Anda di halaman 1dari 17

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA

Kelompok 3
Nama Anggota:
1. Dinar Diana Hadjar (J1D020005)
2. Sekar Maharani (J1D020006)
3. Sela Aprilia (J1D020010)
4. Agung Prasetyo (J1D020012)
5. Lutfi Alfiyanita (J1D020014)
6. Yolia Ananda Jelita (J1D020016)
7. Wahyu Wulan Ramdani (J1D020025)
8. Aldi Nur Fadilah (J1D020036)
9. Alicia Melina Kahar (J1D020042)
10. Anisa Resti Ananda (J1D020043)
11. Olivia Putri Wibowo (J1D020044)
12. Laura Jennyca Rizky D A (J1D020045)
13. Hanif Annisa Janti (J1D020046)
14. Jiad Lintang Prabarini (J1D020049)
15. Fanindia Luthfi Oksaoi (J1D020051)
Karakteristik Perkembangan Remaja

Pengertian Remaja

Tahapan dan Tugas Perkembangan


Remaja

Karakteristik Setiap Aspek


Perkembangan

Peran Pendidik

Penyesuaian Remaja Berdasarkan


Lingkungan
Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,


menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).

Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa


peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini
terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan
fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono,
1995).

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang
artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala
memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.
Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).
Pengertian Remaja

Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa


peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu
yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting
menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut
adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan
lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik
di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif 10 11 lebih bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya (storm and stress period). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh
adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.

Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati,
Purnamaningrum; 2009). Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan
seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah suatu
peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-
angsur (gradual) (Santrock, 2002).
Tahapan-Tahapan Remaja

Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses


penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang
secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah
berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja
awal sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senag
kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
Tahapan-Tahapan Remaja

Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu


harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau
sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan
cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat
hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.

c. Remaja Akhir
(Late Adolescence) Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini :
• Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
• Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-
pengalaman baru.
• Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
• Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
• Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).
Tugas Perkembangan Remaja

Hurlock (1980) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada masa


remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang
kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
Tugas-tugas tersebut antara lain:
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir ekonomi.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi.

Ali & Asrori (2006) menambahkan bahwa tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap
dan berperilaku secara dewasa.
Karakteristik Setiap Aspek
Perkembangan

Perkembangan merupakan suatu proses perubahan dalam diri individu


yang bersifat kualitatif atau fungsi psikologisnya yang berlangsung secara
terus-menerus ke arah yang lebih baik/progresif menuju kedewasaan.

1. Pertumbuhan Fisik.
Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan.
Pada fase remaja awal (11-14 tahun)karakteristik seks sekunder mulai
tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja perempuan,
pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis.
Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (usia 14-17
tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir
komplit dan remaja telah matang secara fisik.
2. Kemampuan berpikir (intelektual)
Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta membandingkan normalitas
dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka
telah mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas intelektual sudah
terbentuk.
Karakteristik Setiap Aspek
Perkembangan

3. Perkembangan Kognitif
Perubahan dalam proses kognitif adalah karakteristik selama remaja.
Praremaja mengalami pemikiran yang lebih tinggi, penalaran, dan
pemikiran abstrak. Praremaja mengembangkan keterampilan bahasa yang
lebih maju dan verbalisasi, memungkinkan komunikasi yang lebih maju.

4. Identitas
Pada tahap awal, ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan dengan penerimaan atau penolakan.
Remaja mencoba berbagai peran, mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendiri meningkat, mempunyai
banyak fantasi kehidupan idealistis. Stabilitas harga diri dan definisi terhadap citra tubuh serta peran gender
hampir menetap pada remaja di tahap akhir.

5. Sosialisasi Internal
Sosialisasi adalah karakteristik lain dari remaja, ketika mereka mulai bersosialisasi lebih banyak
dengan teman sebaya mereka dan memisahkan diri dari keluarga mereka. Selama masa kanak-kanak, anak-
anak memiliki loyalitas kepada panutan orang dewasa mereka, seperti orang tua atau guru.
Karakteristik Setiap Aspek
Perkembangan

6. Hubungan dengan orang tua


Dalam tahap ini, tidak terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua.
Remaja pada tahap pertengahan mengalami konflik utama terhadap
kemandirian dan kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk
emansipasi dan pelepasan diri. Perpisahan emosional dan fisik dari orang
tua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.

7. Hubungan dengan sebaya


Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan teman sebaya untuk menghadapi
ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin
yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang
untuk mengambil tempat di dalam kelompok; standar perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga
penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat penting. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya
mulai berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai menguji
hubungan antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang permanen.
Karakteristik Setiap Aspek Perkembangan

8. Perkembangan Emosi
Masa puncak emosionalitas (perkembangan emosi yang tinggi).
Pertumbuhan fisik (terutama organ-organ seksual) mempengaruhi
perkembangan emosi atau perasaan, seperti perasaan cinta, rindu, dan
keinginan untuk berkenalan. Perkembangan emosi yang sensitif dan reaktif
terhadap situasi sosial. Emosi bersifat negatif dan temperamental (mudah
tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung) Remaja akhir (21 tahun)
sudah dapat mengendalikannya. Mencapai kematangan emosional
merupakan masa yang sangat sulit bagi remaja.

