangka waktu yang relatif tama dan tidak dapat ditunggu oleh tiga atau empat generasi keturunan manusia.

Sifat khusus sumber dava alam adalah:

• (1) persebarannya yang tidak merata, di tempat tertentu ada satu jenis dan jumlahnya melimpah, tetapi di tempat lain sangat sedikit atau
bahkan tidak ada sama sekali

• (2) Ada ketergantungan antara sumber daya alam satu dengan sumber daya alam yang lain, sehingga memerlukan perhatian. yang serius
dalam pemanfaatannya agar tidak berakibat merugikan Sebagai contoh, perusakan terumbu karang di laut untuik bahan bangunan akan
berpengaruh terhadap perkembangbiakan sumber daya ikan, Perusakan sumber daya hutan juga akan mempengaruhi sumber daya ait,
karena hutan merupakan media penyimpan air. (3) Ada kelangkaan sumber daya alam, terutama pada sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharuhi, maka pengekploitasiannya harus hati-hati agar tidak terjadi krisis sumber daya alam ini
LANJUTAN…

• Sumber daya alam yang semakin hari mengalmi krisis di Indonesia adalah pemanfaat sumber daya hutan yang
tidak segera dikuti oleh usaha pelestarian. Pada umumnya hutan di Indonesia dimanfaatkan untuk sumber kayu
bakar, bahan bangunan, bahan kerajinan, tumbuhan hias, obat-obatan tradisional, bahan bangunan atau sebagai
sumber devisa negara dari hasil penjualan kayu, Sedangkan hutan secara tidak langsung hutan di Indonesia di
manafaatkan untuk memelihara kualitas lingkungan hidup, seperti: mengatur tata air (hidrologi), perlindungan
bahaya erosi, memelihara iklim sete sebagai habitat satwa liar, untuk rekreasi, dan lain-lain.

• Perkembangan dewasa ini, kawasan hutan di berbagai wilayah di Indonesia telah banyak mendapat tekanan dan
gangguandari berbagal faktor, antara lain adanya pertumbuhan penduduk yang pesat yang telah menimbulkan
persoalan serius terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang ada, termasuk kawasan hutan di daerah aliran
sungal (DAS), Akibatnya, terdapat kemerosotan kualitas di berbagai kawasan DAS di wilayah pedesaan.
LANJUTAN…

• Untuk mentantisipasi hal tursebut pemerintah telah berupaya melakukan pembangunan kawasan DAS di wilayah pedesaan
tersetut. Akan tetapi, hasil program pembangunan tersebut tidak mencapai target yang ditetapkan. Disinyalir kegagalan
tersebut sering terjadi karena kurangnya pengamatan aktual terhadap perubahan kondisi faktor-faktor penentu wilayah
setempat. Secara teoritis, pembangunan wilayah harus selalu memperhatikan kondisi faktor- faktor lokal berikut ini, yaitu:
• (1) demografi dan sosial budaya,
• (2) geografi, hidrologi, geologi dan topografi, klimatologi, flora dan fauna, dan

• (3) kemungkinan pengembangan.

Di lapangan, selain kurangnya perhatian terhadap faktor lokal, kegagalan pembangunan disebabkan pula oleh tidak atau
kurangnya partisipasi aktif penduduk pedesaan. Pembangunan yang dilakukan, sering lebih bersifat perintah dari atas (top-
down), sedangkan keberhasilan pembangunan wilayah pedesaan yang terintegrasi sangat ditentukan oleh partisipasi aktif
masyarakat.
LANJUTAN

• Di samping itu, krisis sumber daya hutan disebabkan oleh penebangan liar atau illegal logging yang menjadi isu belakangan ini. Kasus penebangan liar di
Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah meresahkan sebab fauna dan flora yang dilindungi di kawasan hutan ini akan ikut musnah. Kehancuran
hutan tersebut terjadi juga di Taman Nasional Leuser, Taman Nasional Kerinci-Seblat, dan Taman Nasional Gunung Palung. Kerusakan hutan sejak 2000
hingga 2005 tercatat mencapai 1,08 juta hektar per tahun yang mengakibatkan luasan hutan kritis terus bertambah. Kerusakan itu hingga kini telah mencapai
59,3 juta hektar dan hutan-hutan yang berada dalam kondisi kritis itu tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

• Negara-negara maju sudah tidak percaya lagi bahwa kayu tropis yang dihasilkan oleh Indonesia dengan cara yang baik, tapi melalui gal logging dan
merusak lingkungan. Unit Kantor Penghubung Luar negeri Lembaga Ekolabel Indonsia (LEI) yang berpusat di Bogor, Jawa Barat (Jabar), sebagai jalan
tengah, LEI kemudian mengenalkan Skema persyaratan sertifikat ekolabel untuk setiap kayu atau produk kayu yang digunakan, termasuk kayu impor.

• Selain permasalahan sumber dava hutan di Indonesia, saat ini juga perlu diperhatikan sumber daya alam yang berfungsi sebagai sumber energi. Adanya
krisis kelangkaan BBM dan kenalkan harga BaM di Indonesia, pemerintah mulal menggali sumber-sumber enerei alternatif, misalnya dari kelapa sawit,
singkong. jagung, dan minyak jarak yang digunakan sebagai sumber energi hayati (biofuel). Bi buah jarak pagar (Jothropa curcas) kaya minyak nabati sebagai
bahan baku biodiesel. Dari percobaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), campuran solar dan minyak nabati (biodiesel) memilki nilai cetane
(oktan pada bensin) lebih tinggi daripada solar murni. Solar yang dicampur dengan minyak nabati menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna daripada
solar murni, sehingga emisi lebih aman bagi lingkungan.
• Memperhatikan permasalahan dan kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup dewasa ini, maka kebijakan di bidang pengelolsan
sumber daya alam dan lingkungan hidup ditujukan pada upaya:(1) mengelola sumber daya alam, baikyang dapat diperbahari maupun yang
tidak dapat diperbaharui melalui penerapan teknolog ramah lingkungan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya; (2)
menegakkan hukum secara adil dan konsisten untuk menghindari perusakan sumber daya alam dan pencemaran lingkungan; (3)
mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
secara bertahap: (4) memberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber dava alam dan lingkungan hidup bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokat (5) menerapkan secara efektif penggunaan indikatorindikator untuk mengetahui keberhasilan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup: (6) memelihara kawasan konservasi vang sudah ada dan menetapkan kawasan
konservasu baru di wilayah tertentu: (7) mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulang permasalahan lingkungan global.

• Pada tahun 1991, IS0 membentuk TC 207 yang khusus bertugas mengembangkan baku-mutu (standar) ingkungan yang denal sebagai IS0
seri 14000. Standar yang dikembangkan mencakup rangkalan enam aspek, yaitu: (1) enviranmental management system (EMS). (2)
enviranmental auditing (EAJ emvironmental lubeling (ELL. (4) environmental performance evalustion (EPE), (5) e cycle analysis (LCA), dan
(6) term and definitians (TD).
DEGRADASI LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN
WILAYAH (KHUSUSNYA DI INDANESIA)

• Pengertian degradasi pada awalmya berkembang dalam imu kebumian (geologi dan geomerfologil,
yaltu proses penurunan permukaan bumi sebagai akibat dari proses erosi dan transportasi oleh aliran air
(Sutikno, 2000 dalam Sumarmi. 2002). Setelah iimu lingkungan mulai semarak, muncul terminalogi
degradasi lingkungan. Dalam artian lingkungan, degradasi lingkungan adalah: proses penurunan mutu
komponen lingkungan yang mencakup komponen fisik, kimia, dan biotik yang berjalan secara bertahap
sebagal akibat proses alam, proses antropogenik, atau aktivitas manusia.

• Kebanyakan degradasi lingkungan diawali oleh aktivitas manusia. Moran (1987, dalam Sumarmi,
2002) mengartikan degradasi ingkungan sebagai hilangnya habitat alami oleh kegiatan pertanian,
perladangan, pertambangan atau permukiman. Indikasi dari egradasi lingkungan adalah penurunan
kesuburan tanah, kualtas . udara dan sebagainya. Proses degradasi lingkungan itu berjalan tara bertahap,
cenderung meningkat dari waktu ke waktu apacila tidak ada usaha untuk mencegah atau menguranginya
• Pada masa mendatang diperkirakan dominasi manusia terhadap perubahan ingkungan cenderung meningkat. Oleh karena proses degradasi
tingungan itu berjalan secara bertahap, maka gejalanya dapat diidentifikasi lebih dini. Perlu disadari bahwa komponen lingkungan yang
mengalami degradasi sulit dipulihkan kembali dan bahkan dapat punah. Dalam hal ini timbul pertanyaan slapakah yang mempedulikannya?
Semua anggota masyarakat mempunyal kewajiban untuk mengelola lingkungan hidup, agar tidak mengalami degradasi yang mengkhawatirkan.

• Soemarwoto (1997 dalam Sumarmi, 2002) mencatat bahwa bentuk suatu terapi agar masyarakat mempunyai kepedulian dalam menerapkan
pembangunan berkelanjutan dengan menghilangkan tiga mitos, yaitu: (1) mitos 1: pendekatan kuratif lebih baik daripada pendekatan preventif; (2)
mitos 2: mengelola lingkungan adalah tugas erang lain dan bukan tugas saya; dan (3) mitos 3: pengelolaan lingkungan menghambat pertumbuhan
ekonomi. Apabila ketiga mitos tersebut dapat dhilangkan, maka pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai. Selain menghilangkan mitos
tersebut masing-masing Individu masyarakat harus "berpikir global dan bertindak lokal", sehingga melakukan tindakan pelestarian lingkungan
bukan hanya berupa pikiran saja, tetapi juga harus berupa tindakan nyata.

• Dalam melaksanakan pembangunan yang memanfaatkan ruang agar tidak terjadi degradasi tanah/lahan perlu ditakukan manajemen
pembangunan wilayah yang berkelanjutan, sepert tertera pada gambar berikut.
USAHA KONSERVASI HUTAN MANGROVE

A. UDeparteman Kehutanan Repubik Indonesia sebenamya telah melakukan upaya pelestarian hutan mangrove. Hutan jenis ini penting bagi Indonesila, karena
indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai yang sangat panjang menunjukkan bahwa apabila hutan mangrove dikelola dengan baik dapat
memberikan manfaat yang sangat besar secara lestari. Para ahli juga telah banyak melakukan riset sebagai salah satu upaya untuk pelestarian hutan pantai
yang berupa mangrove. Para ahl tersebut berasal dari dari beberapa lembga di antaranya PB (institut Pertanian Bogorl UNS (Universitas Negeri Solo); dan
Departemen Kehutanan Republik Indanesia.

• Keberadaaan mangrove sangat perlu dijaga agar manfaatnya dapat dirasakan baik makhluk yang ada di sekitarnya dan masyarakat sekitar. Berdasarkan
kajian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa mangrove inimempunyalperanekologis danekonamis. Fungsiekologis hutan mangrove antara lain: pelindung
garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal, tempat mencari makan (feeding graund), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground),
tempat pemijahan (spowning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur klim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain keperluan
rumah tangga, industri, dan penghasil bibit. Salah satu, perkembangan pembibitan mangrove yang dikembang (mulai tahun 2011) di Tuban Jawa Timur
dengan nama "Mangrove Center" yang diseponsori oleh Pemerintah Daerah Tuban bekerja sama dengan masyarakat peduli mangrove. Hasilnya telah nyata
dan dapat dilihat suburnya pertumbuhan mangrove dan cemara udang di sebagaian pantai utara Kabupaten Tuban Jawa Timur.
LANJUTAN

• Memang beberapa kasus dijumpal adanya dampak dari aktivitas manusia terhadap ekosistem mangrove, menyebabkan luasan hutan mangrove semakin menurun.
Luas hutan mangrove di Indonesia turun di mana pada dekade awal 2000-an berkisar 2,5 sampal dengan 3,5 juta hektar. Namun demikian, akibat adanya kesadaran
masyarakat, lembaga peduli mangrove, pemerintah daerah, dan Dinas kehutanan di beberapa kasus hutan manerove manjadi bertambah luasnya. Contohnya kasus di
pantal utara Tuban tersebut di atas.

