Anda di halaman 1dari 30

Pengantar Hukum Pajak

Definisi Pajak

• UU No 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas UU No 6 Tahun 1983


tentang KUP Pasal 1 Ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat
Unsur-unsur perpajakan
• Kontribusi, Prestasi, Iuran yang dibayarkan kepada
penguasa / Negara (yang berhak memungut pajak
hanyalah Negara)
• Berdasarkan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya (dapat dipaksakan)
• Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) dari Negara yang
secara langsung dapat ditunjukkan
• Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara,
yaitu pengeluaran umum yang bermanfaat bagi
masyarakat luas
Fungsi Pajak

Fungsi Anggaran (Budgeter)

Fungsi Mengatur (Regulerend)

Fungsi Stabilitas

Fungsi Redistribusi Pendapatan


Asas-Asas Pemungutan Pajak (Four Maxims of Adam Smith)

• Equality
• Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak
dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai
dengan manfaat yang diterima
Asas-Asas Pemungutan Pajak (Four Maxims of Adam Smith)

2. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang


Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas
dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus
dibayar serta batas waktu pembayaran
Asas-Asas Pemungutan Pajak (Four Maxims of Adam
Smith)
• Convenience

Pemungutan pajak harus “nyaman” bagi Wajib Pajak


Baik terkait dengan waktu dan tempat pembayaran maupun
pelaporan, pelayanan dll
Asas-Asas Pemungutan Pajak (Four Maxims of Adam Smith)

• Economy
• Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya
pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan
seminimum mungkin
Teori-teori Pemungutan Pajak
Teori Asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi.


Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas
usaha melindungi orang dari segala kepentingannya,
misalnya keselamatan atau keamanan harta bendanya
• Teori asuransi ini menyamakan pembayaran pajak dengan
pembayaran premi
Teori-teori Pemungutan Pajak
Teori Kepentingan

Memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari


masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada
kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya

Oleh karena itu, pengeluaran Negara untuk melindunginya


dibebankan pada masyarakat
Teori-teori Pemungutan Pajak
Teori Gaya Pikul

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa


yang diberikan oleh Negara kepada masyarakat berupa
perlindungan jiwa dan harta bendanya

Oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan, maka


masyarakat akan membayar pajak menurut gaya pikul
seseorang
Teori-teori Pemungutan Pajak
Teori Bakti (teori kewajiban pajak mutlak)

berdasarkan pada pertimbangan bahwa Negara


mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak
Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa
pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk
membuktikan tanda baktinya terhadap Negara
Dengan demikian, dasar hukum pajak terletak pada
hubungan masyarakat dengan Negara
Teori-teori Pemungutan Pajak
• Teori Asas Daya Beli

• Mendasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan


masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan
pemungutan pajak, sehingga lebih menitikberatkan pada
fungsi mengatur
Sistem Pemungutan Pajak
• OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM

Fiskus berwenang menentukan besarnya pajak terutang


WP bersifat pasif
Utang pajak timbul setelah diterbitkan surat ketetapan pajak oleh fiskus

• SELF ASSESSMENT SYSTEM


• Wewenang
• Kepercayaan diberikan kepada wajib pajak
• Tanggung jawab

•WITHHOLDING SYSTEM
•Wewenang diberikan kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak terutang oleh WP
Stelsel Pajak
• STELSEL NYATA (RIIL STELSEL)
Penggunaan pajak berdasarkan obyek (penghasilan yang nyata)
Pemungutan dilakukan pada akhir tahun pajak
• STELSEL FIKTIF (FICTIVE STELSEL)/ ANGGAPAN
• Pengenaan pajak berdasarkan suatu anggapan yang diatur Undang-undang
• STELSEL CAMPURAN
• Kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan
Tarif Pajak
• Tarif sebanding / proporsional
• Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang
terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai
pajak
• Contoh:
• Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah
pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar
10%
Tarif Pajak
• Tarif tetap
• Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang
terutang tetap
• Contoh :
• Besarnya tarif Bea Meterai untuk cek dan bilyet giro dengan
nilai nominal berapapun adalah Rp 3.000
• Sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2020 Tentang Bea Meterai, pembubuhan
cap bukti pelunasan selisih kurang Bea Meterai atas Cek dan Bilyet Giro
diatur melalui PER-01/PJ/2021
Tarif Pajak
• Tarif progresif
• Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar

Contoh :
Besarnya tarif PPh
Tarif Pajak
• Tarif degresif
• Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar
• Contoh : Tarif di Bea cukai
• objek pajak atas impor atau ekspor kisaran antara 0 sampai Rp 25.000.000
terkena tarif 15%
• objek pajak atas impor atau ekspor kisaran antara 25.000.000 sampai Rp
50.000.000 terkena tarif 12.5%
• objek pajak atas impor atau ekspor kisaran antara 50.000.000 sampai Rp
100.000.000 terkena tarif 10%
HUKUM PAJAK

• Kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan


antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak
Kedudukan Hukum Pajak
• Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S.H. Hukum Pajak mempunyai kedudukan
diantara hukum-hukum sebagai berikut:
• 1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya
• 2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Hukum ini dapat dirinci sebagai berikut:
• Hukum Tata Negara
• Hukum Tata Usaha
• Hukum Pajak
• Hukum Pidana
Sistematika Hukum Pajak
• Hukum Pajak Materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek-
objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar
pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan
hapusnya utang pajak dan hubungan hukum antara
pemerintah dan Wajib Pajak
Contoh: UU PPh, UU PPN
Sistematika Hukum Pajak
• Hukum Pajak Formal
memuat bentuk / tata cara untuk mewujudkan hukum pajak
materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat:
o Tata cara penetapan utang pajak
o Hak-hak fiskus untuk mengawasi WP mengenai keadaan,
perbuatan dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang
pajak
o Kewajiban WP, misal penyelenggaraan pembukuan /
pencatatan dan hak-hak Wajib Pajak mengajukan keberatan
dan banding
Contoh: UU KUP
Jenis Pajak Berdasarkan Golongan
• Pajak Langsung
• Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain
• Contoh: Pajak Penghasilan

• Pajak Tidak Langsung


• Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada
pihak lain
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Pajak berdasarkan Wewenang Pemungut
• Pajak Pusat
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara
Contoh: PPh, PPN
• Pajak Daerah
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah
Pajak Daerah terdiri atas :
• Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
• Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame
Jenis Pajak berdasarkan Sifat
• Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak
Contoh: PPh
• Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPN dan PPnBM
TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK
 Utang (Hukum Perdata ) :
 adalah merupakan suatu perikatan, yang mengandung kewajiban bagi salah satu pihak baik orang maupun badan
sebagai subyek hukum, untuk melakukan suatu prestasi, yang menjadi hak pihak lainnya
 Timbulnya Utang Pajak :
 Ajaran Formil : utang pajak timbul karena fiskus mengeluarkan surat ketetapan.
 Ajaran Materiil : utang pajak timbul karena undang-undang dan karena ada sebab-sebab yang mengakibatkan seseorang atau
suatu pihak dikenakan pajak. Adapun sebab-sebab yang dapat menyebabkan seseorang memiliki utang pajak adalah :
• Perbuatan, yaitu mendirikan bangunan, melakukan kegiatan impor atau ekspor, serta bepergian keluar negeri.
• Keadaan, yaitu memiliki tanah atau bumi dan bangunan, memperoleh penghasilan, serta memiliki kendaraan bermotor.
• Peristiwa atau kejadian, yaitu mendapat hadiah undian.

 Hapusnya Utang Pajak:


 Pembayaran
 Kompensasi
 Daluwarsa
 Penghapusan
 Pembebasan
TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK

 Berakhirnya Utang Pajak ( Hapusnya Utang Pajak )


 1. Pembayaran / Pelunasan
 Pembayaran / pelunasan pajak dapat dilakukan Wajib Pajak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen lain
yang dipersamakan. Pembayaran atau pelunasan pajak dapat dilakukan di Kantor Kas Negara, Kantor Pos dan Giro, dan Bank
Persepsi.Pembayaran pajak hanya dapat dilakukan dengan uang dan bukan dengan bentuk lainnya.

 2. Kompensasi
 Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda dalam tahun pajak yang sama, misalnya antara kelebihan
pembayaran PPh dengan kekurangan pembayaran PPN, ataupun antara jenis pajak yang sama dalam tahun yang berbeda
misalnya kelebihan pembayaran PPh tahun lalu dengan kekurangan pembayaran PPh tahun berjalan.

 3. Penghapusan Utang
 Penghapusan Utang pajak dilakukan karena kondisi dari Wajib Pajak yang bersangkutan, misalnya Wajib Pajak dinyatakan
bangkrut oleh pihak-pihak yang berwenang. Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan karena tidak dapat atau tidak
mungkin ditagih lagi dengan beberapa alasan seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 73/PMK.03/2012, yaitu :

 a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli
waris tidak dapat ditemukan; atau
 b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.
TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK
 4. Daluwarsa

 Daluwarsa Utang pajak terjadi karena terlampaunya waktu penetapan pajak (penertiban surat ketetapan
pajak) maupun karena lampaunya waktu proses penagihan pajak. Daluwarsa dimaksudkan untuk memberikan
kepastian hukum baik bagi Wajib Pajak maupun fiskus maka diberikan kebebasan batas ADLN – Perpustakaan
Universitas Airlangga SKRIPSI Utang Pajak Sebagai Dasar Permohonan Pailit Moch. Fasluki Ikhsanuddin 23
waktu tertentu untuk penagihan pajak. Batas daluwarsa yang berlaku saat ini adalah :

 a. Untuk pajak pusat adalah 5 tahun


 b. Untuk pajak daerah adalah 5 tahun
 c. Untuk retribusi daerah adalah 3 tahun
 d. Untuk Wajib Pajak yang terlibat tindak pidana pajak 10 tahun

 5. Pembebasan

 Pembebasan pajak biasanya dilakukan berkaitan dengan kebijakan pemerintah.Misal dalam rangka
meningkatkan penanaman modal maka pemerintah memberikan pembebasan pajak untuk jangka waktu
tertentu atau pembebasan pajak di wilayah-wilayah tertentu.

Anda mungkin juga menyukai