Anda di halaman 1dari 35

OKTI TRIHATINIA

1913206035
BATANG
R/ Alstoniae Cortex 1g
Alyxiae Cortex 1g
Tinosphorae Caulis 1g
Cichonae Calisaya Cortex 1g
Cichonae Ledgerianae Cortex 1g
Cichonae Ledgerianae Cortex (kulit batang kina ledgeriana)
Uji Organoleptik
Bau khas, terutama kulit bahan, pada penyimpanan lama bau hilang, rasa pahit dan kelat

Uji Makroskopik
Potongan kulit : bentuk pipa , berlengkuk atau pipih, tebal sampai 8 mm dapat juga dalam bentuk serpih.

Uji Mikroskopik : Jaringan gabus terdiri dari beberapa lapis sel gabus. Sel gabus : Berdinding tipis berwarna coklat

Uji Histokimia
Identifikasi alkaloida terdiri dari alkaloida kinina, kinidina, sinkonina, sinkonidina : asam kinat :asam kinatanat : zat merah kina
Alyxiae Cortex (Kulit Pulasari)

Uji Makroskopik
Potongan : panjang sampai 10 cm, lebar sampai 2,5 cm, tebal sampai 4mm, berlekuk membujur atau agak datar, rapuh

Uji Mikroskopik :
Lapisan luar (bila masih ada) terdiri dari lebih kurang 40 lapisan sel gabus yang tidak berlignin; pada kulit yang tebal, diantara lapisan sel gabus
terdapat kelompok-kelompok sel batu berbentuk segi empat sampai segi panjang, dinding tebal, berlignin, lumen sempit.

Analisis Kuantatif
Kadar abu tidak lebih dari 5,5 %
Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 16%.
Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 8,5 %
Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 2%
Bahan organik asing tidak lebih dari 2 %.
Chincna calisayae cortex (kulit kina kaliyasa)

Uji Organoleptik
Bau khas rasa oahit dan kelat.
Uji Makroskopik
Potongan kulit berbentuk pipa, berlekuk atau berupa lempeng, tebal 2mm sampai 5 mm

Uji Mikroskopik : Jaringan gabus terdiri dari banyak lapisan sel gabus bentuk persegi empat memanjang atau agak pipih ,dinding
tipis berwarna kuning kecoklatan sebagian dari sel jaringan gabus berisi zat berwarna coklat terutama sel yang terletak lebih
dekat dengan permukaan.korteks

Uji Histokimia

a. Pada serbuk kulit ditetesi asam sulfat P terjadi warna coklat

b. Pada serbuk kulit ditetesi asam klorida pekat P terjadi warna kuning

c. Pada serbuk kulit ditetesi hidroksida P 5% b/v terjadi warna coklat tua
Tinosphorae caulis (Kulit Batang Brotowali)

Uji organoleptic : Tidak berbau, rasa sangat pahit.

Uji makroskopik : Potongan batang, warna hijau keclokatan, permukaan tidak rata, bertonjolan, beralur alur membujur, lapisan
luar mukdah terkupas.

Uji mikroskopik : Epidermis terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segiempat memanjang, dinding tipis dengan kutikula agak tebal.
Dibawah epidermis terdapat beberapa lapis sel gabus, bentuk segiempat memanjang, dinding agak tebal.

Uji Histokimia
1. Serbuk batang ditetesi asam sulfat P terjadi warna coklat hitam
2. Serbuk batang ditetesi larutan natrium hidroksida P 5% b/V terjadi warna coklat
3. Serbuk batang ditetessi larutan kalium hidroksida P 5% b/v terjadi warna coklat
4. Serbuk battang ditetesi amonia 25 P terjadi warna coklat
Identifikasi kimia : pati, glikosida pikroretosida, alkoloida, berberin, dan palamatin, zat pahit pikroretin, harsa.
Alstoniae Cortex (kulit pule)

Uji Organoleptic
Tidak berbau; rasa pahit yang tidak mudah hilang
Uji Makroskopik
Kulit batang dan cabang terdiri dari potongan potongan mengulang atau kadang kadang berbentuk pipa, tebal sampai kurleb 3mm.

