Anda di halaman 1dari 11

UNDANG-UNDANG

KESEHATAN
KASUS PCC
(Paracetamol,Cafein, dan Carisoprodol)

KELOMPOK 6
NAMA KELOMPOK 6 :
THERESIA FIKA ANGGREANI
(F201801121)
DESWITA MAHARANI ( F201801134 )
ELFI ALIDYA FARMA ( F201801108)
HIKMAWATI
NUR HIDAYAH SAPUTRI (F201801136)
IRMAWATI ( F201801146)
RESKY MAULANA ( F201801141 )
2
1. Uraian kasus : “
Pada tahun 2017, terjadi kasus penyalahgunaan obat yang
mengandung Paracetamol 160 mg, Cafein 32 mg dan 200
mg Carisoprodol yang disingkat PCC. Obat tersebut
dikonsumsi kebanyakan oleh pelajar dan remaja yang
mengakibatkan efek kejang kejang dan halusinasi. Polda
sultra mengembangkan kasus tersebut dan menemukan
barang bukti sebangak 1.112 butir pil tramadol.
3
▸ Pihak yang terlibat :
Apoteker dan asisten apoteker
▸ Keterangan kasus :
Kasus penyediaan, pengadaan dan
penyerahan obat keras (Daftar G) tanpa
resep dokter
▸ Sanksi :
Undang undang nomor 36 tahun 2009 pasal
111 sampai pasal 116, Pasal 197 juncto pasal
106 ayat 1
4
PCC Adalah ?
PCC adalah kepanjangan dari Paracetamol, Cafein, dan Carisoprodol.
 Paracetamol atau acetaminophen
Termasuk ke dalam jenis obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas. Paracetamol
biasanya digunakan untuk mengurangi gejala rasa sakit ringan hingga sedang seperti
sakit kepala, flu, nyeri karena haid, sakit gigi, hingga nyeri sendi. Tablet paracetamol
500mg diminum setiap 6 jam sekali untuk mencapai efek penghilang rasa nyeri ini.
 Caffeine (kafein)
Caffeine atau kafein adalah zat yang terdapat pada kopi, teh ataupun cola untuk
meningkatkan kesadaran, fokus, dan waspada. Kafein bekerja dengan memberi stimulasi
pada sistem syaraf pusat, jantung dan otot pada tubuh. Efek dari kafein adalah
meningkatkan tekanan darah serta melancarkan aliran urin. Namun, efek ini bisa jadi
tidak akan terjadi pada orang yang sudah rutin meminum kafein.
 Carisoprodol
Carisoprodol adalah obat terbatas yang hanya bisa digunakan berdasarkan resep
dokter. Obat ini termasuk jenis obat muscle relaxer atau obat yang membuat relaks
otot yang akan memotong rasa sakit yang mengalir dari syaraf ke otak di kepala.
Carisoprodol digunakan bersama untuk terapi fisik seperti otot dan tulang, misalnya
pada cedera. 5
Pada dasarnya obat PCC digunakan dalam ilmu kesehatan
medis untuk meredakan penyakit jantung, melemaskan otot
pasca operasi, dan sebagai obat penenang terhadap
seseorang yang memiliki gangguan jiwa yang berada dalam
pengawasan rumah sakit jiwa. Izin peredaran obat PCC
dicabut oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan pada
tahun 2013 dan mengkategorikan obat tersebut sebagai
obat ilegal. Pada tahun 2018 Kementerian Kesehatan
mengeluarkan dan mengundangkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika

6
Dalam kasus peredaran dan memproduksi obat PCC
secara ilegal :
Dijerat dengan Pasal 197 Juncto Pasal 106 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 197
berbunyi “setiap orang dengan sengaja memproduksi,
mengedarkan sediaan farmasi atau alat kesehatan yang tak
memiliki izin edar sebagaimana Pasal 106 ayat (1) dipidana
penjara paling lama lima belas tahun penjara dan denda paling
banyak Rp 1,5 miliar. Perbuatan yang dilakukan oleh pengedar
dan memproduksi obat PCC telah memenuhi unsur tindak
pidana yakni unsur kesalahan yang disangkakan pada Pasal 197
Juncto Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009
7
Bentuk pertanggung jawabkan korban
Penyalahgunaan obat PCC :

▸ Dengan memberlakukan sanksi rehabilitasi hingga


pemidanaan, karena obat PCC sudah digolongkan
kedalam Narkotika Golongan I berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika. Dalam hal
penyalahgunaan obat PCC perlu dibuktikan unsur
kesalahan terhadap penyalahgunaan tersebut.
KESIMPULAN :


1. Pertanggungjawaban pidana terhadap penyalahgunaan
obat PCC telah memenuhi sifat melawan hukum dan unsur
kesalahan berdasarkan Pasal 111 sampai dengan Pasal 116
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Pasca diundangkannya Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018
tentang Perubahan Penggolongan Narkotika, obat PCC
telah digolongkan menjadi Narkotika Golongan I, pekaku
penyalahgunaan obat PCC akan dipidana atau diberikan
tindakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika.
9

2. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pelaku
penyalahgunaan obat PCC berdasarkan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
dengan diberikannya sanksi rehabilitasi. Syarat
pemberian sanksi rehabilitasi jika pelaku
penyalahgunaan obat PCC tidak melanggar ketentuan
Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkoba. Sanksi rehabilitasi
dibagi menjadi dua, yakni rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial berdasarkan pada Pasal 54
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkoba.
10
Thanks!
Any questions?

11

Anda mungkin juga menyukai