Anda di halaman 1dari 18

DISCUS SESSION

Disusun oleh :

dr. Alhadi Arista


dr. Mohd. Ilham Fat-Thur Rahman
dr. Resi Erman
dr. Welia Safitri

Pendamping PIDI :
dr. Sukmadewi
KASUS 3 : ANAMNESIS
Identifikasi
 Nama : Ny. X
 Umur : 43 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Status : Menikah
 Agama : Islam
 Bangsa : Indonesia
 Alamat : unknow

Keluhan Utama:
 Seorang wanita umur 43 tahun datang ke puskesmas dengan
benjolan pada payudara sebelah kiri dirasakan sejak 1 tahun
yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

 Benjolan pada payudara sebelah kiri. Benjolan ini


dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Sejak 3 bulan
terakhir ini, benjolan dengan cepat membesar
daripada sebelumnya.
 Pasien juga malu berhubungan dengan suami karena
benjolan tersebut. Dirasakan pula adanya benjolan
pada kulit mamma di atas areola mamma dan
benjolan pada ketiak kiri.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat penyakit serupa : unknow
 Riwayat tekanan darah tinggi : unknow
 Riwayat DM : unknow
 Riwayat operasi sebelumnya : unknow
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit serupa : unknow
 Riwayat tekanan darah tinggi : unknow
 Riwayat DM : unknow
Riwayat pengobatan/ Operasi :-
 Tidak pernah berobat
 Tidak pernah operasi sebelumnya

Riwayat Obstetri dan Ginekologi : unknow


PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : compos mentis
 Pernafasan : 20x/menit
 Nadi : 80x/menit
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Suhu : 36 ºC
 Berat Badan : 50 kg
 Tinggi Badan : 160 cm
 Keadaan Gizi : baik
 Kepala : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
 Pupil : isokor, refleks cahaya +/+
 Leher : JVP (5-2) cm H2O, tidak ada kelainan
 KGB : pada status lokalis
 Thorax : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-),
murmur (-), gallop (-),
gambaran tumor lihat status lokalis.
 Abdomen : dalam batas normal
 Ekstremitas Superior : tidak ada kelainan
 Ekstremitas Inferior : tidak ada kelainan
Status Lokalis :
Regio Mamma Sinistra
 Inspeksi : Payudara kiri dan kanan tidak simetris, tampak
benjolan pada areola mammae sinistra
 Palpasi : didapatkan masa tumor pada mamma kiri, padat keras
dengan ukuran 4x3x3cm, belum infiltrasi kulit dan dinding dada.

KGB Axilla Dextra


 Inspeksi : tidak tampak benjolan
 Palpasi : tidak teraba benjolan apapun

KGB Axilla Sinistra


 Inspeksi : tidak tampak benjolan
 Palpasi : teraba benjolan padat kenyal, tidak nyeri, dan
mudah digerakkan, dengan ukuran 2x1cm.
PENALARAN KASUS
Telaah dari kasus yang di paparkan, Seorang
wanita umur 43 tahun datang ke puskesmas dengan
benjolan pada payudara sebelah kiri,Benjolan
sudah dirasakan sejak 3 bln yll, cepat membesar,
dilakukan pemeriksaan pada benjolan, lokasi
benjolan di sisi bagian atas areola mammae kiri
dengan ukuran 4x3x3cm tanpa adanya fiksasi dari
benjolan, namun disertai adanya benjolan pada
bagian aksila dengan konsistensi kenyal padat,tidak
nyeri, tidak terfiksir dengan ukuran 2 x 1 cm, dari
anamnesis dan laporan pemeriksaan yang di
sampaikan pasien, hal ini mengarah kepada tumor
yang ada di daerah mammae sinistra pasien.
Bila dikaji masalah informasi dari kasus yang di
jabarkan masih bnyak anamnesis yang belum di
ketahui,apakah mamae sinistra mengalami
perubahan pada kulit,apakah adanya keluar
cairan dari niplenya, apakah ada borok pada kulit
mammaenya,apakah ada perubahan pada niple
yang tertarik ke dalam atau tidak,apakah ada
sebelumnya benjolan seperti ini di lokasi lain
pada mamme yang sama, apakah ada hubungan
benjolan dengan siklus menstruasi. Bila dikaji dari
riw.penyakit dahulu dan keluarga pasien, apakah
ada juga dianggota keluarga yang mengalami
kanker pada payudara.
Masalah yang dapat di ambil dari kasus diatas, dicurigai
bahwa ada nya benjolan di payudara kiri yang mengarah
pada kejadian kanker payudara, namun masih banyak
yang perlu di tanyakan dan pemeriksaan fisik serta
Pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosa
pastinya, namun dari informasi yang sedikit pada kasus
sudah bisa mengarahkan kepada diagnosa kanker
payudara,karena pada kasus terdapat benjolan,yang
cepat membesar dalam waktu 3 bln dengan ukuran
4x3x3cm dengan sudah diikuti metastase atau penyebaran
ke daerah KGB axila,walaupun benjolan tidak adanya
tanda invasif, namun masih dapat dicurigai ke arah
kanker payudara, karena pada dasarnya klasifikasi dari
kanker payudara ada golongan yang kanker payudara non-
invasif.
KASUS 5 :
Nyonya A, seorang warga yang baru pindah ke Jakarta, pada
suatu hari anaknya sakit panas dan dibawa ke Puskesmas
terdekat. Dia mendapat informasi dari warga di sekitarnya
bahwa dokter di Puskesmas itu datangnya sering tidak tepat
waktu. Untuk itu dia harus menunggu berlama-lama. Kemudian
setelah dokter tersebut datang, pak Mantri memanggil lima
pasien sekaligus, termasuk nyonya A. Pada waktu anaknya
diperiksa, tiba-tiba hape sang dokter berdering menandakan
ada sms masuk, yang selanjutnya dokter tersebut membalas
sms tersebut. Tidak lama kemudian hapenya berdering
kembali, dan dokter tersebut mengangkat hpnya serta
berbicara sambil tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba, tanpa
memberitahukan pada pasien yang sedang menanti giliran
pemeriksaan, dokter memutuskan untuk meninggalkan
Puskesmas dan menemui teman lamanya yang hampir 10 tahun
tidak berjumpa.
TELAAH KASUS :
Dari Kasus diatas, seorang dokter sudah
melanggar kaidah etika seorang dokter.
 pertama dokter sering terlambat datang ke
puskesmas tanpa memperhatikan kewajiban
tugasnya terhadap hak pasien sehingga
menyebabkan pasien lama dalam menunggu,
 kedua dokter tidak menghormati adanya
pasien dengan sikapnya memainkan hp dan
menelfondi depan pasien.
 Ketiga dokter tidak menghormati pasien
dengan pergi begitu saja meninggalkan
puskesmas dan pasien.