Uji Mikroskopik

Jaringan gabus terdiri dari banyak jalur sel gabus berdinding tipis yang berseling dengan jalur sel yang berdinding agak tebal,
berlignin dan bernoktah, sebagian sel mempunyai dindding yang bewarna kecoklatan
Uji histokimia :
Serbuk kulit ditetesi asam sulfat terjadi warna coklat ungu
Serbuk kulit ditetesi asam sulfat 10N terjadi warna kuning
Serbuk kulit ditetesi asam klorida pekat terjadi warna coklat
Serbuk kulit ditetesi larutan natrium hidroksida P 5% b/v terjadi warna coklat kekuningan
Serbuk kulit ditetesi amonia 25 % terjadi warna kuning
Serbuk kulit ditetesi besi (III ) klorida LP terjadi warna hijau muda
Identifikasi kimia : alkoloida ekitamina, ekitenina, alsonina, akiserina, ekitina, ekiretina ditamina, ekitamidina, ekiteina.
A. Pembuatan Simplisia

1. Pengumpulan Bahan Baku

2. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia

3. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia

4. Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan

5. Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

6. Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering

7. Pengawetan Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba

8. Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan artikel
Kesimpulan

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum


mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani
dan simplisia pelikan (mineral)
FOLIUM
PENYAKIT

Batu ginjal merupakan keadaan yang tidak normal di dalam ginjal dan mengandung komponen kristal serta matriks
organik

Batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium berupa kalsium oksalat atau kalsium fosfat, secara bersama dapat
dijumpai sampai 65 – 85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal
R/ Strobilanthes crispa 1 kg

Daun Kejibeling Sonchus arvensis Linn 1 kg


(Sericocalycis Folium) Persea americana 1kg

Pemerian : Bau lemah, rasa agak sepat dan agak pahit.


Makroskopik Daun : tunggal, derhadapan, tangkai daun pendek, helai daun berbentuk jorong sampai bundar memanjang
UJI MIKROSKOPIK Epidermis Atas: Sel agak besar, bentuk segi empat atau bersudut lima sampai enam, dinding samping lurus

Kadar abu
Tidak lebih dari 16%

Kadar sari
Tidak kurang dari 16%

Bahan organik Asing


Tidak lebih dari 2%
Daun Tempuyung
(Sonchus arvensis L.)

Pemerian : Bau lemah; rasa agak kelat

Makroskopik Daun: Tunggal, tidak bertangkai; helai daun berbentuk lonjong atau berbentuk lanset
UJI MIKROSKOPIK Rambut Kelenjar: Sedikit, terdiri dai 1 sel tangkai pendek dan 1 sel kepala berbentuk bulat panjang.
Uji Histokimia
Sampel yang telah dirajang tipis dimaserasi dengan etanol 70% sampai terendam. Biarkan di tempat gelap selama 5 hari
dengan sekali-kali diaduk. Dipisahkan hasil maserasi dengan penyaringan menggunakan corong yang lubangnya ditutup
dengan kapas. Hasil saringan disimpan dalam botol berwarna gelap terhindar dari cahaya. Ulangi maserasi ini selama 3 kali.
Hasil maserasi dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga didapat ekstrak etanol daun tempuyung.
Daun Alpukat
(Persea americana)

Pemerian : Bau aromatik lemah; rasa pahit dan kelat


Makroskopik Daun tunggal, bentuk jorong sampai bundar telur memanjang, panjang helai daun 10 cm sampai 20 cm, lebar
3 cm sampai 10 cm
UJI MIKROSKOPIK Epidermis bawah : terdiri dari 1 lapis sel, pada penampang tangensial tampak dinding samping agak bergelombang;
kutikula tebal berbintik.

Uji Histokimia
Hasil penanaman pada blok parafin disayat melintang menggunakan rotary microtom dengan ketebalan 6 μm. Sayatan
direkatan (affixing) pada gelas benda yang telah dilapisi perekat gliserin dan albumin sehingga didapatkan irisan preparat
lambung.
PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA

1. Panen ketiga daun yang akan digunakan sebagai formulasi masing masing
seberat 1 kg. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal daun.

