Anda di halaman 1dari 16

PPH WP PRIBADI

DAN BADAN

OLEH : SITI NURJANAH (2015017060)


YUNITA CAHYANI
(2015017062)
PENYUSUTAN
(DEPRESIASI)

Pengeluaran–pengeluaran untuk memperoleh harta


berwujud yang memunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut
selama masa manfaat harta yang bersangkutan melalui
penyusutan atau depresiasi.
Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah
alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset selama umur manfaatnya. Penerapan
depresiasi akan mempengaruhi laporan keuangan,
termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Menentukan Besarnya Biaya Penyusutan ???

1. Saat
dimulainya
Penyusutan

5. Penyusutan /
amortisasi untuk 2. Metode
penanaman modal Penyusutan
bidang tertentu

4. Penyusutan 3. Kelompok
harta tak masa manfat dan
berwujud tarif penyusutan
1. Saat Dimulainya
Penyusutan

Penyusutan harta berwujud dimulai pada bulan dilakukannya


pengeluaran atau pada bulan selesainya pengerjaan suatu
harta sehingga penyusutan pada tahun pertama dihitung
secara prorata. Namun, berdasaran persutujuan Direktur
Jendral Pajak, saat dimulainya penyusutan dapat dilakukan
pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan
harta tersebut mulai menghasilkan (saat mulai berproduksi
dan tidak dikaitkan dengan saat diterimanya atau
diperolehnya penghasilan.
CONTOH

Contoh 1 :
Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung sebesar Rp 100.000.000.
Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 2016. bangunan tersebut selesai
dan siap digunakan pada bulan Maret 2017. penyusutan atas harga
perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan Maret 2017.

Contoh 2 :
Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2016 dengan harga
perolehan Rp 100.000.000, masa manfaat mesin adalah 4 tahun, tarif
penyusutan 50 %. Penyusutan atas harga penyusutan mesin tersebut dimulai
bulan Juli 2016.

Contoh 3:
PT X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor pada
tahun 2016. perkebunan tersebut diperkirakan mulai menghasilkan (panen)
pada tahun 2017. penyusutan traktor tersebut dimulai pada tahun 2017.
Namun, dengan persetujuan Direktur Jendral Pajak, penyusutan traktor
tersebut dapat dilakukan pada tahun 2016.
2. Metode Penyusutan

Metode penyusutan yang diperbolehkan untuk kelompok harta


berwujud dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1.Penyusutan harta berwujud bangunan
2.Penyusutan harta berwujud selain (bukan) bangunan.

•Untuk harta berwujud selain (bukan bangunan) metode yang


diperbolehkan adalah metode garis lurus atau saldo menurun yang
mana pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus.
Untuk harta berwujud bangunan, wajib pajak hanya dapat
menggunakan metode garis lurus.
•Penghitungan penyusutan setiap tahun untuk metode garis lurus
adalah harga perolehan dibagi masa manfaat. Jika terdapat nilai
residu maka tidak boleh dikurangkan dari harga perolehan.
Penghitungan penyusutan setiap tahun untuk metode saldo menurun
adalah tarif penyusutan dikalikan nilai sisa buku.
3. Kelompok Masa Manfaat Harta dan
Tarif Penyusutan

Besarnya penyusutan suatu periode dipengaruhi oleh metode


yang digunakan, besarnya harga perolehan harta berwujud,
dan masa manfaat dari harta berwujud tersebut. Untuk
memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak dalam
melakukan penyusutan atas pengeluaran harta berwujud,
Pasal 11 UU Nomor 36 tahun 2008 mengatur masa manfaat
harta berwujud dan tarif peyusutan, baik menurut metode
garis lurus maupun saldo menurun. Jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan
untuk keperluan penyusutan. Masa manfaat dan tarif
penyusutan harta berwujud diatur sebagai berikut.
Bangunan tidak permanen adalah bangunan yang bersifat
sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau
bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang masa manfaatnya
tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, misalnya barak atau asrama
yang terbuat dari kayu.