maka dokter tersebut sudah melanggar


kaidah etika bagian beneficence berupa
alturisme dan kewajiban menolong.
KASUS UKM
Kasus 1
DKI Jakarta merupakan salah satu daerah endemi DBD dan
sering mengalami KLB. Salah satu wilayah di DKI Jakarta,
yakni Puskesmas Kecamatan X telah melaksanakan
program PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk) secara
rutin setiap minggu, namun angka bebas jentik yang
didapat belum mencapai target, masih di bawah 95%. Hal
tersebut antara lain dipengaruhi oleh persepsi masyarakat
yang masih menganggap penyemprotan (fogging) adalah
cara pemberantasan nyamuk DBD yang paling efektif dan
ampuh. Mengubah pemahaman masyarakat akan hal itu
bukanlah hal mudah karena menyangkut perubahan
perilaku. Selain hal tersebut, masih perlu dicari penyebab
lain yang membuat angka kesakitan DBD terus meningkat.
TELAAH KASUS
Kasus 2
Upaya penanggulangan TB di Puskesmas Kecamatan X
telah berlangsung selama lebih dari 10 tahun, namun
cakupan penderita TB dari data yang diperoleh tahun
2005-2008 baru mencapai sekitar 10% dan angka
kesalahan (error rate) pemeriksaan laboratorium
belum dihitung dengan baik meskipun angka
kesembuhan (cure rate) lebih besar dari 85%. Salah
satu hal yang menjadi kendala adalah belum adanya
keseragaman sistem pencatatan dan pelaporan
diantara unit pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta. Keteraturan pengobatan juga penting
dalam rangka meningkatan angka kesembuhan dan
mencegah terjadinya Multi Drug Resistance (MDR) TB.
TELAAH KASUS
Kasus penanggulangan TB memang harus dilakukan
dengan teliti, sebab pada beberapa kasus memang masih
banyak yang tidak terdata, puskesmas x sebaiknya
melakukan kembali skrining pasien yang mengalami
pengobatan TB dan dibuatkan data khusus untuk pasien
yang menderita penyakit TB tujuannya agar tahu para
penderita yang mengkonsumsi OAT, puskesmas X juga
sebaiknya menetapkan pemegang program yang
mengatasi pasien-pasien TB, sehingga pasien yang
mengalami TB bisa terkontrol dan terpantau dalam
pengobatannya, melakukan cek pemeriksaan penunjang
secara berkala agar dapat diketahui hasil mana pasien
yang sudah berhasil dengan pengobatan mana yang tidak.
Hal ini diperlukan agar terhindar dari kejadian pasien
yang mengalami TB MDR.
Kasus 3

Dari data Usaha Kesehatan Sekolah Kecamatan X tahun 2008,


Jumlah sekolah yang sudah tercakup dalam skrining 100%
masing-masing untuk SD, MI, SLTP, SMU, SLB dan ponpes.
Namun untuk siswa SLTP dan SLTA skrining belum mencapai
75% dari seluruh jumlah murid kelas I. BIAS sudah dilakukan
di semua SD/MI/SLB (100% jumlah sekolah) namun belum
mencapai 100%; SD = DT (90,58%); TT (94,08%), MI/SLB = DT
(95,60%); TT (97,13%). Tidak terdapat data perbandingan
antara jumlah siswa/sekolah dengan kader kesehatan
sekolah, yang ada hanya jumlah kader secara total. Tidak
semua sekolah memiliki kader kesehatan: Dokter kecil SD/MI
(100%), kader kesehatan remaja (KKR) = SLTP (82,85%) dan
SLTA (90,32%). Di Ponpes belum terdapat kader kesehatan

Anda mungkin juga menyukai