2. Kumpulkan masing masing bahan pada wadah lakukan sortasi basah dan lakukan pencucian.

3. Keringkan pada wadah yang berbeda untuk mengurangi air pada pencucian tadi.

4. Tidak perlu melakukan proses perajangan sebab simplisia bentuk daun mudah kering saat pengeringan dikhawatirkan bila
dikakukan kadar minyak atsiri dalam simplisia daun akan menguap maka tidak perlu dilakukannya perajangan.

5. Timbang seluruh sediaan simplisia dan catat.

6. Lakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan. Hitung susut pengeringannya hingga mencapai kurang dari 10%.
PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA

7. Setelah bahan simplisia telah mencapai susut pengeringan yang diinginkan,


lakukan sortasi kering untuk memisahkan benda asing saat dilakukannya
pengeringan simplisia daun.

8. Pembuatan serbuk simplisia dengan metode penumbukan bahan atau bahan


diblender agar menjadi simplisia serbuk kemudian ayak.

9. Timbang hasil berat bobot simplia serbuk lalu kemas.


RADIX
PENYAKIT

Demam adalah kondisi meningkatnya suhu tubuh hingga lebih dari 38◦C. Demam menandakan adanya penyakit atau kondisi
lain di dalam tubuh

Gejala dan Penyebab Demam


Demam ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh hingga lebih dari 38 C dari suhu tubuh normal, yaitu antara 36,10C
sampai 37,20C

R/ Agerati Radix 1,5 kg


Raphani Radix 1,5 kg
Abelmoschi Radix 1,5 kg
(NB: Dalam Bentuk Akar)
AGERATI RADIX

PEMERIAN Bau agak langu, Rasa agak kelat


Uji Makroskopik Akar sebagai besar terdiri dari cabang akar,dan serabut akar,permukaan luar berwarna coklat

Uji Mikroskopik Pada sayatan akar tanpak jaringan gabus terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk poli gonal,dinding
tebal berlapis-lapis

Uji Histokimia Sebanyak 470g simplisia akar bandotan di maserasi dengan methanol teknik dengan pergantian
pelarut setiap 3-5 hari. Hasil akhir ekstraksi kasar methanol 28,6g dan ekstrak fraksi etil asetat 3,48g.
RAPHANI RADIX

PEMERIAN Bau tajam,Khas : rasa pedas, agak menggigit


Uji Makroskopik Akar tunggang, warna putih kchiljauan, berbentuk tombak, lurus alau agak bcngkok

Uji Mikroskopik Pada penampang melintang akar lampak lapisan gabus terdiri dari beberapa lapisan sel, bentuk
pipilh, berdinding tipis

Uji Histokimia Timbang 300 mg serbuk akar campur dengan 5 ml metanol P dan panaskan di atas tangas udara
selama 2 menit, dinginkan dan saring. Cuci endapan dengan metanol P sccukupnya schingn diperolch 5 m! filtrat
Albelmoschi Radix

PEMERIAN Warna coklat kekuningan,tidak berbau, tidak berasa


Uji Makroskopik Akar berbentuk potongan tidak beraturan, bentuk silindrik, berkelok-kelok. Kulit luar berwarma
coklat, beralur memanjang, tersedia tonjolan seperti duri pendek

Uji Mikroskopik Pada penampang melintang akar tampak jaringan gabus terdiri dari beberapa lapis sel bentuk segi
empat agak beraturan. Parenkim korteks dengan selapis dinding tipis, di atas berisi butir-butir
tunggal atau majemuk bentuk bundar telur atau bundar, hilus cksentris, dan kristal kalsium oksalat
berbentuk roset

Uji Histokimia Timbang 500 mg serbuk akar, maserasi dengan 10 ml eter selama 2 jam, saring. uapkan Filtrat
dalam cawan penguap, pada residu iambahkan 2 tetes asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat pekat P; terjadi
warna ungu hijau
PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA

1. Panen ke 3 akar yang akan di gunakan sebagai formulasi masing masing seberat 1,5 kg.
pemanenan di lakukan dengan cara memotong bagian tertentu akar.
2. Kumpulkan masing masing bahan pada wadah lakukan sortasi basah dan lakukan pencucian.
3. Keringkan pada wadah yang berbeda untuk mengurangi air pada pencucian.
4. Lakukan perajangan, timbang seluruh sediaan simplisia dan catat.
5. Lakukan pengeringan dengan cara di oven, hitung susut pengeringannya hingga kurang dari
10%.
6. Setelah bahan simplisia telah mencapai susut pengeringan yang di inginkan lakukan sortasi
kering untuk memisahkan benda asing saat dilakukannya pengeringan simplisia.
7. Pembuatan serbuk simplisia dengan metode penumbukan bahan atau bahan di blender agar
bahan menjdi simplisia serbuk kemudian di ayak.
8. Timbang hasil bobot simplisia.
9. kemaas
FRUCTUS
KASUS
Diare merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan mortalitas dan mordibilitas.
Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri Eschericha coli, bakteri ini masuk ke tubuh
manusia salah satunya melalui tangan yang kotor. Hal ini dapat dicegah dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan atau beraktivitas, serta menggunakan produk
handsanitizer yang dapat menghilangkan kontaminasi dan membunuh organisme
FORMULASI

komposisi bobot
Ekstrak kental buah mengkudu 1 gram

Ekstrak kental buah parijoto 1 gram


Ekstrak kental buah blimbing 1 gram
wuluh
CMC Na 2 gram
Propilen Glikol 15 ml
Metil Paraben 100 mg
Aquadest ad 100 ml
Buah Mengkudu

UJI MAKROSKOPIS
Bentuknya bulat telur atau lonjong, Bau tajam dan spesifik, rasa asam, pahit, agak pedas, Berwarna kuning kehijauan sampai
kuning, Panjang 6-10 cm, diameter 4-6 cm

UJI MIKROSKOPIS
Pemeriksaan mikroskopis buah mengkudu

UJI HISTOKIMIA
Pembuatan Ekstrak Mengkudu Bubuk buah mengkudu dimasukkan dalam kertas saring dan diikat kedua ujungnya, direndam
dalam gelas ekstraksi sokhlet 250 ml sampai pekat dan dilakukan ekstraksi. Hasil ekstraksi kemudian dievaporasi (memisahkan
antara pelarut etanol dan ekstrak kasar mengkudu).

UJI ANTIBAKTERI
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran
Parijoto (Medinilla Speciosa Blunie)

UJI MAKROSKOPIS
Memiliki diameter 8 cm, Berwarna miselium putih tebal, Mempunyai lingkaran konsentris yang tidak jelas, tepi tidak rata

UJI MIKROSKOPIS
Isolate RD26 memiliki diameter 9 cm. Miseliumnya tipis dan warnanya putih kekuningan dengan pusat warna kecoklatan

UJI HISTOKIMIA
Pembuatan ekstrak kasar Buah Parijoto (Medinilla speciosa B.) dilakukan dengan metode maserasi

UJI ANTIBAKTERI
Larutan uji berupa sediaan gel handsanitazer diambil sebanyak 100 µl dan dimasukkan pada masing-masing sumuran. Sebagai
kontrol (-) digunakan DMSO dan basis gel handsanitizer, sedangkan kontrol (+) digunakan handanitaizer komersil dengan zat
aktif Etanol 70%, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C.
Belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi)

UJI MAKROSKOPIS
Berbentuk elips, lonjong atau hampir silinder, Panjangnya 4-10 cm dan lebar 2-3 cm

UJI MIKROSKOPIS
Sel rambut biasa Parenkim berisi Kristal kalsium oksalat berbentuk druise
UJI HISTOKIMIA
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi Sebanyak 10 g simplisia dari buah belimbing wuluh dimasukkan ke dalam
erlenmeyer kemudian direndam dengan air sebanyak 60 ml. Ekstrak cair kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk dan
dievaporasi di almari maserasi hingga diperoleh ekstrak kental.

UJI ANTIBAKTERI
Uji antibakteri dengan metode difusi sumuran dengan cara membuat 6 sumuran pada media yang telah diinokulasikan
dengan bakteri Staphylococcus aureus 200 μl
PEMBUATAN HAND SANITIZER

Pembuatan hand sanitizer dimulai dengan menaburkan CMC-Na dalam aquadest lalu didiamkan
selama sehari. Setelah CMC-Na mengembang, tambahkan tambahkan extrak buah parijoto dan
extrak buah blimbing wuluh yang telah dilarutkan dengan aquadest sambil diaduk. Setelah
homogen, tambahkan campuran metil paraben, dan propilen glikol, lalu diaduk hingga homogen.
 