Dalam hal terjadi penjualan atau pengalihan harta


berwujud, jumlah nilai sisa buku dibebankan sebagai kerugian,
sedangkan jumlah harga jual atau penggantian asuransi
dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan
atau penarikan harta. Kerugian sebesar nilai sisa buku harta
karena penggantian asuransi yang jumlahnya baru diketahui di
masa, dibukukan sebagai beban masa kemudian dengan
persetujuan dirjen pajak. Jika pengalihan harta berwujud digunakn
sebagai bantuan atau sumbangan, harta hibahan atau warisan,
jumlah nilai sisa buku tidak boleh dibebankan sebagai kerugian
bagi pihak yang mengalihkan.
Contoh 1 :
Wajib pajak membeli sebuah bangunan permanen dengan harga
perolehan Rp 100.000.000. Bangunan tersebut mulai digunakan pada satu
Januari 2016. Sesuai ketentuan perpajakan, bangunan tersebut termasuk
harta berwujud dengan masa manfaat 20 tahun dan hanya diperbolehkan
menggunakan metode garis lurus.
Penyusutan setiap tahunnya adalah Rp 5.000.000
(yaitu Rp 100.000.000 : 20). Besarnya penyusutan setiap tahun dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Contoh 2 : Wajib pajak memiliki sebuah mesin yang dibeli dan
ditempatkan pada bulan Januari 2016 dengan harga perolehan Rp
150.000.000. Mesin tersebut termasuk harta bukan bangunan
kelompok I dengan masa manfaat 4 tahun. Wajib pajak memilih
metode saldo menurun. Berdasar ketentuan, harta bukan bangunan
kelompok I disusut 50 % dari nilai sisa setiap tahunnya. Perhitungan
penyusutannya sebagai berikut :
Contoh 3 :
Wajib Pajak membeli sebuah kendaraan pada Januari 2016 dengan harga
perolehan Rp 200.000.000. Kendaraan tersebut mulai dioperasikan pada bulan April
2016. Menurut akuntansi, perkiraan umur ekonomis kendaraan tersebut adalah 10
tahun dengan nilai sisa 10% dari harga perolehan. Sementara menurut perpajakan,
kendaraan tersebut termasuk harta berwujud kelompok II (umur ekonomis 8 tahun,
tarif penyusutan 12,5% dengan metode garis lurus). Penyusutan tiap tahunnya
adalah Rp 25.000.000 (yaitu 12,5% x Rp 200.000.000). Besarnya Penyusutan setiap
tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tahun Penyusutan Nilai Sisa Buku
- Rp 200.000.000
2016 9 : 12 x Rp25.000.000= Rp18.750.000 Rp 181.250.000
2017 Rp 25.000.000 Rp 156.250.000
2018 Rp 25.000.000 Rp 131.250.000
2019 Rp 25.000.000 Rp 106.250.000
2020 Rp 25.000.000 Rp 81.250.000
2021 Rp 25.000.000 Rp 56.250.000
2022 Rp 25.000.000 Rp 31.250.000
2023 Rp 25.000.000 Rp 6.250.000
2024 3 : 12 x Rp25.000.000 = Rp 6.250.000 -
Penyusutan Harta Berwujud
Tertentu

Terhadap harta berwujud tertentu berikut ini, penyusutannya diatur


secara khusus :
a.Atas biaya perolehan atau pembelian telepon selular yang dimiliki dan
digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya dapat di bebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%
dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalu penyusutan aset tetap
kelompok I. Sedangkan, atas biaya berlangganan atau pengisian ulang
pulsa dan perbaikan telepon selular yang dimiliki dan digunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya
dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah
biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan dalam
tahun pajak yang bersangkutan.
b.Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan
bus, mini bus, atau yang sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan
untuk antar jemput para pegawai dapat dibebankan seluruhnya sebagai
biaya perusahaan melalui penyusutan aset tetap kelompok II. Sedangkan,
atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kedaraan bus, mini bus,
atau yang sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk antar
jemput para pegawai dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya
perusahaan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
c.Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar
kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan digunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjannya dapat di bebankan sebagai biaya perusahaan sebesar
50 % dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan
besar melalui penyusutan aset tetap kelompok II. Sedangkan, atas
biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan (jenis
kendaraan, bus, minibus, atau yang sejenis) yang dimiliki dan
digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% dari jumlah biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin
dalam tahun pajak yang bersangkutan.
5. Penyusutan / Amortisasi

• Penyusutan / Amortisasi untuk penanaman modal bidang tertentu


• Sesuai PP No 1/2007 (Amandemen PP No 148/2000) jenis usaha, tarif penyusutan,
dan amortisasi yang dipercepat adalah :
1. Jenis industri terdiri atas industri makanan lainnya; tekstil dan pakaian jadi; bubur
kertas, kertas dan karton dll
2. Tarif penyusutan dan amortisasi dipercepat, dilihat tabel berikut :

Tarif penyusutan / amortisasi


Kelompok aset Masa manfaat
Tetap berwujud
Garis Lurus Saldo menurun

I Bukan Bangunan
-Kelompok I 2 Tahun 50% 100%
-Kelompok II 4 Tahun 25% 50%
-Kelompok III 6 Tahun 16,67% 33,33%
-Kelompok IV 8 Tahun 12,5% 25%
II Bangunan :
-Permanen 10 Tahun 10% -
-Tidak permanen 5 Tahun 20% -

Anda mungkin juga menyukai