9. Perkembangan Sosial
Berkembang “social cognition” kemampuan memahami orang lain (hubungan akrab:
persahabatan/pacaran) Pemilihan persahabatan dengan kualitas psikologis yg relatif sama dengan dirinya
(interes, sikap, nilai, kepribadian) Berkembang sikap “conformity” kecenderungan untuk menyerah atau
mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan teman sebaya Harus memiliki
“social adjusment” yg tepat (kemampuan mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan relasi)
Karakteristik Setiap Aspek Perkembangan

10. Kemandirian dan Batas Pengujian


Remaja sering menguji aturan dan batasan orang tua dan guru. Meskipun perilaku memberontak
ini mungkin tampak bertentangan dengan orang tua, dalam banyak kasus, perilaku ini didorong oleh
kebutuhan remaja untuk mengembangkan otonomi, mengalami kegiatan baru dan mendapatkan lebih
banyak kemandirian, jelas American Psychological Association.
Karakteristik Penyesuaian Sosial Remaja
Berdasarkan Lingkungan

Lingkungan Keluarga
a. Menjalin hubungan yg baik dengan anggota keluarga (orang tua dan
saudara).
b. Menerima otoritas orang tua (mentaati peraturan yg ditetapkan orang tua).
c. Menerima tanggung jawab batasan-batasan (norma) keluarga.
d. Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun
kelompok dalam mencapai tujuannya.

Lingkungan Sekolah Lingkungan Masyarakat


a. Bersikap respek dan mau menerima peraturan a. Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang
sekolah. lain.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah. b. Memelihara jalinan persahabatan dengan
c. Menjalin persahabatan dengan teman-teman di orang lain.
sekolah. c. Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang
d. Bersikap hormat terhadal guru, pemimpin lain.
sekolah, dan staf lainnya. d. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum,
e. Membantu sekolah dalam merealisasikan tradisi, dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
tujuan-tujuannya.
Peran Pendidik

Dalam dunia pendidikan, guru memiliki tugas untuk


memfasilitasi setiap aspek perkembangan remaja. Peran guru dalam
membimbing peserta didik atau remaja ini merupakan bentuk
perwujudan dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki setiap
guru.

Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk memfasilitasi


perkembangan remaja sebagai berikut :
1. Memberikan arahan dan motivasi mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
2. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi (sikap, nilai-nilai, penyesuaian diri)
pada remaja serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar keaktifan
untuk belajar semakin terangsang.
3. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
 Menjalin hubungan yang harmonis dengan
Peran Pendidik
peserta didik dan bersedia mendengarkan
keluhan dan problem yang dihadapinya
Peran Pendidik dalam menghadapi
 Memupuk spirit keagamaan peserta didik
Permasalahan perkembangan
melalui pembelajaran PAI secara humanis dan
peserta didik antara lain:
lebih toleran
 Memberikan pengetahuan dan
 Menerapkan model pembelajaran PAI yang
pemahaman tentang kesehatan
memungkinkan peserta didik untuk berfikir
reproduksi, bahaya seks bebas dan
kritis, reflektif, dan positif
penyalahgunaan narkoba serta miras  Membantu peserta didik mengembangkan
 Membantu peserta didik
etos kerja yang tinggi dan menumbuhkan jiwa
mengembangkan sikap apresiatif
kewirausahaan
terhadap postur tubuh atau kondisi  Merumuskan tujuan kurikulum PAI yang
dirinya
mencakup aspek kognitif, afektif, dan
 Memberikan pelatihan untuk
psikomotorik
mengembangkan ketrampilan
 Pendidik harus menjadi figur dan tauladan
memecahkan masalah dan mengambil
yang baik bagi peserta didiknya
keputusan
 Pendidik harus mampu membentuk
 Melatih peserta didik mengembangkan
kepribadian yang sehat bagi peserta didiknya
resiliensi (kemampuan bertahan dalam
(Nurfuadi, 2011, p. 102)
kondisi sulit dan penuh godaan)
Peran Pendidik

Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mencegah tindakan buruk


remaja:
1. Memahami sikap dan tingkah laku remaja.
2. Memberikan perhatian.
3. Memberikan kebebasan dan keteraturan serta pengarahan
terhadap sikap, perasaan dan pendapat remaja.
4. Menciptakan suasana yang hangat.
5. Memberikan apresiasi terhadap remaja.
6. Memberikan teladan atau contoh yang baik bagi remaja.
7. Tidak memberi tekanan pada remaja.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai