Anda di halaman 1dari 136

GEOLOGI DAERAH PANGLENGSERAN DAN SEKITARNYA

KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT


DAN ANALISIS PETROFISIK RESERVOIR DI SUMUR DIANA
BERDASARKAN DATA WIRELINE LOG UNTUK USULAN DRILL STEM TEST

Oleh :
ADRIANTO SETIADI
055199024

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2006
SISTEMATIKA PENULISAN :

1. PENDAHULUAN
Meliputi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Letak dan Kesampaian Daerah Penelitian, Waktu
Penelitian, Metode Penelitian, Tahapan Penelitian, serta Peneliti Terdahulu.

2. GEMORFOLOGI
Meliputi Geomorfologi Regional, Pembagian Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian, Pola Aliran dan
Genetika Sungai, Stadium Erosi dan Jenjang Geomorfik daerah Penelitian.

3. STRATIGRAFI
Meliputi Stratigrafi Regional, Pembagian Satuan Stratigrafi Daerah Penelitian, yaitu Penamaan,
Penyebaran dan Ketebalan, Ciri Litologi, Umur dan Lingkungan Pengendapan, dan Hubungan
Stratigrafi.

4. STRUKTUR GEOLOGI
Meliputi Struktur Geologi Regional, Pembagian Struktur Geologi Daerah Penelitian, Umur dan
Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Daerah Penelitian.

5. SEJARAH GEOLOGI
6. ANALISIS PETROFISIK RESERVOIR DI SUMUR DIANA BERDASARKAN DATA WIRELINE
LOG UNTUK USULAN DRILL STEM TEST
Meliputi Pendahuluan, Wireline Log, Identifikasi Litologi Dari Data Wireline Log, Memperkirakan
Zona Prospek, Analisis Petrofisik Reservoir di Sumur Diana, serta Usulan Interval Untuk Drill Stem
Test
7. KESIMPULAN
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG :

1. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata-1 ( S-1 ) di


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor
2. Fenomena geologi di sekitar daerah Pangleseran, Kecamatan Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat
dimana memiliki berbagai formasi batuan untuk daerah yang tidak begitu luas.
3. Penurunan produksi minyak dan gas dari cekungan produksi akibat eksploitasi yang berlebihan
dan kurangnya kegiatan penilaian kembali sumur – sumur yang sudah ada serta kurangnya
kegiatan eksplorasi pada daerah – daerah yang baru.

TUJUAN PENELITIAN :

1. Mengetahui dan mampu memberikan informasi atau gambaran umum mengenai keadaan
geologi.
2. Mampu mengidentifikasi interval – interval yang memiliki prospek endapan hidrokarbon pada
Sumur Diana dan menghitung potensi cadangan hidrokarbonnya.
LETAK DAN KESAMPAIAN DAERAH PENELITIAN :

• Secara geografis terletak pada 06°55’00” LS - 07°00’00” LS dan – 106°48’00” BT - 106°54’00”


BT. Sedangkan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Cikembar, Cisaat,
Cibadak, Jampang Tengah dan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
• Luas daerah penelitian  11,11 km x 9,26 km = 102,88 km2, termasuk ke dalam Peta Geologi
Regional lembar Bogor No. 1209-1 tahun 1998 skala 1 : 100.000. Peta Rupabumi Indonesia
Bakosurtanal lembar Cibadak No. 1209-121 dan lembar Sukabumi No. 1209-122, skala 1 : 25.000.
• Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua yang
kemudian di beberapa tempat dapat dicapai dengan berjalan kaki.
-6 30' LS
Cibodas Pangkalan
Citeureup
Cariu
Lawangtaji Naggerang
Ciampea D.1076
D.1075
Ciparahu Semplak
Leuwiliang
BOGOR G. SANGGABUWANA

G. DAHU
Gunungmejan
D.1079
Bojongkole
Ciawi
Brujul

G. SALAK
Cikalongkulon
-6 45' LS
Ciantenherang Cipanas

G. PANGRANGO

Cicurug
Ciranjang
G. HALIMUN CIANJUR
G. BATU
Parungkuda
Daerah Penelitian
Cipetir
Cibadak

SUKABUMI
Cibeber
Cikembang
106 45' BT

107 15' BT
107 0' BT

LEMBAR : 1209 JAKARTA

Cigombong Pangleseran
Pelabuhanratu

Campaka Gununghalu
D.1024

Jampangtegah
METODE PENELITIAN

Permasalahan Studi Literatur

Data Data
Wireline Log Lapangan

Analisis

Studio Laboratorium

Laporan
Sementara
Hipotesis
Laporan
Akhir

Bagan Alir Metode Penelitian


PENELITI TERDAHULU :

1. Van Bemmelen, R. W, (1949), Geologi bagian Tengah dan Timur Zona Bogor.

2. A. C. Effendi, Kusmana dan B. Hermanto, ( 1998 ), Peta Geologi Lembar Bogor.

3. Soejono Martodjojo, ( 1984 ), Geologi Daerah Cimandiri - Sukabumi, Jawa Barat.


GEOMORFOLOGI

GEOMORFOLOGI REGIONAL :

Van Bemmelen (1949), membagi Jawa Barat ke


dalam 4 zona fisiografi yaitu :
1.Zona Bogor
2.Zona Pegunungan Selatan
3.Zona Dataran Pantai Jakarta
4.Zona Bandung DAERAH PENELITIAN

Berdasarkan hasil pembagian zona fisiografi di


atas, maka daerah penelitian termasuk ke
dalam Zona Bogor dan pada bagian
Tenggara termasuk ke dalam Zona
Pegunungan Selatan.

GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN :


Pembagian Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian mengacu pada konsep W. M. Davies
(1985), yaitu berdasarkan proses, struktur dan tahapan.
Satuan Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari :
1.Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan
• Sub Satuan Perbukitan Lipat Patahan
• Sub Satuan Bukit Lipatan
2.Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi
3.Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Aluvial
Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan
•Sub Satuan Perbukitan Lipat Patahan

Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan.


( Foto diambil dari C-027 kearah Barat Laut)

• Satuan ini pada peta geomorfologi diwakili oleh warna hijau.


• Menempati sekitar 53.66 % dari luas daerah penelitian.
• Ketinggian 250 – 718 mdpl
• Kemiringan 5° - 50°
• Menyebar pada bagian Tenggara, Barat Daya, Tengah, dan Utara daerah penelitian.
• Ditempati oleh litologi :Batulempung,Batulanau,Batupasir,Konglomerat,Tuf,Tuf Lapili dan
Breksi
Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan
•Sub Satuan Bukit Lipatan

Satuan Geomorfologi Perbukitan Bukit Lipatan


( Foto diambil dari B-057 kearah Barat)

• Satuan ini pada peta geomorfologi diwakili oleh warna kuning.


• Menempati sekitar 0.65 % dari luas daerah penelitian.
• Ketinggian 350 – 477 mdpl
• Kemiringan 5° - 50°
• Terdapat pada sisi Barat daerah penelitian
• Ditempati oleh litologi :Tuf selang – seling Tuf Lapili sisipan Breksi Tuf
Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi

Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi


( Foto diambil dari D-013 kearah Selatan)

• Satuan ini pada peta geomorfologi diwakili oleh warna krem.


• Menempati sekitar 44.33 % dari luas daerah penelitian.
• Ketinggian 255 – 570 mdpl
• Kemiringan 5° - 50°
• Menyebar pada bagian Utara dan Selatan daerah penelitian.
• Ditempati oleh litologi satuan breksi gunungapi.
Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial

Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial


(Foto diambil pada lokasi C-022 kearah Selatan )

• Satuan ini pada peta geomorfologi diwakili oleh warna abu-abu.


• Menempati sekitar 1,35 % dari luas daerah penelitian.
• Ketinggian 285 – 435 mdpl
• Kemiringan 0° - 10°
• Menyebar di sepanjang sungai – sungai Ci Pelang, Ci Talahab dan Ci Mandiri
• Ditempati oleh litologi satuan endapan aluvial.
Foto Geomorfologi Sebagian Daerah Penelitian
Difoto Dari C-027 Kearah Barat - Utara
Gambar 3D Topografi Daerah Penelitian
POLA ALIRAN SUNGAI

Pola aliran sungai yang berkembang di daerah penelitian teridiri dari 3 (tiga) pola aliran sungai, yaitu :

1. Pola Aliran Sungai Dendritik 106°48'00" BT 48'30" 49'00" 49'30" 50'00" 50'30" 51'00" 51'30" 52'00" 52'30" 53'00" 53'30" 106°54'00" BT

06°55'00" LS
06°55'00" LS
Ci Lu
bang

Pola aliran sungai dendritik yaitu pola aliran sungai


yang memperlihatkan seperti batang pohon serta Ci
L on

55'30"

55'30"
gk
ew
an

cabang – cabangnya, mengalir ke semua arah dan


g

T ya
n

menyatu di induk sungai.


n ta
Ca
Ci u
Bat
Ci

56'00"

56'00"
2. Pola Aliran Sungai Rektangular Ci Sagaran

Pola aliran sungai rektangular yaitu pola aliran

56'30"

56'30"
sungai yang berbelok, berliku-liku, dan Ci Padarea

menyambung secara membentuk sudut – sudut


Ci Ba ng
tunu
ng gal

57'00"

57'00"
tegak lurus. Banyak dikendalikan oleh pola kekar
dan sesar yang juga berpola berpotongan secara Ci Pelang

tegak lurus.

atu
57'30"

57'30"
B
Ci
lang
Ci Pe

3. Pola Aliran Sungai Trelis

58'00"

58'00"
Pola aliran sungai trelis merupakan pola aliran
sungai yang berbentuk mirip dengan anjang-anjang

g
Ci Pelan
D
pagar atau pola tali pagar. Pola ini merupakan ciri
58'30"

58'30"
d as
tu Bo iri
Ba Ci and

dari sungai yang berada pada batuan yang terlipat


Ci Ci M

Rk
dan miring kuat.
Ci Ka te a s
od
iB
C
59'00"

59'00"
iri
Ci Mand
Ci Talahab
59'30"

59'30"
atu

Ci Ta
B

laha
Ci

b
07°00'00" LS

07°00'00" LS
106°48'00" BT 48'30" 49'00" 49'30" 50'00" 50'30" 51'00" 51'30" 52'00" 52'30" 53'00" 53'30" 106°54'00" BT

Peta Pola Aliran Sungai Daerah Penelitian


GENETIKA SUNGAI

Genetika sungai yang berkembang di daerah penelitian teridiri dari 3 (tiga) jenis genetika sungai, yaitu :
1. Genetika Sungai Konsekuen
Tipe genetik sungai konsekuen adalah tipe genetik
sungai dimana sungai yang mengalir memiliki arah
aliran yang sama dengan arah kemiringan
perlapisan batuan.
2. Genetika Sungai Subsekuen
Tipe genetik sungai subsekuen adalah tipe genetik
sungai dimana sungai yang mengalir memiliki arah
aliran yang searah dengan arah jurus perlapisan
batuan.
3. Genetika Sungai Obsekuen
Tipe genetik sungai obsekuen adalah tipe genetik
sungai dimana sungai yang mengalir memiliki arah
aliran yang berlawanan dengan arah kemiringan
perlapisan batuan.
Tipe Genetik Sungai Konsekuen Pada Anak Sungai Citalahab
( Foto diambil pada lokasi C-030 )