• Usaha konservasi vang telah dilakukan yaitu peremajaan perlu dilakukan pada hutan mangrove yang telah rusak untuk memulihkan fungsi ekosistem dan untuk
meninekatkan nilai manfaat langsunenya. Upaya untuk melindungan hutan mangrove melalui hutan manerove sebagal area hutan cagar alam. Pencagaran alam pada
ekosistem

• hutan mangrove hendaknya berdasarkan kriteria yang jelas, pertimbangan yang rasional, dan perlindungan bagi kawasan hutan mangrove yang seharusnya menjadi
prioritas utama saat ini,

• Sebagaimana diketahui bahwa hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem langka, karena luasnya hanya 2% permukaan bumi. Sementara Indonesia
merupakan kawasan ekosistem mangrove terluas di dunia. Jadi merupakan suatu karunia bahwa Indonesia sebagai negara yang sangat penting bagi pelestarian hutan
mangrove. Dengan alasan keunikan tersebut Indonesia mempunyai kesempatan yang sangat potensial bila berkomitmen untuk melakukan upaya pelestarian hutan
mangrove. Peluang tersebut sangat beralasansebab kenyataannya keberadaan mangrove pada saat ini mulai mengalami kerusakan, Kerusakan itu diakibatkan oleh
adanya kegiatan manusia yang melakukan pemanfaatan yang tidak sesual dengan ketentuan, sehingga mangrove tidak dapat berperan sesuai dengan fungsinya.
LANJUTAN
1. Upaya Pelestarian Mangrove di DAS

•Sebagaimana diketahul bahwa salah satu keberadaan hutan mangrove yang hidup di panatai tersebut
adalah berupa hutan yang terletak di bagian hilir daerah aliran sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut
dan masih dipengaruhi oleh pasang surut. Dengan demiklan, pelestarian mangrove secara langsung
sebenarmya adaan merupakan upaya melestarikan daerah aliran sungai di area hilir, Di daerah ini adalah
daerah yang terdapat di area pantai yang selalu atau Secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh
pasang surut air laut serta aliran air sungal, Di daerah ini biasanya sebagai daeran air payau yang
merupakan pertemuan antara air asin dan air tawar yang berasal dari sungal. Daerah semacam ini menjadi
lahan yane subur dan merupakan habitat yan sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman bakau

•Secara alami sebenarnya daerah seperti terebut di atas menjad tahan subur bagi pertumbuhan hutan
mangrove, sehinegs yang dapat ditumbuh d daerah ini adalah banyak spesies atau berbagal jenis tumbuhan
mangrove. Biasanya ditumbuhi oleh suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
spesies pohon-pahon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam
perairan asin dan payau. Kondisi sematam itu seharuanya dipertahankan dan dikembangkan dengan
melalui program pelestarian hutan mangrove di wilayah pantai di daerah DAS bagian hlir,
LANJUTAN
2.Upaya Pelestarian Mangrove di Daerah Estuaria

•Hutan mangrove di daerah estuaria oleh masyarakat setempat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan
payau. Ekosistem mangrove biasanya juga menduduki lahan pantai zona pasang surut, di laguna, estuaria, dan
endapan lumpur yang datar. Ekosistem semacam ini biasanya bersifat kompleks dan dinamis namun labil. Disebut
kompleks karena di dalam hutan mangrove di daerah ini kondisi tanahnya subur. Dengan demikian, tumbuhan yang
ada beraneka dan tumbuh dengan subur dan juga ada di bawahnya berkembang bagi habitat berbagai satwa dan biote
perairan,

•Disebut dinamis dan labil, karena hutan mangrove di daerah semacm itu dapat terus berkembang serta
mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh berbagai jenis tumbuhan bakau Hal tersebut karena
daerah ini tanahnya relatih subur akibat dari adanya endapan lumpur vane cukup tebal dan subur, Oleh karena itu, di
daerah ini meniadi Jabil, karena mudah sekali rusak akibat diterrjang abrasi apalari bila tumbuhan bakaunya rusak
atau dirusak oleh aktivitas manusia.