CORTEX
R/ Symploci cortex 10g

Garciniae mangostanae fructus cortex 10g

Burmani cortex 10g


Kulit Sariawan (Symplocicortex)
UJI MAKROSKOPIS
Potongan kulit, Panjang 2,5 cm sampai lebih kurang 75 cm, lebar 1 cm sampai 5 cm, tebal 1mm sampai 8 mm pipih, berlekuk
atau agak menggulung.
UJI MIKROSKOPIS
Pada kulit yang lapisan gabusnya belum dibuang terlihat beberapa lapis sel felem dengan dinding berwarna coklat, Feloderm
terdiri sel-sel yang umumnya membantu, bentuk persegi panjang.
UJI HISTOKIMIA
Ekstak kulit sariawan diperoleh dengan cara maserasi selama 3 hari menggunakan pelarut eanol 95% kemudian di remaserasi
dan disaring untuk memperoleh ekstrak cair.
Kulit Kayu Manis (Cinnamomi cortex)

Pemerian
Bau khas aromatic,rasa agak manis,agak pedas dan kelat
UJI MAKROSKOPIS
Potongan kulit Bentuk gelondong ,agak menggulung membujur
UJI MIKROSKOPIS
Pada kulit yang lapisan luarnya belum dibuang akan tampak : Lapisan epidermis dengan kurtikula berwarna kuning

Fungsi penambahan reagen pada Simplisia


Cinnamomi Cortex yaitu :
Serbuk Cinnamomi Cortex diletakkan pada plat tetes dan ditetesi asam sulfat 10 N di lemari
asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan adalah coklat merah.hal ini sesuai literature yang
menyatakan Cinnamomi Cortex setelah penambahan reagen asam sulfat 10 N adalah coklat
merah yang menunjukkan adanya terpenoid,steroid,minyak
Kulit Manggis (Garciniae mangostanae fructus cortex)

Pemerian :
Bagian luar berwarna coklat tua, bagian dalam coklat, warna kecoklatan sampai coklat kehitaman, tidak berbau,
rasa pahit.
UJI MAKROSKOPIS
Kristal kalsium oksalat berbentuk druse, berkas pebuluh xylem berbentuk spiral, adanya sel batu, parenkim
mesokarp dan parenkin endokarp terlihat jelas.
UJI HISTOKIMIA
Ekstak kulit buah manggis diperoleh dengan cara maserasi selama 3 hari menggunakan pelarut eanol 70% kemudian
remaserasi dan disaring untuk memperoleh ekstrak cair.
PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA

KULIT MANGGIS
Buah manggis yang sudah matang dibelah pisahkan antara kulit dalam dan luarnya, kulit dalam dan luar masing- masing diiris
tipis-tipis, kemudian dioven sesuai suhu yaitu 700C,
800C, 900C, 1000C selama 48 jam.

KULIT SARIAWAN
Kulit sariawan dikeringkan

KULIT KAYU MANIS


Kulit pada posisi 5~10 cm di atas leher akar dikerat melingkar disekeliling batang sampai menyentuh bagian
kayu dari batang. Masing-masing keratan dikelipaskan dengan mencungkilnya melalui garis keratan vertikal, kemudian
menariknya dari atas ke bawah secara vertikal..
KESIMPULAN

Formulasi kulit kayu manis, kulit buah manggis, kulit sariawan sebagaiobat anti sariawan.

Kandungan dari kayu manis adalah, tanin, lignin, minyak atsiri eugenol,
damar, yang berfungsi sebagai analgesic.

kandungan dari kulit kayu sariawan yang mengandung glikosida,


symplokisim, metil salisilat, alluminium sulfat yang berfungsi sebagai
antisariawan.

Kandungan dari kulit buah manggis yang mengandung sapponiin,


glikosida, terpenoid, flavonoid, alkaloid, dan fenol, dimana kandungan
flavonid yang berfungsi sebagai antibacteri.

Anda mungkin juga menyukai