Tipe Genetik Sungai Subsekuen Pada Sungai Cibatu Tipe Genetik Sungai Obsekuen Pada Anak Sungai Cilongkewang
( Foto diambil pada lokasi B-015 ) ( Foto diambil pada lokasi A-023 )
106°48'00" BT 48'30" 49'00" 49'30" 50'00" 50'30" 51'00" 51'30" 52'00" 52'30" 53'00" 53'30" 106°54'00" BT

06°55'00" LS
06°55'00" LS
Ci Lub
ang

Ci
L on

55'30"

55'30"
gk
e wa
ng

O S Ci
C an
ta
ya
n

tu
Ba
Ci
56'00"

56'00"
Ci Sagaran

K
56'30"

56'30"
K Ci Padar

S
eang
Ci B
a tu
nun
gg al
57'00"

57'00"
g
Ci Pelan

u
57'30"

at

57'30"
B
Ci
el ang
Ci P
58'00"

58'00"
g
Ci Pelan
58'30"

58'30"
as
od iri
atu iB a nd
C
Ci
B Ci M

Ci Kate as
od
iB
C
59'00"

59'00"
diri
Ci Man

Ci Talahab

S S
59'30"

59'30"
S K
atu

Ci T
B

alah
Ci

a b
07°00'00" LS

07°00'00" LS
106°48'00" BT 48'30" 49'00" 49'30" 50'00" 50'30" 51'00" 51'30" 52'00" 52'30" 53'00" 53'30" 106°54'00" BT

Peta Genetika Sungai Daerah Penelitian


STADIUM EROSI
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, proses erosi sungai di daerah penelitian secara umum pada
tahapan muda dan tahapan dewasa di beberapa tempat.

STADIUM EROSI MUDA


Sungai – sungai dengan proses erosi berada pada tahapan muda memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
1. Bentuk lembah sungai menyerupai huruf “V”.
2. Proses erosi ke arah vertikal masih dominan dibandingkan ke arah horizontal.
3. Seringkali terdapat air terjun.

Stadium Sungai Muda Pada Anak Sungai Cibatu


( Foto diambil pada lokasi B-008 )
STADIUM EROSI DEWASA
Sungai – sungai dengan proses erosi berada pada tahapan dewasa memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
1. Bentuk lembah sungai menyerupai huruf “U”.
2. Proses erosi ke arah horizontal sudah dominan dibandingkan ke arah vertikal.
3. Hadirnya endapan aluvial sungai.

Stadium Sungai Dewasa Pada Sungai Cipelang


( Foto diambil pada lokasi C-039 )
JENJANG GEOMORFIK

Jenjang geomorfik daerah penelitian pada umumnya berada pada tingkat dewasa.

Ciri daripada jenjang geomorfik dewasa adalah dimana bentuk morfologi yang ada sudah tidak
memberikan kenampakan seperti bentuk aslinya. Seperti morfologi perbukitan yang sudah mengalami
kikisan – kikisan erosi, relief menjadi berkurang, bentuk punggungan menjadi membulat dan
penampang melintang sungai menjadi konkav ke atas.
STRATIGRAFI

STRATIGRAFI REGIONAL

Martodjodjo, (1984) membagi Jawa Barat


menjadi 3 mandala sedimentasi, yaitu:
1. Mandala Paparan Kontinen
2. Mandala Cekungan Bogor
3. Mandala Cekungan Banten

STRATIGRAFI DERAH PENELITIAN

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka


daerah penelitian termasuk ke dalam Daerah Penelitian
Mandala Sedimentasi Cekungan Bogor.

Mandala Sedimentasi Jawa Barat, Martodjojo (1984)


Adapun pembagian tatanan stratigrafi pada daerah penelitian terbagi atas (dari tua ke muda) :
1. Satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan Batubara
( Formasi Bayah ).
2. Satuan Batugamping sisipan Batupasir ( Formasi Rajamandala ).
3. Satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan Batulanau dan
Batupasir Tufan ( Formasi Citarum ).
4. Satuan Breksi sisipan Batupasir selang seling Batulempung ( Formasi Jampang ).
5. Satuan Tuf selang seling Tuf Lapili sisipan Breksi Tuf ( Anggota Cikarang, Formasi
Jampang ).
6. Satuan Batupasir selang – seling Batulanau dan Batulempung sisipan Konglomerat ( Formasi
Cimandiri ).
7. Satuan Batugamping ( Formasi Bojonglopang ).
8. Satuan batuan Breksi Gunung Api
9. Satuan Endapan Aluvial
KESEBANDINGAN STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
SATUAN BATUPASIR SELANG – SELING BATUPASIR KONGLOMERAT, BATULEMPUNG
SISIPAN BATUBARA
Penamaan dan Penyebaran
Martodjodjo, (1984) mengusulkan tata nama satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat,
Batulempung sisipan Batubara ini sebagai Formasi Bayah.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna kuning
•Menempati sekitar 16.4 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi daerah Cibadak, Cicantayan, Padaasih, Cisaat, Sinaresmi.

Ciri Litologi

Secara megaskopis :

Batupasir
Putih kemerahan, Ø pasir sedang-kasar, membulat tanggung,
pemilahan sedang, kemas terbuka, porositas sedang, agak
kompak, komposisi : kuarsa, feldspar, serta terdapat konkresi
besi pada bagian atasnya.

Batupasir konglomerat
Massa dasar : batupasir putih kemerahan, Ø pasir sedang-kasar,
membulat tanggung, pemilahan sedang-buruk, kemas terbuka,
porositas baik, kompak, komposisi : kuarsa feldspar, siderit.
Fragmen : kuarsa, putih, Ø butiran-berangkal (2-7 cm)
membulat. Struktur sedimen normal dan reverse graded bedding
serta cross bedding.
Singkapan Batupasir Konglomerat
Batulempung ( Foto Diambil di Lokasi D-018 )
Coklat, putih kemerahan, agak lunak kadang karbonan.

Batubara
Hitam, kilap dull, konkoidal, medium cleat, agak lunak, mineral
aksesori pirit dan amber.
Secara megaskopis : A B C D E F G H I

Batupasir : 1
Sayatan batuan sedimen klastik berwarna coklat
terang, terdiri dari kuarsa (55%), k-feldspar 2
(12%), dan lithik (10%) sebagai matriks. Massa
dasar hadir berupa gelas (15%) dan lempung 3
oksida besi (8%). Kemas terbuka memperlihatkan
hingga mengambang, porositas intrapartikel dan 4
interpartikel, pemilahan sedang, bentuk butir
menyudut tanggung hingga membundar tanggung,
5
ukuran butir berkisar antara halus hingga 0,8 mm.
6

Sayatan Batupasir di lokasi A-006


(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

B u t ir a n S t a b il
Nama batuan : K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
0 100

Feldspatik Arenit (Gilbert, 1953) K u a rs a

20 80

40 60

A r k o s ik L it h ik
60 40

80 20

C h i e f l y V o lc a n i c

100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
Ketebalan
Ketebalan Formasi Bayah ini menurut Martodjojo di daerah tipe 1500 m, di daerah Ciletuh kurang
dari 300 m, di G. Walat sekitar 700 m, sedangkan berdasarkan rekontruksi penampang geologi
adalah ± 600 m.

Umur
Umur Formasi Bayah ini berdasarkan pengelompokan fosil planktonik menurut Blow (1969) adalah
sebagai berikut :

Umur (Blow 1969) Eosen Oligosen Miosen


Awal Tengah Akhir Awal Akhir Awal Tengah
P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22
Foram Planktonik N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14
Globigerina praebulloides
Globigerina yequaensis
Globigerina tripartita

Dengan hadirnya fosil planktonik Globigerina praebulloides dan dengan musnahnya fosil
Globigerina yequaensis maka umur Formasi Bayah ini diperkirakan Eosen Tengah – Oligosen
Awal ( P14 – P19).

Hubungan Stratigrafi

Hubungan Stratigrafi Formasi Bayah ini dengan satuan batuan di bawahnya tidak diketahui, karena
tidak tersingkap di daerah penelitian.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan Formasi Rajamandala diperkirakan tidak
selaras.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Formasi Bayah ini menggunakan model endapan Alluvium
Braidded River (Selley, 1976)

Berdasarkan model endapan Alluvium Braidded River , maka Formasi Bayah ini diendapkan pada
lingkungan Active Channel Sequence in: Channel ( A ) ; Channel Bar ( B ) dan Abandoned
Channel Sequence : Back Swamp ( C )
SATUAN BATUGAMPING SISIPAN BATUPASIR

Penamaan dan Penyebaran


Martodjodjo, (1984) mengusulkan tatanama satuan Batugamping sisipan Batupasir ini sebagai Formasi
Rajamandala.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna biru muda
•Menempati sekitar 4.87 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi daerah Kebonmanggu, Cikujang, Pasir Aseupan dan Cibatu Girang

Ciri Litologi

Secara megaskopis :

Batugamping
Abu-abu, Ø pasir sedang - kasar, butiran menyudut, kemas
terbuka, pemilahan sedang - buruk, porositas sedang - baik,
keras,sering kristalin, terdapat pecahan fragmen koral, algae,
gastropoda dan oolit.

Batupasir
Abu-abu, Ø pasir sedang, butiran menyudut tanggung, kemas
terbuka, pemilahan sedang, porositas sedang, keras, karbonatan.

Singkapan Batugamping sisipan Batupasir


( Foto Diambil di Lokasi A-017)
A B C D E F G H I
Secara Mikrokospis :
Batugamping : 1
Sayatan batugamping autocthon (batugamping 2
berlapis), dengan warna coklat, dengan pembentuk
utama berupa klastik berupa koral dan foraminifera
kecil (82%), berukuran 0,2 - 2 mm, spar berupa 3
kalsit (10%). Secara umum hubungan antar
butirnya mengambang dan terpilah buruk. Keadaan 4
butir umumnya utuh, hanya sebagian saja yang
terabrasi dan bentuk kemas yang tidak beraturan, 5
bagian dalam dari butiran sudah terisi oleh material
yang bukan dari asalnya. Porositasnya interpartikel 6
dan intrapartikel. Jenis pendukung detritus berupa
mikrit (8%).
Sayatan Batugamping di lokasi D-005
(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

Didukung Lumpur Didukung Butiran/Fragmen


Kristalin
Fragmen Fragmen Lempung > 10 Lumpur Sedikit
Kerangka
< 10% > 10 % % - Absen
Crystaline
Mudstone Wackstone Packstone Grainstone Boundstone
Carbonate

Nama batuan : Grainstone (Dunham, 1962).


Ketebalan
Ketebalan Formasi Rajamandala ini menurut Martodjojo di lokasi tipenya adalah 60-100 m, di
Sukabumi Selatan di Gunung Karang sekitar 98 m, sedangkan berdasarkan rekontruksi penampang
geologi adalah ± 250 m.

Umur
Umur Formasi Rajamandala ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil planktonik menurut
Blow (1969) adalah sebagai berikut :

Umur (Blow 1969) Oligosen Miosen


Pliosen
Awal Akhir Awal Tengah Akhir
P18 P19 P20 P21 P22
Foram Planktonik N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20
Globigerina prasaepsis
Globigerina stainfortbi
Globigerina ciperoensis
Globorotalia opima

Dengan hadirnya dan punahnya fosil planktonik Globorotalia opima maka umur satuan batugamping
sisipan batupasir ini diperkirakan Oligosen Akhir – Miosen Awal ( N2 – N4 ).

Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi Formasi Rajamandala ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Formasi
Bayah diperkirakan tidak selaras.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu Formasi Citarum diperkirakan selaras.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Formasi Rajamandala terhadap model paparan karbonat (Irwin,
1956 , Tyrrel, 1969 dan Wilson, 1969)

Berdasarkan model paparan karbonat, maka Formasi Rajamandala ini diendapkan pada lingkungan “ Y “
Zone ( Irwin, 1956 ), Reef Wall ( Wilson, 1969 ) atau Winowed ( Tyrell, 1969 )
SATUAN BATUPASIR SELANG – SELING BATUPASIR KONGLOMERAT, BATULEMPUNG
SISIPAN BATULANAU DAN BATUPASIR TUFAN

Penamaan dan Penyebaran


Martodjodjo, (1984) mengusulkan tatanama satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat,
Batulempung sisipan Batulanau dan Batupasir Tufan ini termasuk ke dalam Formasi Citarum.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna hijau muda
•Menempati sekitar 15.15 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi daerah Pasir Batununggal, Bojongkembar, Sidamukti, dan Bojong
Ciri Litologi

Secara megaskopis :
Batupasir
Abu-abu, Ø pasir sedang - kasar, menyudut tanggung –
membulat tanggung, kemas terbuka, pemilahan buruk,
porositas sedang - baik, agak kompak, komposisi kuarsa,
feldspar, lithik, tufan dan gampingan. Ketebalan 5 -20 cm.
Batupasir Konglomerat
Polimik, massa dasar batupasir, fragmen batugamping,
batulempung karbonatan dan batupasir, Ø 2-30 cm,
membulat tanggung, ke bagian atas gradasi menjadi
batupasir, struktur sedimen scour, normal graded bedding,
paralel lamination. Ketebalan 100-200 cm.
Batulempung
Abu-abu muda kehujauan, agak kompak, gampingan,
struktur sedimen wave ripple lamination. Ketebalan 10
-160 cm.
Batulanau
Abu-abu tua kehijauan, Ø lanau, membulat, kemas Singkapan Batupasir selang seling Batulempung
tertutup, pemilahan baik, porositas sedang, kompak, ( Foto Diambil di Lokasi A-027)
komposisi gloukonit dan gampingan, struktur sedimen
lenticular bedded, concolute bedded dan paralel lamination.
Ketebalan 15 -210 cm.
Batupasir Tufan
Putih kekuningan, Ø pasir sedang, membulat tanggung –
membulat, pemilahan sedang, kemas terbuka, porositas
sedang, agak lunak. Ketebalan 60 cm.
Secara Mikroskopis : A B C D E F G H I
Batupasir 1
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna
coklat terang, terdiri dari kuarsa (40%), lithik 2
(20%), feldspar (16%) dan mineral logam (2%)
sebagai matriks. Massa dasar hadir berupa kalsit
(14%) dan lempung (8%). Kemas terbuka
3
memperlihatkan hingga mengambang, porositas
intrapartikel dan interpartikel, pemilahan buruk, 4
bentuk butir menyudut tanggung hingga
membundar tanggung, ukuran butir berkisar antara 5
halus hingga 1,6 mm.
6

Sayatan Batupasir di lokasi A-030


(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

B u tir a n S ta b il
K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
Nama batuan : 0 100

Subfeldspatik Lithik Arenit (Gilbert, 1953) K u a rsa

20 80

40 60

A r k o s ik L it h ik
60 40

80 20

C h ie f ly V o lc a n ic

100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
A B C D E F G H I
Batupasir Tufan 1
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna
coklat terang, terdiri dari lithik(25%), k-feldspar 2
(12%), kalsit (10%), kuarsa (6%) dan mineral
logam (2%)sebagai matriks. Massa dasar hadir
berupa gelas (30%) dan mineral lempung (15%).
3
Kemas terbuka memperlihatkan hingga
mengambang, porositas intrapartikel dan 4
interpartikel, pemilahan sedang, bentuk butir
menyudut tanggung hingga membundar tanggung, 5
ukuran butir berkisar antara halus hingga 0,4 mm.
6

Sayatan Batupasir di lokasi A-029


(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

B u t ir a n S t a b il
K u a r s a , R ija n g , K u a r s it

Nama batuan : Chiefly Volcanic Wacke (Gilbert, 1953). 0 100

K u a rsa

20 80

40 60

A r k o s ik L it h ik
60 40

80 20

C h ie f ly V o lc a n ic

100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
Ketebalan
Ketebalan Formasi Citarum menurut Martodjojo di anak sungai Citarum sekitar 1372 m, di daerah
Batununggal sekitar 1250 m, sedangkan berdasarkan rekontruksi penampang geologi adalah ± 560
m.

Umur
Umur Formasi Citarum berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil planktonik menurut Blow
(1969) adalah sebagai berikut :

Umur (Blow 1969) Oligosen Miosen


Pliosen
Awal Akhir Awal Tengah Akhir
P18 P19 P20 P21 P22
Foram Planktonik N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20
Globigerinoides trilobus
Globoquadrina praedehiscens
Globorotalia siakensis
Globigerina venezuelana

Dengan hadirnya fosil planktonik Globigerinoides trilobus dan dengan musnahnya fosil
Globoquadrina praedehiscens maka umur Formasi Citarum ini diperkirakan Miosen Awal ( N5 –
N7 ).

Hubungan Stratigrafi

Hubungan Stratigrafi Formasi Citarum ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Formasi
Rajamandala diperkirakan selaras.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan Formasi Jampang diperkirakan selaras dan
menjemari.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Formasi Citarum ini didasarkan atas model endapan kipas laut
dalam (Walker, 1978)

Berdasarkan model endapan kipas laut dalam , maka Formasi Citarum ini diendapkan pada lingkungan
Upper Fan ( A ), Suprafan Lobes On Mid Fan ( B ) sampai Lower Fan ( C ) dari sistem kipas laut
dalam.
SATUAN BREKSI SISIPAN BATUPASIR SELANG SELING BATULEMPUNG

Penamaan dan Penyebaran


Effendi, (1998) mengusulkan tatanama satuan Breksi sisipan Batupasir selang seling Batulempung ini sebagai
Formasi Jampang.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna cokelat tua
•Menempati sekitar 9.6 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi daerah Pasir Kopo, Leuwigoong, Ciangsana, Nyalindung.
Ciri Litologi

Secara megaskopis :

Breksi
Massa dasar :
Batupasir, abu-abu, Ø pasir halus-kasar, menyudut tanggung–
membulat tanggung, kemas terbuka, pemilahan sedang-buruk,
porositas sedang-baik, kompak, komposisi feldspar, kuarsa, lithik,
gampingan dan urat-urat kalsit.
Fragmen :
Polimik, terdiri dari batuan beku, andesit, basalt, kadang
batugamping, Ø 25-150 cm, menyudut tanggung.
Ke bagian atas gradasi menghalus, struktur sedimen normal
graded bedding, paralel lamination, cross bedding, dan wavy
lamination serta scour pada bagian bawah.

Batupasir
Abu-abu , Ø pasir halus-kasar, menyudut tanggung, kemas
terbuka, pemilahan buruk, porositas sedang-baik, kompak,
komposisi feldspar, kuarsa, lithik dan gampingan.
Ke bagian atas makin halus, struktur sedimen normal graded
bedding, paralel lamination, dan cross bedding.
Singkapan Breksi sisipan batupasir selang seling
Batulempung batulempung
Abu-abu, kompak, gampingan. ( Foto Diambil di Lokasi C-011)
Secara Mikroskopis :
A B C D E F G H I
Batupasir (Masadasar) 1
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna
coklat terang, terdiri dari lithik (28%), hornblend 2
(23%), kuarsa (12%) dan plagioklas (12%)
sebagai matriks. Massa dasar hadir berupa gelas
(12%) dan lempung (5%) . Kemas terbuka
3
memperlihatkan hingga mengambang, porositas
intrapartikel dan interpartikel, pemilahan buruk, 4
bentuk butir menyudut hingga membundar
tanggung, ukuran butir halus hingga 1,6 mm. 5

Sayatan Batupasir di lokasi C-008


(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

B u t ir a n S t a b il
K u a r s a , R ija n g , K u a r s it

Nama batuan : Lithik Arenit (Gilbert, 1953). 0 100

K u a rs a

20 80

40 60

A r k o s ik L it h ik
60 40

80 20

C h ie f ly V o lc a n ic

100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
A B C D E F G H I
Andesit (Fragmen) 1
Sayatan batauan beku dengan warna abu-abu dan
coklat, hipokristalin, inequigranular, 2
glomerovitrovirik, dengan tekstur halus. Terdiri dari
kuarsa (30%), plagioklas (27%), k-feldspar (12%),
piroksen (8%) dan mineral logam (3%) sebagai
3
fenokris. Gelas (20%) hadir sebagai massa dasar.
4

Sayatan Andesit di lokasi C-008


(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

Tekstur KF < 1/3 F Tot 1/3 F Tot < KF < 2/3 F Tot KF > 2/3 F Tot Tipe Feldspatoidal
Halus Andesit Trakhiandesit Trakhit Fonolit
Kasar Diorit Monzonit Syenit Syenit Feldspatoid

Nama batuan : Andesit (Williams, 1952).


Ketebalan
Ketebalan Formasi Jampang ini menurut Martodjojo di daerah Jampang sekitar 2000 m, sedangkan
berdasarkan rekontruksi penampang geologi adalah sekitar ± 650 m.

Umur
Umur Formasi Jampang ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil planktonik menurut Blow
(1969) adalah sebagai berikut :

Umur (Blow 1969) Oligosen Miosen


Pliosen
Awal Akhir Awal Tengah Akhir
P18 P19 P20 P21 P22
Foram Planktonik N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20
Globigerinoides immaturus
Globigerinoides trilobus
Globigerinatella insueta
Globoquadrina praedehiscens

Dengan hadirnya fosil planktonik Globigerinoides immaturus dan Globigerinatella insueta dan
dengan musnahnya fosil Globoquadrina praedehiscens maka umur satuan breksi sisipan batupasir
selang seling batulempung ini adalah Miosen Awal ( N6 – N7 ).

Hubungan Stratigrafi

Hubungan Stratigrafi Formasi Jampang ini dengan dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Formasi
Citarum diperkirakan selaras dan menjemari.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu Anggota Cikarang, Formasi Jampang diperkirakan
selaras.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Formasi Jampang ini didasarkan atas model endapan kipas laut
dalam (Walker, 1978)

Berdasarkan model endapan kipas laut dalam , maka Formasi Jampang ini diendapkan pada lingkungan
sampai Suprafan Lobes on Mid Fan ( A ) sampai Upper Fan ( B ) .
SATUAN TUF SELANG SELING LAPILI SISIPAN AGGLOMERAT DAN BREKSI TUF

Penamaan dan Penyebaran


Effendi, (1998) mengusulkan tatanama satuan Tuf selang seling Tuf Lapili sisipan Breksi Tuf ini sebagai
Anggota Cikarang, Formasi Jampang.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna cokelat muda
•Menempati sekitar 4.21 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi daerah Pasir Pari, G. Batu, G. Walang.
Ciri Litologi

Secara megaskopis :

Tuf
Putih, Ø tuf halus-kasar, membulat tanggung, pemilahan
sedang, kompak, kemas tertutup, porositas buruk,
komposisi gelas dan litik.

Tuf Lapili
Putih kehijauan, Ø lapili, menyudut tanggung-menyudut,
kemas terbuka, porositas sedang, kompak, komposisi
gelas, lithik, dan khlorit, butiran menghalus ke bagian atas.

Breksi tuf
Massa dasar:
Tuf, putih kehijauan, Ø lapili, menyudut tanggung-
menyudut, pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas
sedang, kompak, komposisi gelas, lithik, dan khlorit, Singkapan Tuf selang seling lapili sisipam breksi tuf
Fragmen : ( Foto Diambil di Lokasi B-072)
Batulempung, Ø 5-60 cm, menyudut.
Butiran menghalus ke atas, struktur sedimen normal
gradded bedding serta scour pada bagian bawah.
A B C D E F G H I
Tuf
Sayatan batuan piroklastik dengan warna coklat 1
terang dan hijau muda, terdiri dari k-feldspar
(20%), lithik (14%), biotit, plagioklas (4%)dan
mineral logam (2%) sebagai matriks. Massa dasar 2
hadir berupa gelas (44%)dan lempung (8%).
Kemas terbuka memperlihatkan hingga 3
mengambang, porositas intrapartikel dan
interpartikel, pemilahan buruk, bentuk butir 4
menyudut tanggung hingga membundar tanggung,
ukuran butir halus hingga 0,4 mm.
5

6
Sayatan Tuf di lokasi B-003
(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

Nama batuan : Tuf Gelas (Pettijohn, 1975).


G e la s

T u f G e la s

50 50

T u f K r is t a l T u f L it h ik

K r is t a l L it h ik
50
Tuf Lapili A B C D E F G H I

Sayatan batuan piroklastik dengan warna coklat, 1


terdiri dari lithik (45%), kuarsa (12%), k-feldspar
(9%) dan piroksen (7%) sebagai matriks. Massa
dasar hadir berupa gelas (17%) dan mineral 2
lempung 10%). Kemas terbuka memperlihatkan
hingga mengambang, porositas intrapartikel dan 3
interpartikel, pemilahan buruk, bentuk butir
menyudut tanggung hingga membundar tanggung, 4
ukuran butir halus hingga > 2 mm.
5

6
Sayatan Tuf di lokasi B-024
(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

Nama batuan : Tuf Lithik (Pettijohn, 1975).


G e la s

T u f G e la s

50 50

T u f K r is t a l T u f L it h ik

K r is t a l L it h ik
50
Ketebalan
Ketebalan Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini berdasarkan rekontruksi penampang geologi
adalah ± 1500 m.

Umur
Umur Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil
plantonik menurut Blow (1969) m adalah sebagai berikut :

Umur (Blow 1969) Oligosen Miosen


Pliosen
Awal Akhir Awal Tengah Akhir
P18 P19 P20 P21 P22
Foram Planktonik N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20
Globigerinoides immaturus
Globigerinatella insueta
Praeorbulina glomerosa
Globorotalia siakensis

Dengan hadirnya fosil planktonik Praeorbulina glomerosa dan dengan musnahnya fosil
Globigerinatella insueta maka Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini diperkirakan Miosen Awal
(N8).

Hubungan Stratigrafi

Hubungan Stratigrafi Anggota Cikarang, Formasi Jampang dengan satuan batuan di bawahnya yaitu
Formasi Jampang diperkirakan selaras.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu Formasi Cimandiri dan Formasi Bojonglopang
diperkirakan tidak selaras.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini didasarkan terhadap
model endapan kipas laut dalam (Walker, 1978)

Berdasarkan model endapan kipas laut dalam , maka Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini diendapkan
pada lingkungan Suprafan Lobes on Mid Fan ( A ) dan Upper Fan ( B )
SATUAN BATUPASIR SELANG – SELING BATULANAU, BATULEMPUNG
SISIPAN KONGLOMERAT
Penamaan dan Penyebaran
Martodjodjo, (1984) mengusulkan tatanama satuan Batupasir selang – seling Batulanau, Batulempung
sisipan Konglomerat ini sebagai Formasi Cimandiri.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna hijau tua
•Menempati sekitar 1.38 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi sekitar daerah Gunungkalong
Ciri Litologi
Secara megaskopis :

Batupasir
Abu-abu kehijauan, Ø pasir sedang - kasar, menyudut
tanggung - membulat tanggung, pemilahan sedang,kemas
terbuka, porositas sedang - baik, agak kompak, min:
kuarsa, feldspar,lithik, glaukonit dan gampingan. Terdapat
fragmen batubara dan pecahan cangkang
Struktur sedimen : reverse gradded bedding dan cross
bedding.
Ketebalan : 16 - 150 cm.

Batulanau
Abu-abu kehijauan, Ø lanau, membulat, pemilahan Singkapan Batupasir selang seling Batulempung
baik,kemas tertutup, porositas buruk, agak keras, min: ( Foto Diambil di Lokasi B-013)
kuarsa, feldspar, glaukonit.
Terdapat fosil jejak-jejak binatang.
Ketebalan : 5 - 25 cm.

Batulempung
Abu-abu, agak lunak, gampingan, banyak nodul
batulempung gampingan Ø 15 - 50 cm serta pecahan koral
dan lensa batubara.
Ketebalan : 25 - 75 cm
Secara mikrokospis : A B C D E F G H I

Batupasir 1
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna
coklat terang, terdiri dari kuarsa (18%), plagioklas 2
(17%), kalsit (12%), lithik (8%) dan hornblend
(4%) sebagai matriks. Massa dasar hadir berupa 3
gelas (25%) dan lempung (16%). Kemas terbuka
memperlihatkan hingga mengambang, porositas 4
intrapartikel dan interpartikel, pemilahan buruk,
bentuk butir menyudut tanggung hingga
membundar tanggung, ukuran butir berkisar antara 5
halus hingga 1,6 mm.
6

Sayatan Tuf di lokasi C-008


(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

B u t ir a n S t a b il
K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
Nama batuan : Arkosik Wacke (Gilbert, 1953). 0 100

K u a rsa

20 80

40 60

A r k o s ik L it h ik
60 40

80 20

C h ie f ly V o lc a n ic

100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
Ketebalan
Ketebalan Formasi Cimandiri ini menurut Martodjojo di daerah S. Citalahab adalah 167 m,
sedangkan berdasarkan rekontruksi penampang geologi adalah ± 650 m.

Umur
Umur Formasi Cimandiri ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil plantonik menurut Blow
(1969) adalah sebagai berikut :

Umur (Blow 1969) Miosen


Pliosen Kuarter
Awal Tengah Akhir

Foram Planktonik N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20
Sphaeroidinella dehiscens
Orbulina universa
Orbulina suturalis
Globorotalia lenguanensis

Dengan hadirnya fosil planktonik Sphaeroidinella dehiscens dan Globorotalia lenguanensis serta
dengan musnahnya fosil Globorotalia lenguanensis maka umur Formasi Cimandiri ini diperkirakan
Miosen Tengah – Akhir ( N13 – N15).

Hubungan Stratigrafi

Hubungan Stratigrafi Formasi Cimandiri ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Anggota
Cikarang, Formasi Jampang diperkirakan tidak selaras.
Hubungan Stratigrafi Formasi Cimandiri ini dengan Formasi Bojonglopang diperkirakan menjemari.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan satuan breksi gunungapi adalah tidak
selaras.
Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pengendapan Formasi Cimandiri ini didasarkan atas model Coastal Plain,
Lagoon, Tidal Flat,Barrier Island (Selley, 1976)

Berdasarkan model Coastal Plain,Lagoon,Tidal Flat,Barrier Island (Selley, 1976), maka Formasi Cimandiri
ini diendapkan pada lingkungan Lagoon and Tidal Flat ( A ), Barrier Island ( B ) dan Open Marine
(C)
SATUAN BATUGAMPING

Penamaan dan Penyebaran

Martodjodjo, (1984) mengusulkan tatanama satuan batugamping ini sebagai Formasi Bojonglopang.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna biru tua
•Menempati sekitar 2.77 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi daerah Tanjungsari dan Pasir Batu

Ciri Litologi
Secara megaskopis :

Batugamping
Abu-abu, Ø pasir sedang-kasar, menyudut, kemas
terbuka, pemilahan sedang-baik, kompak, terdapat
pecahan fragmen koral dan algae.

Singkapan Batugamping
( Foto Diambil di Lokasi C-022)
A B C D E F G H I
Secara mikrokospis :
Batugamping 1
Sayatan batugamping allohton (klastik), dengan
warna coklat, dengan pembentuk utama berupa 2
klastik berupa oolit dan foraminifera kecil (14%),
berukuran 0,1 - 0,2 mm, spar (26%) berupa kalsit, 3
mikrit (24%) hadir aebagai masadasar.
Secara umum hubungan antar butirnya 4
mengambang dan terpilah sedang. Keadaan butir
umumnya utuh, hanya sebagian saja yang
terabrasi dan bentuk kemas yang tidak beraturan,
5
bagian dalam dari butiran sudah terisi oleh material
yang bukan dari asalnya. Porositasnya interpartikel 6
dan intrapartikel. Jenis pendukung detritus berupa
lumpur (30%) dan kuarsa (6%).
Sayatan Batugampingdi lokasi C-024
(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

Didukung Lumpur Didukung Butiran/Fragmen


Kristalin
Fragmen < Fragmen > Lempung > 10 Lumpur Sedikit
Kerangka
10% 10 % % - Absen
Crystaline
Mudstone Wackstone Packstone Grainstone Boundstone
Carbonate

Nama batuan : Wackstone (Dunham, 1962).


Ketebalan
Ketebalan Formasi Bojonglopang ini menurut Martodjojo di daerah Cimandiri lebih dari 700 m, di
daerah Bojonglopang sekitar 400 m, sedangkan berdasarkan rekontruksi penampang geologi adalah
± 100 m.

Umur
Umur satuan satuan batugamping ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil plantonik
menurut Blow (1969) adalah sebagai berikut :

Umur (Blow 1969) Miosen


Pliosen Kuarter
Awal Tengah Akhir

Foram Planktonik N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20
Sphaeroidinella subdehiscens
Orbulina universa
Orbulina bilobata
Globorotalia lenguaensis

Dengan hadirnya fosil planktonik Sphaeroidinella subdehincens, Orbulina bilobata dan Globorotalia
lenguaensis dan dengan musnahnya fosil Globorotalia lenguaensis maka umur Formasi
Bojonglopang ini adalah Miosen Tengah – Akhir (N13 – N15).

Hubungan Stratigrafi

Hubungan Stratigrafi Formasi Bojonglopang ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Anggota
Cikarang, Formasi Jampang diperkirakan tidak selaras.
Hubungan Stratigrafi Formasi Bojonglopang ini dengan Formasi Cimandiri diperkirakan menjemari.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan satuan breksi gunungapi adalah tidak
selaras.
Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pengendapan Foemasi Bojonglopang didasarkan ciri litologi terhadap model
paparan karbonat (Irwin, 1956 , Tyrrel, 1969 dan Wilson, 1969)

Berdasarkan model paparan karbonat, maka Formasi Bojonglopang ini diendapkan pada lingkungan “
Y “ Zone ( Irwin, 1956 ), Back Reff ( Wilson, 1969 ) atau Unwinowed ( Tyrell, 1969 )
SATUAN BREKSI GUNUNGAPI

Penyebaran

•Pada peta geologi diwakili oleh warna krem


•Menempati sekitar 44.26 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi daerah Mekarsari, Pangankolot, Lembursitu, Cibolang, Cisaat, Hegarmanah

Ciri Litologi

Secara megaskopis :

Breksi

Masadasar : Batupasir, hitam, Ø pasir sedang – kasar,


butiran meyudut, kemas terbuka, pemilahan sedang –
buruk, porositas baik
Fragmen : Batuan beku andesit dan tuf, Ø 10-170 cm,
menyudut tanggung.

Singkapan Breksi Gunungapi


( Foto Diambil di Lokasi C-017)
A B C D E F G H I
Secara Mikroskopis :
1
Masadasar (Batupasir) :
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna 2
coklat terang, terdiri dari lithik (18%),
plagioklas(13%), piroksen (9%), kuarsa (7%) dan 3
k-feldspar (6%) sebagai matriks. Massa dasar hadir
berupa gelas(25%) dan lempung (22%). Kemas
4
terbuka memperlihatkan hingga mengambang,
porositas intrapartikel dan interpartikel, pemilahan
sedang, bentuk butir menyudut tanggung hingga 5
membundar tanggung, ukuran butir berkisar antara
halus hingga 1,6 mm. 6

Sayatan Tuf fragmen breksi lokasi C-040


(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

Nama batuan : Chiefly Volcanic Wacke (Gilbert, 1953). B u t ir a n S t a b il


K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
0 100

K u a rsa

20 80

40 60

A r k o s ik L it h ik
60 40

80 20

C h ie f ly V o lc a n ic

100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
A B C D E F G H I

1
Fragmen (Tuf) :
Sayatan batuan piroklastik dengan warna coklat, 2
terdiri dari plagioklas (32%), k-feldspar (12%),
hornblend (12%) dan mineral logam ( 2%) sebagai 3
matriks. Massa dasar hadir berupa lempung ( 24%)
dan gelas (18%). Kemas terbuka memperlihatkan 4
hingga mengambang, porositas intrapartikel dan
interpartikel, pemilahan buruk, bentuk butir
menyudut hingga membundar tanggung, ukuran 5
butir halus hingga 1 mm.
6

Sayatan Tuf fragmen breksi lokasi C-040


(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)

Nama batuan : Tuf Kristal (Pettijohn, 1975). G e la s

T u f G e la s

50 50

T u f K r is t a l T u f L it h ik

K ris t a l L it h ik
50
Ketebalan
Ketebalan satuan satuan breksi gunungapi ini adalah ± 35 m.

Umur
Umur satuan satuan breksi gunungapi ini didasarkan atas kesebandingan stratigrafi, dimana
diperkirakan umur satuan ini adalah Kuarter.

Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pengendapan satuan breksi gunungapi ini didasarkan atas model Pyroclastic
Volcaniclastic Facies (Vessel and Davies, 1981) yaitu berdasarkan ciri litologi dan cara
pengendapannya.

Daerah Penelitian

Berdasarkan model model Pyroclastic Volcaniclastic Facies (Vessel and Davies, 1981) maka lingkungan
pengendapan satuan breksi gunungapi ini adalah “proximal volcaniclastic facies”.
Hubungan Stratigrafi

Hubungan Stratigrafi satuan breksi gunungapi ini dengan dengan satuan batuan di bawahnya yaitu
Formasi Cimandiri dan Formasi Bojonglopang adalah tidak selaras.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan satuan aluvial berupa bidang erosi.
SATUAN ALUVIAL

Penyebaran
•Pada peta geologi diwakili oleh warna abu-abu
•Menempati sekitar 1.35 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya di sepanjang sungai-sungai di daerah penelitian.

Ciri Litologi
Berupa material lepas berukuran lempung hingga bongkah.

Satuan Aluvial
( Foto diambil di S. Cipelang lokasi C-039)
STRUKTUR GEOLOGI

Berdasarkan data gaya berat M. Oentoeng dan


Sato (1978), Sukendar Asikin (1986), membagi
tiga arah pola umum struktur di Jawa Barat, yaitu
:
1.Arah Barat Laut - Tenggara
2.Arah Barat - Timur
3.Arah Utara - Selatan

Noeradi S, (1997) menyatakan bahwa di Jawa


Barat terdapat dua sesar besar, yaitu :
1.Sesar Cimandiri
Pola Struktur Umum di Jawa Barat ( Asikin, 1986 )
2.Sesar Baribis

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka


daerah penelitan termasuk ke dalam daerah
yang memilik pola arah umum struktur
Barat Laut – Tenggara, Barat – Timur,
dan Utara – Selatan serta termasuk ke
dalam daerah yang sangat terpengaruh oleh
Sesar Cimandiri

Sesar Cimandiri dan Sesar Baribis di Jawa Barat ( Noeradi, 1997 )


Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil pengolahan data – data struktur tersebut, maka
struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah :
1. Rekahan atau kekar
2. Lipatan
3. Patahan atau sesar

Rekahan atau kekar merupakan suatu rekahan pada batuan yang belum mengalami pergeseran akibat
gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Terdiri atas :
1. Kekar gerus (Shear Fracture)
2. Kekar tarik ( Extension Fracture)
• Tension Fracture
• Realese Fracture

Tension Fracture Shear Fracture


( Foto diambil di Lokasi A-027) ( Foto diambil di Lokasi D-018 )
Lipatan
Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai
lengkungan pada bidang perlapisan batuan.
Lipatan yang berkembang di daerah penelitian antara lain :
1. Antiklin Pasir Badak
2. Antiklin Legoknyenang
3. Antiklin Cisonggom
4. Antiklin Wangun
5. Sinklin Pasir Pogor
6. Sinklin Padareang
7. Sinklin Pasir Aseupan
8. Sinklin Sukatani
9. Sinklin Gn. Batu – Gn. Walang
1.Antiklin Pasir Badak
Antiklin ini berkembang di daerah penelitian dengan arah umum Barat – Timur.
Dimana memanjang di sekitar daerah Pasir Badak sepanjang ± 1,7 km
2. Antiklin Legoknyenang
Antiklin ini berkembang di daerah penelitian dengan arah umum Barat – Timur.
Dimana memanjang di sebelah Utara daerah Legoknyenang sepanjang ± 0,85 km
3. Antiklin Cisonggom
Antiklin ini berkembang di daerah penelitian dengan arah umum Barat – Timur. Dimana
memanjang di sekitar daerah Cisonggom – Ci Batununggal sepanjang ± 3,8 km.
4. Antiklin Wangun
Antiklin ini berkembang di daerah penelitian dengan arah umum Barat – Timur.
Dimana memanjang di daerah Wangun sepanjang ± 3,2 km.
5. Sinklin Pasir Pogor
Sinklin ini berkembang di daerah Pasir Pogor dengan dengan arah umum Barat Laut –
Tenggara. Dimana memanjang di sekitar daerah Pasir Pogor sepanjang ± 1,4 km
6. Sinklin Padareang
Sinklin ini berkembang di daerah Ci Padareang dengan arah umum Barat Daya –
Timur Laut. Dimana memanjang di sekitar daerah Ci Padareang sepanjang ± 1,4 km
7. Sinklin Pasir Aseupan

Sinklin ini berkembang di daerah Pasir Aseupan dengan arah umum Barat – Timur.
Dimana memanjang di sekitar daerah Pasir Aseupan ± 3,5 km.
8. Sinklin Sukatani
Sinklin ini berkembang di daerah Sukatani dengan arah umum Barat – Timur. Dimana
memanjang di sekitar daerah Sukatani ± 3,5 km.
9a. Sinklin Gn Batu – Gn Walang ( Sisi Barat )
Sinklin ini berkembang di daerah Gn Batu – Gn Walang dengan arah umum Barat –
Timur. Dimana memanjang di sekitar daerah Gn Batu – Gn Walang ± 6,2 km.
9b. Sinklin Gn Batu – Gn Walang ( Sisi Timur )
Sinklin ini berkembang di daerah Gn Batu – Gn Walang dengan arah umum Barat –
Timur. Dimana memanjang di sekitar daerah Gn Batu – Gn Walang ± 6,2 km.
Patahan atau Sesar
Patahan atau sesar merupakan rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Patahan atau sesar yang berkembang di daerah penelitian antara lain :
1. Sesar Naik Dano – Tanjung Sari
2. Sesar Naik Padareang
3. Sesar Mendatar Monas
4. Sesar Mendatar Sungapan
5. Sesar Mendatar Legoknyenang
6. Sesar Mendatar Pasir Picung
7. Sesar Mendatar Hegarmanah
8. Sesar Mendatar Sukatani
9. Sesar Mendatar Gunung Walang
10. Sesar Mendatar Citalahab
11. Sesar Normal Cimandiri
12. Sesar Normal Gunung Kalong
1a. Sesar Naik Dano – Tanjung Sari (Dano)
Sesar ini berkembang di daerah Dano - Tanjungsari dengan arah umum Barat – Timur, dengan panjang ±
5,6 km
1b. Sesar Naik Dano – Tanjung Sari (Tanjungsari)
2. Sesar Naik Padareang
Sesar ini berkembang di daerah Padareang dengan arah umum Barat – Timur, dengan panjang ± 4,7 km
3. Sesar Mendatar Monas
Sesar ini berkembang di daerah Monas dengan arah umum Utara – Selatan, dengan panjang ± 3,1 km
4. Sesar Mendatar Sungapan
Sesar ini berkembang di daerah Sungapan dengan arah umum Barat Laut - Tenggara, dengan panjang ±
2,7 km
5. Sesar Mendatar Legoknyenang
Sesar ini berkembang di daerah Legoknyenang dengan arah umum Utara – Selatan, dengan panjang ± 1,8
km
6. Sesar Mendatar Pasir Picung
Sesar ini berkembang di daerah Pasir Picung dengan arah umum Barat Daya – Timur Laut, dengan panjang
± 2 km
7. Sesar Mendatar Hegarmanah
Sesar ini berkembang di daerah Hegarmanah dengan arah umum Barat Daya – Timur Laut, dengan
panjang ± 1 km
8. Sesar Mendatar Sukatani
Sesar ini berkembang di daerah Sukatani dengan arah umum Barat Laut – Tenggara, dengan panjang ±
2,7 km
9. Sesar Mendatar Gunung Walang
Sesar ini berkembang di daerah Gunung Walang dengan arah umum Utara - Selatan, dengan panjang ±
3,3 km
10. Sesar Mendatar Citalahab
Sesar ini berkembang di daerah Sungai Citalahab dengan arah umum Barat Laut - Tenggara, dengan
panjang ± 2,8 km
11. Sesar Normal Cimandiri
Sesar ini berkembang di daerah Sungai Cimandiri dengan arah umum Barat Daya – Timur Laut, dengan
panjang ± 4,7 km
12. Sesar Normal Gunung Kalong
Sesar ini berkembang di daerah Gunung Kalong dengan arah umum Barat - Timur, dengan panjang ± 2,7
km
UMUR DAN MEKANISME PEMBENTUKAN STRUKTUR

Berdasarkan umur satuan batuan yang terpengaruh oleh struktur geologi, daerah penelitian
diperkirakan mengalami 3 ( tiga ) kali peristiwa orogenesa :

1. Orogenesa Oligo – Miosen.


2. Orogenesa Intra Miosen
3. Orogenesa Plio - Plistosen

Perkiraan arah gaya yang bekerja pada masing – masing orogenesa didapat dari :
1. Tension Fracture yang terdapat di Formasi Bayah untuk perkiraan arah gaya yang
bekerja pada Orogenesa Oligo – Miosen.
2. Tension Fracture yang terdapat di Formasi Rajamandala, Formasi Citarum dan
Formasi Jampang untuk perkiraan arah gaya yang bekerja pada Orogenesa Intra
Miosen.
3. Shear Fracture yang terdapat di Formasi Cimandiri dan Bojonglopang untuk
memperkirakan arah gaya yang bekerja pada Orogenesa Plio – Plistosen.
HUBUNGAN ANTARA KEKAR YANG TERBENTUK TERHADAP ARAH GAYA
( Griggs D.T. dalam Billings M.P. ;1954 )

σ1 σ1 σ1

σ1 σ1 σ1

Shear Fracture Tension Fracture Release Fracture


TENSION FRACTURE PADA FORMASI BAYAH
OROGENESA OLIGO - MIOSEN

Sesar Mendatar Hegarmanah


Antiklin Ps.Pogor

Antiklin Ps.Badak
Antiklin Legoknyenang

Sinklin Padareang

Sesar Naik Padareang

Sesar Naik Dano Tanjungsari


TENSION FRACTURE PADA FORMASI RAJAMANDALA, CITARUM DAN JAMPANG
OROGENESA INTRA MIOSEN

Sesar Mendatar
Ps.Picung
Sinklin Sukatani
Sesar Mendatar
Sungapan Sesar Mendatar
Legoknyenang

Antiklin Cisonggom Sinklin Ps.Aseupan

Sesar Mendatar Sukatani

Sesar Mendatar
Monas Sesar Mendatar
Gn.Walang

Sinklin Gn.Batu-Gn.Walang

Antiklin Wangun

Sesar Mendatar Citalahab


SHEAR FRACTURE PADA FORMASI CIMANDIRI DAN BOJONGLOPANG
OROGENESA PLIO - PLISTOSEN

Sesar Normal Cimandiri

Sesar Normal Gn.Kalong


SEJARAH GEOLOGI

Eosen Tengah – Oligosen Awal ( P14 – P19 )

Diendapkan satuan Batupasir selang - seling Batupasir Konglomerat, Batulempung sisipan Batubara (
F.Bayah ) pada lingkungan Aluvium Braidded River.
Oligosen Akhir

Terjadi aktifitas tektonik berupa perlipatan dan pensesaran


Oligosen Akhir - Miosen Awal ( N2 – N4 )

Diendapkan satuan Batugamping sisipan Batupasir ( F. Rajamandala ) pada lingkungan Reef Wall.
Miosen Awal ( N5 – N8 )

Diendapkan satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan Batulanau dan
Batupasir Tufan ( F.Citarum ) pada lingkungan Upper Fan - Lower Fan, disusul oleh pengendapan Breksi
sisipan Batupasir selang seling Batulempung ( F.Jampang ) dan satuan Tuf selang seling Tuf Lapili sisipan
Breksi Tuf ( Ang.Cikarang, F. Jampang ) pada lingkungan Upper Fan - Suprafan Lobes on Mid Fan.
Miosen Tengah

Terjadi aktifitas tektonik Intra Miosen berupa pengangkatan, perlipatan dan pensesaran.
Miosen Tengah – Miosen Akhir ( N13 – N15 )

Diendapkan satuan Batupasir selang – seling Batulanau, Batulempung sisipan Konglomerat ( F. Cimandiri )
pada lingkungan Lagoon, Tidal Flat, Barrier Island sampai Open Marine dan satuan Batugamping (
F.Bojonglopang ) pada lingkungan Back Reef.
Pliosen - Plistosen

Terjadi aktifitas tektonik Plio Plistosen berupa pengangkatan dan pensesaran.


Kuarter - Resen

Terjadi aktifitas gunung api, sehingga diendapkan satuan batuan breksi gunung api.
Terjadi proses denudasi berupa pelapukan serta erosi sehingga diendapkan aluvial berupa material lepas
disekitar sungai.
ANALISIS PETROFISIK RESERVOIR DI SUMUR DIANA
BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING
UNTUK USULAN DRILL STEM TEST

Suatu prosedur perhitungan sifat – sifat fisik batuan


Analisis Petrofisik Reservoir yang dilakukan untuk memperkirakan apakah suatu
zona memiliki potensi hidrokarbon

Wireline Logging Suatu alat yang digunakan untuk merekam sifat –


sifat fisik batuan dibawah permukaan / didalam
lubang bor
Suatu prosedur berupa pengujian pompa suatu
Drill Stem Test lapisan reservoir yang diduga memiliki potensi
hidrokarbon untuk membuktikan ada / tidaknya
hidrokarbon pada zona tersebut
1. Memperkirakan jenis litologi.
Tujuan Analisis Petrofisik
2. Memperkirakan zona yang memiliki rongga /
porositas.
3. Memperkirakan jenis / kandungan fluida.
4. Memperkirakan potensi kandungan hidrokarbon

1. Open Hole Log.


Jenis – jenis Logging
2. Cased Hole Log.

Parameter yang diukur 1. Caliper


2. SP
3. GR
4. Resistivity ( Induction / Laterolog / Microlog )
5. Sonic
6. Neutron
7. Density
8. dll
Simbol yang digunakan dalam interpretasi log ( Schlumberger, 2000 )
Memperkirakan jenis litologi berdasarkan kombinasi Sonic, Neutron dan Density
Log ( Dresser Atlas, 1982 )
Memperkirakan jenis litologi berdasarkan kombinasi Gamma Ray , Neutron dan
Density Log ( Asquith, 1982 )
Memperkirakan zona yang memiliki rongga atau porositas
Memperkirakan jenis fluida berdasarkan profil resistivity ( Asquith, 1982 )
ZONA - A ( 1840 m - 1844 m )
TABEL PERHITUNGAN PERHITUNGAN F dan Sw

a 1.65
m 1.33
n 2

Depth Rt Rxo Rw Rm Rmf


Vsh Avg.Por F Swa Sxo Sw/Sxo Swr Sw cor
(m) (ohm.m) (ohm.m) (ohm) (ohm) (ohm)
1840.00 1.70 2.55 0.40 0.19 0.63 0.58 0.45 15.25 2.37 1.63 1.46 1.60 2.62
1840.20 1.80 3.06 0.41 0.25 0.63 0.58 0.45 10.57 1.92 1.24 1.55 1.73 1.97
1840.40 1.90 3.04 0.37 0.27 0.63 0.58 0.45 9.48 1.77 1.18 1.50 1.66 1.80
1840.60 2.10 2.52 0.23 0.27 0.63 0.58 0.45 9.48 1.68 1.29 1.30 1.39 1.77
1840.80 2.50 2.75 0.11 0.26 0.63 0.58 0.44 9.83 1.57 1.26 1.25 1.32 1.64
1841.00 2.85 5.13 0.05 0.28 0.63 0.58 0.44 9.12 1.42 0.89 1.59 1.79 1.34
1841.20 3.65 8.40 0.05 0.26 0.63 0.58 0.44 9.87 1.30 0.72 1.80 2.09 1.16
1841.40 6.15 6.77 0.06 0.21 0.63 0.58 0.44 12.76 1.14 0.92 1.24 1.32 1.10
1841.60 10.95 10.95 0.10 0.22 0.63 0.58 0.44 12.31 0.84 0.71 1.19 1.24 0.76
1841.80 14.00 14.00 0.15 0.24 0.63 0.58 0.44 10.84 0.70 0.59 1.19 1.24 0.60
1842.00 13.00 14.30 0.20 0.21 0.63 0.58 0.44 13.27 0.80 0.64 1.24 1.31 0.71
1842.20 10.10 24.24 0.23 0.17 0.62 0.58 0.44 17.37 1.04 0.56 1.84 2.14 0.87
1842.40 8.75 21.00 0.27 0.16 0.63 0.58 0.44 18.20 1.14 0.62 1.84 2.14 0.97
1842.60 7.50 16.50 0.29 0.18 0.63 0.58 0.44 16.11 1.16 0.66 1.76 2.03 1.01
1842.80 6.50 13.65 0.31 0.20 0.63 0.58 0.44 14.47 1.18 0.69 1.72 1.97 1.04
1843.00 5.70 11.97 0.32 0.14 0.63 0.58 0.44 21.88 1.55 0.90 1.72 1.97 1.46
1843.20 4.75 10.45 0.38 0.15 0.63 0.58 0.44 21.38 1.68 0.95 1.76 2.03 1.60
1843.40 4.70 11.75 0.42 0.15 0.63 0.58 0.44 20.77 1.66 0.89 1.88 2.20 1.55
1843.60 4.50 11.25 0.45 0.17 0.63 0.58 0.44 17.60 1.56 0.83 1.88 2.20 1.44
1843.80 4.20 7.56 0.49 0.19 0.63 0.58 0.44 14.76 1.48 0.93 1.59 1.79 1.42
1844.00 3.90 7.02 0.52 0.19 0.63 0.58 0.44 14.77 1.54 0.97 1.59 1.79 1.48

Sw cor < 1
ZONA - E ( 1698 m - 1707 m )
TABEL PERHITUNGAN PERHITUNGAN F dan Sw

a 1.65
m 1.33
n 2

Depth Rt Rxo Rw Rm Rmf


Vsh Avg.Por F Swa Sxo Sw/Sxo Swr Sw cor
(m ) (ohm .m ) (ohm.m) (ohm ) (ohm) (ohm )
1698.00 1.94 3.49 0.41 0.21 0.68 0.60 0.48 13.45 2.17 1.36 1.60 1.80 2.28
1698.20 2.07 3.72 0.34 0.21 0.68 0.60 0.48 13.21 2.09 1.31 1.60 1.80 2.17
1698.40 2.22 4.00 0.25 0.23 0.68 0.60 0.48 11.56 1.88 1.18 1.60 1.80 1.91
1698.60 2.11 3.80 0.15 0.25 0.68 0.60 0.48 10.18 1.81 1.13 1.60 1.80 1.82
1698.80 2.01 4.32 0.09 0.25 0.68 0.60 0.48 10.63 1.90 1.09 1.75 2.01 1.87
1699.00 2.04 4.89 0.06 0.24 0.68 0.60 0.48 11.04 1.92 1.04 1.84 2.15 1.87
1699.20 1.97 5.11 0.05 0.25 0.68 0.60 0.48 10.30 1.89 0.98 1.92 2.26 1.80
1699.40 1.99 5.18 0.04 0.30 0.68 0.60 0.48 8.15 1.67 0.87 1.92 2.26 1.55
1699.60 2.02 5.24 0.03 0.32 0.68 0.60 0.48 7.41 1.58 0.82 1.92 2.26 1.45
1699.80 1.82 5.65 0.03 0.31 0.68 0.60 0.48 7.74 1.70 0.81 2.10 2.52 1.54
1700.00 1.60 8.00 0.04 0.30 0.68 0.60 0.48 8.30 1.88 0.71 2.66 3.40 1.62
1700.20 1.76 12.29 0.04 0.28 0.68 0.60 0.48 9.08 1.88 0.60 3.15 4.19 1.53
1700.40 1.90 11.39 0.05 0.28 0.68 0.60 0.48 9.02 1.80 0.62 2.91 3.81 1.49
1700.60 2.00 12.01 0.06 0.28 0.68 0.60 0.48 9.04 1.75 0.60 2.91 3.81 1.44
1700.80 1.58 6.62 0.05 0.28 0.68 0.60 0.48 8.95 1.97 0.81 2.44 3.05 1.76
1701.00 1.87 8.61 0.05 0.29 0.68 0.60 0.48 8.60 1.77 0.69 2.55 3.22 1.52
1701.20 1.59 8.27 0.05 0.29 0.68 0.60 0.48 8.53 1.91 0.70 2.71 3.48 1.64
1701.40 1.60 8.30 0.06 0.30 0.68 0.60 0.48 8.13 1.86 0.69 2.71 3.48 1.59
1701.60 1.48 8.14 0.10 0.28 0.68 0.60 0.48 8.93 2.02 0.73 2.79 3.61 1.75
1701.80 1.49 8.18 0.13 0.26 0.68 0.60 0.48 9.92 2.13 0.76 2.79 3.61 1.87
1702.00 1.05 8.38 0.14 0.25 0.68 0.60 0.48 10.62 2.62 0.78 3.36 4.56 2.28
1702.20 1.03 8.26 0.12 0.24 0.68 0.60 0.48 10.89 2.68 0.80 3.37 4.56 2.34
1702.40 1.02 8.19 0.08 0.25 0.68 0.60 0.48 10.50 2.64 0.78 3.37 4.56 2.30
1702.60 1.07 7.68 0.04 0.26 0.68 0.60 0.48 9.67 2.48 0.78 3.19 4.27 2.17
1702.80 1.26 8.82 0.03 0.28 0.68 0.60 0.48 9.09 2.21 0.70 3.15 4.19 1.89
1703.00 1.26 8.82 0.02 0.29 0.68 0.60 0.48 8.64 2.16 0.69 3.15 4.19 1.83
1703.20 1.13 7.94 0.01 0.30 0.68 0.60 0.48 8.28 2.23 0.71 3.15 4.19 1.90
1703.40 1.26 8.82 0.01 0.31 0.68 0.60 0.48 7.82 2.05 0.65 3.15 4.19 1.72
1703.60 1.26 8.82 0.01 0.30 0.68 0.60 0.48 8.08 2.09 0.66 3.15 4.19 1.75
1703.80 1.51 7.54 0.01 0.30 0.68 0.60 0.48 8.13 1.91 0.72 2.66 3.40 1.66
1704.00 1.64 8.19 0.00 0.29 0.68 0.60 0.48 8.53 1.88 0.71 2.66 3.40 1.62
1704.20 1.47 8.80 0.00 0.28 0.68 0.60 0.48 8.91 2.03 0.70 2.91 3.81 1.73
1704.40 1.78 9.24 0.00 0.27 0.68 0.60 0.48 9.33 1.89 0.70 2.71 3.48 1.62
1704.60 1.84 9.58 0.00 0.26 0.68 0.60 0.48 9.65 1.88 0.69 2.71 3.48 1.62
1704.80 1.67 9.67 0.00 0.26 0.68 0.60 0.48 10.00 2.02 0.70 2.86 3.73 1.73
1705.00 1.46 10.22 0.00 0.23 0.68 0.60 0.48 11.50 2.31 0.73 3.15 4.19 1.99
1705.20 1.41 9.87 0.01 0.25 0.68 0.60 0.48 10.67 2.26 0.72 3.15 4.19 1.94
1705.40 1.49 8.22 0.02 0.26 0.68 0.60 0.48 9.88 2.12 0.76 2.79 3.61 1.85
1705.60 1.70 7.67 0.03 0.27 0.68 0.60 0.48 9.23 1.92 0.76 2.52 3.18 1.69
1705.80 2.29 8.68 0.03 0.27 0.68 0.60 0.48 9.53 1.68 0.72 2.32 2.86 1.47
1706.00 2.21 8.38 0.04 0.25 0.68 0.60 0.48 10.23 1.77 0.76 2.32 2.86 1.57
1706.20 1.78 6.75 0.07 0.23 0.68 0.60 0.48 11.73 2.12 0.91 2.32 2.86 1.96
1706.40 0.96 7.68 0.15 0.19 0.68 0.60 0.48 15.20 3.27 0.97 3.37 4.56 3.01
1706.60 0.82 8.16 0.28 0.17 0.68 0.60 0.48 17.40 3.80 1.01 3.76 5.24 3.51
1706.80 1.30 6.37 0.42 0.19 0.68 0.60 0.48 15.07 2.80 1.06 2.63 3.36 2.68
1707.00 0.92 5.52 0.49 0.28 0.68 0.60 0.48 9.12 2.59 0.89 2.92 3.81 2.35
ZONA - F ( 1679 m - 1682 m )
TABEL PERHITUNGAN PERHITUNGAN F dan Sw

a 1.65
m 1.33
n 2

Depth Rt Rxo Rw Rm Rmf


Vsh Avg.Por F Swa Sxo Sw/Sxo Swr Sw cor
(m) (ohm.m) (ohm.m) (ohm) (ohm) (ohm)
1679.00 1.10 2.42 0.42 0.30 0.68 0.61 0.49 8.09 2.24 1.27 1.76 2.03 2.30
1679.20 1.20 2.64 0.22 0.32 0.68 0.61 0.49 7.58 2.08 1.18 1.76 2.03 2.09
1679.40 1.33 2.47 0.09 0.29 0.68 0.61 0.49 8.46 2.08 1.29 1.61 1.82 2.15
1679.60 1.50 4.50 0.06 0.25 0.68 0.61 0.49 10.49 2.18 1.06 2.05 2.46 2.12
1679.80 2.18 6.53 0.04 0.25 0.68 0.61 0.49 10.65 1.82 0.89 2.05 2.45 1.69
1680.00 3.11 9.65 0.03 0.24 0.68 0.61 0.49 11.24 1.57 0.75 2.08 2.50 1.39
1680.20 7.94 15.08 0.03 0.27 0.68 0.61 0.49 9.63 0.91 0.56 1.63 1.84 0.76
1680.40 17.00 18.70 0.03 0.28 0.68 0.61 0.49 9.15 0.60 0.49 1.24 1.31 0.50
1680.60 17.00 18.70 0.04 0.27 0.68 0.61 0.49 9.64 0.62 0.50 1.24 1.31 0.51
1680.80 11.50 29.90 0.05 0.21 0.68 0.61 0.49 12.77 0.87 0.46 1.90 2.24 0.68
1681.00 7.57 17.41 0.10 0.15 0.68 0.61 0.49 21.07 1.37 0.77 1.79 2.07 1.24
1681.20 3.90 12.87 0.18 0.13 0.68 0.61 0.49 25.97 2.12 0.99 2.15 2.60 2.02
1681.40 2.48 7.92 0.25 0.12 0.68 0.61 0.49 26.50 2.70 1.27 2.12 2.55 2.73
1681.60 1.74 4.71 0.31 0.14 0.68 0.61 0.49 21.78 2.92 1.50 1.95 2.30 3.09
1681.80 1.24 6.19 0.33 0.17 0.68 0.61 0.49 16.85 3.04 1.15 2.65 3.38 2.97
1682.00 1.46 2.91 0.40 0.21 0.68 0.61 0.48 12.90 2.46 1.47 1.68 1.91 2.62

Sw cor < 1
ZONA - A ( 1840 m - 1844 m )
TABEL PERHITUNGAN PERMEABILITAS DAN POTENSI CADANGAN HIDROKARBON

DA 560 acres Rtirr 13


h 0.20 m Swirr 0.7
0.66 ft ρhc 0.3
Rf 0.85 BOI 1

Data Permeabilitas Potensi Cadangan


Depth Rw Rt Wyllie & Rose Coates & Dumanoir Minyak Gas
Avg.Por Sxo Sw cor Shc F BVW Keputusan
(m) (ohm) (ohm.m) Minyak (mD) Gas (mD) C W K (mD) (STB) (SCF)
1840.00 0.19 1.63 2.62 -1.62 15.25 0.63 1.70 0.49 5.61 0.56 145.58 1.99 0.18 -3,928,897.81 -717,334,029.86 TIDAK
1840.20 0.25 1.24 1.97 -0.97 10.57 0.63 1.80 0.49 29.37 2.93 145.58 1.97 0.33 -2,355,645.91 -566,720,114.21 TIDAK
1840.40 0.27 1.18 1.80 -0.80 9.48 0.63 1.90 0.48 47.85 4.78 145.58 1.97 0.41 -1,935,505.93 -505,168,484.72 TIDAK
1840.60 0.27 1.29 1.77 -0.77 9.48 0.63 2.10 0.47 47.82 4.78 145.58 1.97 0.43 -1,859,318.80 -485,298,232.85 TIDAK
1840.80 0.26 1.26 1.64 -0.64 9.83 0.63 2.50 0.43 40.68 4.06 145.58 1.97 0.44 -1,557,433.16 -395,729,637.86 TIDAK
1841.00 0.28 0.89 1.34 -0.34 9.12 0.63 2.85 0.37 57.04 5.70 145.58 1.97 0.53 -816,333.71 -219,468,207.95 TIDAK
1841.20 0.26 0.72 1.16 -0.16 9.87 0.63 3.65 0.30 39.96 3.99 145.58 1.97 0.53 -381,955.36 -96,782,428.55 TIDAK
1841.40 0.21 0.92 1.10 -0.10 12.76 0.63 6.15 0.24 12.53 1.25 145.58 1.98 0.46 -243,438.93 -50,848,698.98 TIDAK
1841.60 0.22 0.71 0.76 0.24 12.31 0.63 10.95 0.17 14.76 1.47 145.58 1.98 0.65 579,235.82 124,345,346.43 TES
1841.80 0.24 0.59 0.60 0.40 10.84 0.63 14.00 0.15 26.14 2.61 145.58 1.97 0.90 962,802.06 227,379,417.21 TES
1842.00 0.21 0.64 0.71 0.29 13.27 0.63 13.00 0.15 10.49 1.05 145.58 1.98 0.63 713,515.58 144,734,083.76 TES
1842.20 0.17 0.56 0.87 0.13 17.37 0.62 10.10 0.15 3.12 0.31 145.58 1.99 0.36 326,918.35 54,174,543.95 TES
1842.40 0.16 0.62 0.97 0.03 18.20 0.63 8.75 0.16 2.53 0.25 145.58 1.99 0.31 62,196.91 9,953,654.87 TES
1842.60 0.18 0.66 1.01 -0.01 16.11 0.63 7.50 0.18 4.38 0.44 145.58 1.99 0.35 -19,004.18 -3,333,893.31 TIDAK
1842.80 0.20 0.69 1.04 -0.04 14.47 0.63 6.50 0.20 7.11 0.71 145.58 1.99 0.39 -92,839.59 -17,657,199.47 TIDAK
1843.00 0.14 0.90 1.46 -0.46 21.88 0.63 5.70 0.21 1.10 0.11 145.58 2.00 0.19 -1,114,253.52 -155,298,350.73 TIDAK
1843.20 0.15 0.95 1.60 -0.60 21.38 0.63 4.75 0.23 1.22 0.12 145.58 2.00 0.18 -1,456,550.65 -206,570,332.67 TIDAK
1843.40 0.15 0.89 1.55 -0.55 20.77 0.63 4.70 0.23 1.39 0.14 145.58 2.00 0.18 -1,335,956.87 -193,702,157.73 TIDAK
1843.60 0.17 0.83 1.44 -0.44 17.60 0.63 4.50 0.24 2.94 0.29 145.58 1.99 0.23 -1,060,367.34 -174,117,446.77 TIDAK
1843.80 0.19 0.93 1.42 -0.42 14.76 0.63 4.20 0.27 6.50 0.65 145.58 1.99 0.30 -1,006,122.84 -188,646,648.77 TIDAK
1844.00 0.19 0.97 1.48 -0.48 14.77 0.63 3.90 0.29 6.47 0.65 145.58 1.99 0.29 -1,171,095.61 -219,431,075.56 TIDAK
2,582,471.81 550,633,391.35
ZONA - F ( 1679 m - 1682 m )
TABEL PERHITUNGAN PERMEABILITAS DAN POTENSI HIDROKARBON

DA 560 acres Rtirr 2.55


h 0.20 m Swirr 0.5
0.66 ft ρhc 0.3
Rf 0.85 BOI 1

Data Permeabilitas Potensi Cadangan


Depth Rw Rt Wyllie & Rose Coates & Dumanoir Oil Gas
Avg.Por Sxo Sw cor Shc F BVW Keputusan
(m) (ohm) (ohm.m) Minyak (mD) Gas (mD) C W K (mD) (STB) (SCF)
1679.00 0.30 1.27 2.30 -1.30 8.09 0.68 2.45 0.70 191.86 19.16 145.58 2.18 0.12 -3,148,896.80 -844,794,684.00 TIDAK
1679.20 0.32 1.18 2.09 -1.09 7.58 0.68 2.41 0.66 256.72 25.63 145.58 2.18 0.15 -2,644,442.60 -744,827,455.18 TIDAK
1679.40 0.29 1.29 2.15 -1.15 8.46 0.68 2.48 0.63 157.11 15.69 145.58 2.19 0.11 -2,790,657.29 -724,332,929.72 TIDAK
1679.60 0.25 1.06 2.12 -1.12 10.49 0.68 2.61 0.53 59.47 5.94 145.58 2.20 0.05 -2,712,468.64 -598,864,341.00 TIDAK
1679.80 0.25 0.89 1.69 -0.69 10.65 0.68 2.62 0.42 55.49 5.54 145.58 2.20 0.05 -1,683,996.30 -367,571,538.22 TIDAK
1680.00 0.24 0.75 1.39 -0.39 11.24 0.68 2.66 0.33 43.44 4.34 145.58 2.20 0.04 -951,856.47 -199,486,390.08 TIDAK
1680.20 0.27 0.56 0.76 0.24 9.63 0.68 2.56 0.20 87.48 8.73 145.58 2.19 0.07 583,182.99 137,358,925.71 TES
1680.40 0.28 0.49 0.50 0.50 9.15 0.68 2.52 0.14 110.13 11.00 145.58 2.19 0.08 1,217,977.96 298,137,180.84 TES
1680.60 0.27 0.50 0.51 0.49 9.64 0.68 2.56 0.14 86.95 8.68 145.58 2.19 0.07 1,178,012.77 277,248,011.01 TES
1680.80 0.21 0.46 0.68 0.32 12.77 0.68 2.74 0.15 24.51 2.45 145.58 2.20 0.03 766,757.16 146,137,739.61 TES
1681.00 0.15 0.77 1.24 -0.24 21.07 0.68 3.10 0.18 2.55 0.26 145.58 2.22 0.01 -577,396.46 -75,506,380.78 TIDAK
1681.20 0.13 0.99 2.02 -1.02 25.97 0.68 3.27 0.25 0.99 0.10 145.58 2.22 0.00 -2,470,996.71 -276,163,871.83 TIDAK
1681.40 0.12 1.27 2.73 -1.73 26.50 0.68 3.29 0.34 0.91 0.09 145.58 2.22 0.00 -4,200,380.02 -462,478,572.32 TIDAK
1681.60 0.14 1.50 3.09 -2.09 21.78 0.68 3.13 0.44 2.20 0.22 145.58 2.22 0.01 -5,073,482.21 -647,507,010.79 TIDAK
1681.80 0.17 1.15 2.97 -1.97 16.85 0.68 2.94 0.52 7.01 0.70 145.58 2.21 0.01 -4,764,261.82 -737,484,447.54 TIDAK
1682.00 0.21 1.47 2.62 -1.62 12.90 0.68 2.75 0.56 23.41 2.34 145.58 2.20 0.03 -3,920,738.47 -742,118,763.19 TIDAK
3,745,930.88 858,881,857.17
HASIL ANALISIS PETROFISIK RESERVOIR SUMUR DIANA

Zona A 1840 – 1844 m : Zona F 1679 – 1682 m :


• Tebal : 4 m • Tebal : 3 m
• Porositas : 0,16 – 0,25 • Porositas : 0,21 – 0,27
• Tingkat kejenuhan air : 0,16 – 0,24 • Tingkat kejenuhan air : 0,50 – 0,76
• Permeabilitas : 0,31 – 26,14 • Permeabilitas : 0,03 – 110,13
• Potensi Minyak : 2.582.472,81 STB • Potensi Minyak : 3.745.930,88 STB
• Potensi Gas : 550.633.391,35 SCF • Potensi Gas : 858.881.857,17 SCF
• Net Pay : 1841,60 – 1842,40 = 0,80 m • Net Pay : 1680,20 – 1680,80 = 0,60 m
• Usulan : TES • Usulan : TES

Zona E 1698 – 1707 m :


• Tebal : 9 m
• Porositas : 0,19 – 0,32
• Tingkat kejenuhan air : > 1
• Permeabilitas : ?
• Potensi Minyak : 0
• Potensi Gas : 0
• Net Pay : 0
• Usulan : TIDAK DITES
KESIMPULAN

GEOMORFOLOGI :
1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan
2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi
3. Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Aluvial

STRATIGRAFI :
1. Satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan Batubara (
Formasi Bayah ).
2. Satuan Batugamping sisipan Batupasir ( Formasi Rajamandala ).
3. Satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan Batulanau dan
Batupasir Tufan ( Formasi Citarum ).
4. Satuan Breksi sisipan Batupasir selang seling Batulempung ( Formasi Jampang ).
5. Satuan Tuf selang seling Tuf Lapili sisipan Breksi Tuf ( Anggota Cikarang, Formasi
Jampang ).
6. Satuan Batupasir selang – seling Batulanau, Batulempung sisipan Konglomerat ( Formasi
Cimandiri ).
7. Satuan Batugamping ( Formasi Bojonglopang ).
8. Satuan Breksi Gunung Api
9. Satuan Endapan Aluvial
STRUKTUR GEOLOGI :
Lipatan Patahan / Sesar
1. Antiklin Pasir Badak 1. Sesar Naik Dano – Tanjung Sari
2. Antiklin Legoknyenang 2. Sesar Naik Padareang
3. Antiklin Cisonggom 3. Sesar Mendatar Sungapan
4. Antiklin Wangun 4. Sesar Mendatar Sukatani
5. Sinklin Pasir Pogor 5. Sesar Mendatar Pasir Picung
6. Sinklin Padareang 6. Sesar Mendatar Citalahab
7. Sinklin Pasir Aseupan 7. Sesar Mendatar Gunung Walang
8. Sinklin Sukatani 8. Sesar Mendatar Legoknyenang
9. Sinklin Gn. Batu – Gn. Walang 9. Sesar Mendatar Hegarmanah
10. Sesar Mendatar Monas
11. Sesar Normal Cimandiri
12. Sesar Normal Gunung Kalong

Mekanisme Pembentukan Struktur


1. Orogenesa Oligo Miosen : 43° / N 173° E
2. Orogenesa Intra Miosen : 56° / N 182° E
3. Orogenesa Plio Plistosen : 50° / N 278° E
SEJARAH GEOLOGI :
1. Eosen Tengah – Oligosen Awal ( P14 – P19 )
Diendapkan satuan Batupasir selang – seling Batupasir Konglomerat, Batulempung sisipan
Batubara ( F.Bayah ) pada lingkungan Aluvium Braidded River.
2. Oligosen Akhir
Terjadi aktifitas tektonik berupa perlipatan dan pensesaran
3. Oligosen Akhir - Miosen Awal ( N2 – N4 )
Diendapkan satuan Batugamping sisipan Batupasir ( F. Rajamandala ) pada lingkungan Reef Wall.
4. Miosen Awal ( N5 – N8 )
Diendapkan satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan
Batulanau dan Batupasir Tufan ( F.Citarum ) pada lingkungan Upper Fan - Lower Fan, disusul
oleh pengendapan satuan Breksi sisipan Batupasir selang seling Batulempung ( F.Jampang ) dan
satuan Tuf selang seling Tuf Lapili sisipan Breksi Tuf ( Ang.Cikarang, F. Jampang ) pada
lingkungan Upper Fan - Suprafan Lobes on Mid Fan
5. Miosen Tengah
Terjadi aktifitas tektonik Intra Miosen berupa pengangkatan, perlipatan dan pensesaran.
6. Miosen Tengah – Miosen Akhir ( N13 – N15 )
Diendapkan satuan Batupasir selang – seling Batulanau, Batulempung sisipan Konglomerat (
F. Cimandiri ) pada lingkungan Lagoon, Tidal Flat, Barrier Island sampai Open Marine dan satuan
Batugamping ( F.Bojonglopang ) pada lingkungan Back Reef.
7. Pliosen – Plistosen

Terjadi aktifitas tektonik Plio Plistosen berupa pengangkatan dan pensesaran .


8. Kuarter – Resen
Terjadi aktifitas gunung api, sehingga diendapkan satuan batuan breksi gunung api. Terjadi
proses denudasi berupa pelapukan serta erosi sehingga diendapkan aluvial berupa material lepas
disekitar sungai.
ANALISIS PETROFISIK RESERVOIR SUMUR DIANA

Zona A 1840 – 1844 m :


Net Pay = 1841,60 – 1842,40 = 0,80 m = TES

Zona E 1840 – 1844 m :


Net Pay = 0 = TIDAK DITES

Zona F 1679 – 1682 m :


Net Pay = 1680,20 – 1680,80 = 0,60 m = TES

Anda mungkin juga menyukai