•Ekosistem mangrove semacam itu unik yang dapat menumbuhkan bakau dengan subur dan kehidupan biota
pantai yang beranekaragam Fungsi ekologis ekosistem mangrove yang sangat khas itu sangat pertu dilakukan upaya
pelestarian dengan cara menjadikan daerah tersebut eharal daerah cagar alam. Dengan demikian, secara bioloais hutan
mangrave di kawasan tersebut dapat mempertahankan fungsi dan kekhasan ekosistem pantal, termasuk kehidupan
biotanya. Sehingga tidak hanya sebagai upaya pelestarian hutan mangrove tetapi juga sekalieus sebagai upaya
pelestarian pemijahan kan, tempat hidve berbagai jenis ikan, udang dan biota air lainnya, tempat bersarang berbagai
jenis burung, dan habitat berbagai jenis fauna lainnya
LANJUTAN
3.Upaya Pelestarian Mangrove untuk Multifungsi

• Sebagaimana diketahui bahwa hutan mangrove mempunyai multifungsi yaitu fungsi hayati, fisik, kimiawi, dan ekonomik. Fungsi tersebut
seperti hutan mangrove sebagai penyumbang kesuburam tanah di daerah perairan pantai, hutan mangrove merupakan perangkap nutrisi dan
bahan organik yang dibawah oleh alira sungai dan rawa. Bahan organik mengalami penghancuran ole fauna hutan mangrove dan selanjutnya
proses dekomposisi oleh jasad renik menjadi berbagai senyawa yang lebih sederhan Selanjutnya tumbuhan bisa hidup dengan subur yang
diikuti oleh berkembangnya kehidupan berbagai jenis ikan perairan pantai. Sedangkan secara fisik, hutan mangrove mempunyai peranan seba
pelindung bagi pantai dari serangan angin, arus laut, dan ombak dari laut. la dapat melindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh ombak
yang menghempas ke pantai.

• Ekosistem mangrove yang eksis yang terjaga juga memiliki peranan sosial, ekonomi, dan budaya yang sangat penting. Hal tersebut karena
terjaganya stabiltas pantai dari abrasi, sumber ikan, udang dan keanekaragaman hayati lainnya, sumber kayu bak den kayu bangunan, serta
memiliki fungsi konservasi, pendidika oturisme dan dentitas budava, Yang mana bal tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari
masyarakat di sekitanya. Kondiai semacam itu maka hutan mangrove yang dahulu dianggap sebagai hutan yang kurang mempunyal nilai
ekonomis, termyata merupakan sumber daya alam yang cukup berpotensi sebagai sumber penghasil devisa serta sumber mata pencaharian bagi
masyarakat yang berdiam di sekitarnya.

• Di sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa akhir-akhir ini terlihat gangguan-gangguan yang cenderung dapat mengancam kelestarian hutan
dan mengubah ekasistem mangrove menjadi daerah-daerah pemukiman, pertanian, perluasan perkotaan dan lain sebagainya. Faktor utama
penyebab gangguan ini adalah perkembangan penduduk yang pesat dan perluasan wilayah kota,

• Peranan dari mangrove ini sangat penting, terutama untuk kehidupan manusia yang tinggal di sekitarnya. Tetapi peran ini juga penting bagi
makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Sudah lebih dari seabad hutan mangrove diketahui memberi manfaat pada masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu sebagai sumber penghasil kayu bakar dan arang, bahan bangunan, bahan baku pulp
untuk pembuatan rayon, sebagai tanin untuk pemanfaatan kulit, bahan pembuat abat-obatan, dan sebagainya.
LANJUTAN

• Keberadaan yang unik bagi hutan mangrove yang tidak hanya untuk kehidupan tumbuhan dan hewan, tetapi
lebih dari itu sebagai tempat hidup dan penghidupan bagi manusia. Sehingga aktivitas kehidupan manusia
senantiasa berkaitan bagi keberadaan hutan mangrove tersebut. Kondisi yang unik dan kompleks di
kawasan hutan mangrove semacam itu diperlukan program pengelolaan yand komprehensif yang
melibatkan tanggung jawab masyarakat setempat. Program pelestarian hutan mangrove yang melibatkan
masyarakat sekitarnya seharusnya menjadi program bagi pemerintah setempa dengan begitu kelestarian dan
perkembangan hutan bakau dapat dilakukan dengan baik, Dengan melibatkan kegiatan manusia yang
bertempat tinggal di sekitarmya akan dapat menimbudkan dampak yang positif terhadap ekosistem
mangrove. Dengan demikian, akan berdampak terhadap kelestarian ekosistem mangrave dan luas hutan
mangrove bukannya berkurang tetapi mala bertambah. Salah satu contohnya mengembangkan jenis bakau
yang bijinya dapat digunakan sebagai bahan makanan bagi manusia
Usaha-usaha pelestarian yang harus dikembangkan yaitu : Menurut saran dari para ahli bakau atau mangrove mencatat bahwa beberapa
saran usaha pelestarian yang seharusnya dikembangkan agar kelestarian hutan bakau atau hutan mangrove senantiasa terjaga antara lain
sebagai berikut

a. Ditetapkannya oleh pemerintah tentang daerah perlindungan kawasan hutan mangrove yang bernilai konservasi ting tersebut. Prioritas
utama yang menjadi pertimbangan bagi suatu penetapan peraturan pemerintah adalah wilayah-wilayah mangrove sebagai berikut:

1) hutan mangrove yang bendekatan dengan muara sungai,

2) hutan mangrove yang berdekatan dengan daerah penangkapan ikan ataupun daerah pengeringan ikan,

3) hutan mangrove yang berdekatan dengan pemukiman dan industri,

4) hutan mangrove yang merupakan penyangga mutlak terhadap bahaya erosi maupun banjir.

5) hutan mangrove yang mempunyai tumbuhan muda yang rapat,

6) hutan mangrove yang terdapat di suatu pulau.

b. Pemerintah daerah, masyarakat pemerhati mangrove, para ahli atau para penelit, dan masyarakat sekitar lahan mangrove secara kontinyu
berupaya melakukan tindakan (actions) peremajaan (tidak hanya sekedar mempertahankan kelestarian) agar hutan mangrove yang telah
rusak dapat pdh kembali seperti sediakala. Dengan demikian, akan dapat marulhan fungsi ekasistem dan untuk dapat meningkatkan nilal
manfaat langsung bagi masyarakat sekitar atas upaya pelestarian mangrove tersebut
c. Pencagaran ekosistem hutan mangrove hendaknya berdasarkan kriteria yang jelas dan pertimbangan yang rasional. Berbagai upaya pelestarian mangrove yang disebutkan di atas sangat
diperlukan karena hutan tersebut memiliki berbagai ekologis, ekonomis, sosial, dan buadaya/tradisi masyarakat sekitar. Menurut catatan beberapa para ahli fungsi tersebut antara lain sebagal
berikut

1).sebagai pelindung garis pantai dari abrasi,

2) sebagai mempercepat perluasan pantai pengendapan, melalui

3) sebagai mencegah intrusi air laut ke daratan,

4) sebagai tempat berpijah aneka biota laut,

5) sebagai tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan serangga,

6) sebagai pengatur iklim mikro.

7) sebagai penghasil keperluan rumah tangga seperti kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan

8) sebagai bahan makanan dan atau obat-obatan

9) sebagai penghasil keperluan industri seperti bahan hak kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit, dan pewarna

10) sebagai penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang. madu, dan telur burung

11) sebagai tempat pariwisata, penelitian, dan pendidikan.

• Dampak yang ditimbullan akibat dari kerusakan hutan mangrove sangatlah besar bagi kehidupan biota yang ada di dalamnya maupun terhadap manusia itu sendiri, Mangrove yang rusak
akan membunuh biota yang hidup di sana, karena makanan sebagai sumber tenaga yang diperoleh dari mangrove habis. Selain itu kegiatan manusia yang menimbulkan kerusakan juga akan
mencemari mangrovn mempersempit luas lahan hutan mangrove, serta mengganggu ekosistem yang ada di hutan mangrove itu sendiri.

• Dengan demikian, upaya konservasi hutan mangrove ditujukan untuk memperbaiki dan menjaga kelestarian hutan mangrove yang ada. Konservasi ini bertujuan agar ekosistem yang ada
tidak mengalami kerusakan, biota laut dapat berkembang dengan baik karena tersedianya makanan. Selain itu, hasil dari mangrove bisa dimanfaatkan manyarakat sekitar untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga maupun industr. Biota laut yang ada dapat digunakan sebagai makanan oleh masyarakat, sedangkan kayu dari mangrove itu sendiri dapat dijadikan kayu bakar bahan
dasar permbangunan serta bahan dasar industri.
• Konservasi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara melindung kawasan hutan mangrove yang bernilai konservasi tinggi, meremajakan hutan mangrove yang telah rusak
untuk memulihkan fungsi ekosistem dan untuk meningkatkan nilai manfaat tangungnya, dan pencagaran ekosistem hutan mangrove hendaknya berdasarkan kriteria yang
jelas dan pertimbangan yang rasional, ika konservasi dapat dilakukan diharapkan hutan mangrove dapat memberikan mantaat bagi biota vang ada di dalaminya serta
masyarakat yang ada di sekitarnya dan vang membutuhkan sumber daya yang ada.

• Hutan mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman nantal, estuari atau muara sungal, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan subtropis.
Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang
ekstensif dan produktit. Karena hidupnya di dekat pantal, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau, Istilah bakau
itu sendiri dalam bahasa Indanesia merupakan nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan
untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki
karakteristik hidup di daerah pantai.

• Peranan dari mangrove ini sangat penting, terutama untuk kehidupan manusia yang tinggal di sekitarnya. Tetapi peran ini juga penting bagi makhluk hidup yag tinggal
di dalamnya. Sudah lebih dari seabad hutan mangrove diketahui memberi manfaat pada masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu tinggal
sumber penghasil kayu bakar dan arang, bahan bangunan, bahan baku pulp untuk pembuatan rayon, sebagai tanin untuk pemanfaatan kulit, bahan pembuat obat-obatan, dan
sebagainya. Secara tidak langsung hutan mangrove mempunyai fungsi fisik yaitu menjaga keseimbangan ekosistem perairan pantai, melindungi Pantai dan tebing sungai
dari pengikisan atau erosi, menahan dan mengendapkan lumpur serta menyaring bahan tercemar.
Selain itu hutan mangrove memiliki fungsi secara ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis dan
ekonomis hutan mangrove yaitu (Santoso dan Arifin, 1998) :
a. Fungsi ekologis:
1) pelindung garis pantai dari abrast,
2) mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan,
3) mencegah intrusi air laut ke daratan.
4) tempat berpijah aneka biota laut,
5) tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan serangga,
6) sebagai pengatur iklim mikre.
b. Fungsi ekonomis:
1) penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang bahan bangunan, bahan
2) makanan, obat-obatan).
3) penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit,pewarna).
4) penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung.
5) pariwisata, penelitian, dan pendidikan.
• Dampak yang ditimbulkan akibat dari kerusakan hutan mangrove sangatlah besar bagi kehidupan blota
yang ada di dalamnya maupun terhadap manusia itu sendiri. Mangrove yang rusak akan membunuh biota
yang hidup di sana, karena makanan sebagal sumber tenaga yang diperoleh dari mangrove habis. Selain itu
kegiatan manusla yang menimbulkan kerusakan juga akan mencemari mangrove, mempersempit luas lahan
hutan mangrove, serta menggangs ekosistem yang ada di hutan mangrove itu sendiri.

• Dari hal tersebut dapat pertu dilakukan konserasi yetuk memperbaiki dan menjaga kelestarian hutan
mangrove yarg uta Konservasi ini bertujuan agar ekosistem yang ada tidak mengalami kerusakan, biota
laut dapat berkembang dengan bak karena tenedianya makanan. Selain itu, hasl dari mangrove bisa
dimanfautan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggamaupun Industry. Biota laut
yang ada dapat digunakan sebagai makanan glah masyarakat, sedangkan kayu dari mangrove itu sendiri
dapat djadkan kayu bakar, bahan dasar pembangunan serta bahan dasar industri.

• Konservasi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara melindung kawasan hutan mangrove yang bernilai
konservasi tingg, meremajakan hutan mangrove yang telah rusak untuk memulhkan fungsi ekosistem dan
untuk meningkatkan nilai mantaatlangsungnya. dan pencagaran ekosistem hutan mangrove hendaknya
berdasarkan kriteria yang jelas dan pertimbangan yang rasional.

• Jika konservasi ini dapat dilakukan diharapkan hutan mangrove dapat memberikan manfaat bagi biota
yang ada di dalamnya serta masyarakat yang ada di sekitarnya dan yang membutuhkan sumber daya yang
ada.
TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai