Oleh :
ADRIANTO SETIADI
055199024
1. PENDAHULUAN
Meliputi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Letak dan Kesampaian Daerah Penelitian, Waktu
Penelitian, Metode Penelitian, Tahapan Penelitian, serta Peneliti Terdahulu.
2. GEMORFOLOGI
Meliputi Geomorfologi Regional, Pembagian Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian, Pola Aliran dan
Genetika Sungai, Stadium Erosi dan Jenjang Geomorfik daerah Penelitian.
3. STRATIGRAFI
Meliputi Stratigrafi Regional, Pembagian Satuan Stratigrafi Daerah Penelitian, yaitu Penamaan,
Penyebaran dan Ketebalan, Ciri Litologi, Umur dan Lingkungan Pengendapan, dan Hubungan
Stratigrafi.
4. STRUKTUR GEOLOGI
Meliputi Struktur Geologi Regional, Pembagian Struktur Geologi Daerah Penelitian, Umur dan
Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Daerah Penelitian.
5. SEJARAH GEOLOGI
6. ANALISIS PETROFISIK RESERVOIR DI SUMUR DIANA BERDASARKAN DATA WIRELINE
LOG UNTUK USULAN DRILL STEM TEST
Meliputi Pendahuluan, Wireline Log, Identifikasi Litologi Dari Data Wireline Log, Memperkirakan
Zona Prospek, Analisis Petrofisik Reservoir di Sumur Diana, serta Usulan Interval Untuk Drill Stem
Test
7. KESIMPULAN
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengetahui dan mampu memberikan informasi atau gambaran umum mengenai keadaan
geologi.
2. Mampu mengidentifikasi interval – interval yang memiliki prospek endapan hidrokarbon pada
Sumur Diana dan menghitung potensi cadangan hidrokarbonnya.
LETAK DAN KESAMPAIAN DAERAH PENELITIAN :
G. DAHU
Gunungmejan
D.1079
Bojongkole
Ciawi
Brujul
G. SALAK
Cikalongkulon
-6 45' LS
Ciantenherang Cipanas
G. PANGRANGO
Cicurug
Ciranjang
G. HALIMUN CIANJUR
G. BATU
Parungkuda
Daerah Penelitian
Cipetir
Cibadak
SUKABUMI
Cibeber
Cikembang
106 45' BT
107 15' BT
107 0' BT
Cigombong Pangleseran
Pelabuhanratu
Campaka Gununghalu
D.1024
Jampangtegah
METODE PENELITIAN
Data Data
Wireline Log Lapangan
Analisis
Studio Laboratorium
Laporan
Sementara
Hipotesis
Laporan
Akhir
1. Van Bemmelen, R. W, (1949), Geologi bagian Tengah dan Timur Zona Bogor.
GEOMORFOLOGI REGIONAL :
Pola aliran sungai yang berkembang di daerah penelitian teridiri dari 3 (tiga) pola aliran sungai, yaitu :
1. Pola Aliran Sungai Dendritik 106°48'00" BT 48'30" 49'00" 49'30" 50'00" 50'30" 51'00" 51'30" 52'00" 52'30" 53'00" 53'30" 106°54'00" BT
06°55'00" LS
06°55'00" LS
Ci Lu
bang
55'30"
55'30"
gk
ew
an
T ya
n
56'00"
56'00"
2. Pola Aliran Sungai Rektangular Ci Sagaran
56'30"
56'30"
sungai yang berbelok, berliku-liku, dan Ci Padarea
57'00"
57'00"
tegak lurus. Banyak dikendalikan oleh pola kekar
dan sesar yang juga berpola berpotongan secara Ci Pelang
tegak lurus.
atu
57'30"
57'30"
B
Ci
lang
Ci Pe
58'00"
58'00"
Pola aliran sungai trelis merupakan pola aliran
sungai yang berbentuk mirip dengan anjang-anjang
g
Ci Pelan
D
pagar atau pola tali pagar. Pola ini merupakan ciri
58'30"
58'30"
d as
tu Bo iri
Ba Ci and
Rk
dan miring kuat.
Ci Ka te a s
od
iB
C
59'00"
59'00"
iri
Ci Mand
Ci Talahab
59'30"
59'30"
atu
Ci Ta
B
laha
Ci
b
07°00'00" LS
07°00'00" LS
106°48'00" BT 48'30" 49'00" 49'30" 50'00" 50'30" 51'00" 51'30" 52'00" 52'30" 53'00" 53'30" 106°54'00" BT
Genetika sungai yang berkembang di daerah penelitian teridiri dari 3 (tiga) jenis genetika sungai, yaitu :
1. Genetika Sungai Konsekuen
Tipe genetik sungai konsekuen adalah tipe genetik
sungai dimana sungai yang mengalir memiliki arah
aliran yang sama dengan arah kemiringan
perlapisan batuan.
2. Genetika Sungai Subsekuen
Tipe genetik sungai subsekuen adalah tipe genetik
sungai dimana sungai yang mengalir memiliki arah
aliran yang searah dengan arah jurus perlapisan
batuan.
3. Genetika Sungai Obsekuen
Tipe genetik sungai obsekuen adalah tipe genetik
sungai dimana sungai yang mengalir memiliki arah
aliran yang berlawanan dengan arah kemiringan
perlapisan batuan.
Tipe Genetik Sungai Konsekuen Pada Anak Sungai Citalahab
( Foto diambil pada lokasi C-030 )
Tipe Genetik Sungai Subsekuen Pada Sungai Cibatu Tipe Genetik Sungai Obsekuen Pada Anak Sungai Cilongkewang
( Foto diambil pada lokasi B-015 ) ( Foto diambil pada lokasi A-023 )
106°48'00" BT 48'30" 49'00" 49'30" 50'00" 50'30" 51'00" 51'30" 52'00" 52'30" 53'00" 53'30" 106°54'00" BT
06°55'00" LS
06°55'00" LS
Ci Lub
ang
Ci
L on
55'30"
55'30"
gk
e wa
ng
O S Ci
C an
ta
ya
n
tu
Ba
Ci
56'00"
56'00"
Ci Sagaran
K
56'30"
56'30"
K Ci Padar
S
eang
Ci B
a tu
nun
gg al
57'00"
57'00"
g
Ci Pelan
u
57'30"
at
57'30"
B
Ci
el ang
Ci P
58'00"
58'00"
g
Ci Pelan
58'30"
58'30"
as
od iri
atu iB a nd
C
Ci
B Ci M
Ci Kate as
od
iB
C
59'00"
59'00"
diri
Ci Man
Ci Talahab
S S
59'30"
59'30"
S K
atu
Ci T
B
alah
Ci
a b
07°00'00" LS
07°00'00" LS
106°48'00" BT 48'30" 49'00" 49'30" 50'00" 50'30" 51'00" 51'30" 52'00" 52'30" 53'00" 53'30" 106°54'00" BT
Jenjang geomorfik daerah penelitian pada umumnya berada pada tingkat dewasa.
Ciri daripada jenjang geomorfik dewasa adalah dimana bentuk morfologi yang ada sudah tidak
memberikan kenampakan seperti bentuk aslinya. Seperti morfologi perbukitan yang sudah mengalami
kikisan – kikisan erosi, relief menjadi berkurang, bentuk punggungan menjadi membulat dan
penampang melintang sungai menjadi konkav ke atas.
STRATIGRAFI
STRATIGRAFI REGIONAL
Ciri Litologi
Secara megaskopis :
Batupasir
Putih kemerahan, Ø pasir sedang-kasar, membulat tanggung,
pemilahan sedang, kemas terbuka, porositas sedang, agak
kompak, komposisi : kuarsa, feldspar, serta terdapat konkresi
besi pada bagian atasnya.
Batupasir konglomerat
Massa dasar : batupasir putih kemerahan, Ø pasir sedang-kasar,
membulat tanggung, pemilahan sedang-buruk, kemas terbuka,
porositas baik, kompak, komposisi : kuarsa feldspar, siderit.
Fragmen : kuarsa, putih, Ø butiran-berangkal (2-7 cm)
membulat. Struktur sedimen normal dan reverse graded bedding
serta cross bedding.
Singkapan Batupasir Konglomerat
Batulempung ( Foto Diambil di Lokasi D-018 )
Coklat, putih kemerahan, agak lunak kadang karbonan.
Batubara
Hitam, kilap dull, konkoidal, medium cleat, agak lunak, mineral
aksesori pirit dan amber.
Secara megaskopis : A B C D E F G H I
Batupasir : 1
Sayatan batuan sedimen klastik berwarna coklat
terang, terdiri dari kuarsa (55%), k-feldspar 2
(12%), dan lithik (10%) sebagai matriks. Massa
dasar hadir berupa gelas (15%) dan lempung 3
oksida besi (8%). Kemas terbuka memperlihatkan
hingga mengambang, porositas intrapartikel dan 4
interpartikel, pemilahan sedang, bentuk butir
menyudut tanggung hingga membundar tanggung,
5
ukuran butir berkisar antara halus hingga 0,8 mm.
6
B u t ir a n S t a b il
Nama batuan : K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
0 100
20 80
40 60
A r k o s ik L it h ik
60 40
80 20
C h i e f l y V o lc a n i c
100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
Ketebalan
Ketebalan Formasi Bayah ini menurut Martodjojo di daerah tipe 1500 m, di daerah Ciletuh kurang
dari 300 m, di G. Walat sekitar 700 m, sedangkan berdasarkan rekontruksi penampang geologi
adalah ± 600 m.
Umur
Umur Formasi Bayah ini berdasarkan pengelompokan fosil planktonik menurut Blow (1969) adalah
sebagai berikut :
Dengan hadirnya fosil planktonik Globigerina praebulloides dan dengan musnahnya fosil
Globigerina yequaensis maka umur Formasi Bayah ini diperkirakan Eosen Tengah – Oligosen
Awal ( P14 – P19).
Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi Formasi Bayah ini dengan satuan batuan di bawahnya tidak diketahui, karena
tidak tersingkap di daerah penelitian.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan Formasi Rajamandala diperkirakan tidak
selaras.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Formasi Bayah ini menggunakan model endapan Alluvium
Braidded River (Selley, 1976)
Berdasarkan model endapan Alluvium Braidded River , maka Formasi Bayah ini diendapkan pada
lingkungan Active Channel Sequence in: Channel ( A ) ; Channel Bar ( B ) dan Abandoned
Channel Sequence : Back Swamp ( C )
SATUAN BATUGAMPING SISIPAN BATUPASIR
Ciri Litologi
Secara megaskopis :
Batugamping
Abu-abu, Ø pasir sedang - kasar, butiran menyudut, kemas
terbuka, pemilahan sedang - buruk, porositas sedang - baik,
keras,sering kristalin, terdapat pecahan fragmen koral, algae,
gastropoda dan oolit.
Batupasir
Abu-abu, Ø pasir sedang, butiran menyudut tanggung, kemas
terbuka, pemilahan sedang, porositas sedang, keras, karbonatan.
Umur
Umur Formasi Rajamandala ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil planktonik menurut
Blow (1969) adalah sebagai berikut :
Dengan hadirnya dan punahnya fosil planktonik Globorotalia opima maka umur satuan batugamping
sisipan batupasir ini diperkirakan Oligosen Akhir – Miosen Awal ( N2 – N4 ).
Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi Formasi Rajamandala ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Formasi
Bayah diperkirakan tidak selaras.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu Formasi Citarum diperkirakan selaras.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Formasi Rajamandala terhadap model paparan karbonat (Irwin,
1956 , Tyrrel, 1969 dan Wilson, 1969)
Berdasarkan model paparan karbonat, maka Formasi Rajamandala ini diendapkan pada lingkungan “ Y “
Zone ( Irwin, 1956 ), Reef Wall ( Wilson, 1969 ) atau Winowed ( Tyrell, 1969 )
SATUAN BATUPASIR SELANG – SELING BATUPASIR KONGLOMERAT, BATULEMPUNG
SISIPAN BATULANAU DAN BATUPASIR TUFAN
Secara megaskopis :
Batupasir
Abu-abu, Ø pasir sedang - kasar, menyudut tanggung –
membulat tanggung, kemas terbuka, pemilahan buruk,
porositas sedang - baik, agak kompak, komposisi kuarsa,
feldspar, lithik, tufan dan gampingan. Ketebalan 5 -20 cm.
Batupasir Konglomerat
Polimik, massa dasar batupasir, fragmen batugamping,
batulempung karbonatan dan batupasir, Ø 2-30 cm,
membulat tanggung, ke bagian atas gradasi menjadi
batupasir, struktur sedimen scour, normal graded bedding,
paralel lamination. Ketebalan 100-200 cm.
Batulempung
Abu-abu muda kehujauan, agak kompak, gampingan,
struktur sedimen wave ripple lamination. Ketebalan 10
-160 cm.
Batulanau
Abu-abu tua kehijauan, Ø lanau, membulat, kemas Singkapan Batupasir selang seling Batulempung
tertutup, pemilahan baik, porositas sedang, kompak, ( Foto Diambil di Lokasi A-027)
komposisi gloukonit dan gampingan, struktur sedimen
lenticular bedded, concolute bedded dan paralel lamination.
Ketebalan 15 -210 cm.
Batupasir Tufan
Putih kekuningan, Ø pasir sedang, membulat tanggung –
membulat, pemilahan sedang, kemas terbuka, porositas
sedang, agak lunak. Ketebalan 60 cm.
Secara Mikroskopis : A B C D E F G H I
Batupasir 1
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna
coklat terang, terdiri dari kuarsa (40%), lithik 2
(20%), feldspar (16%) dan mineral logam (2%)
sebagai matriks. Massa dasar hadir berupa kalsit
(14%) dan lempung (8%). Kemas terbuka
3
memperlihatkan hingga mengambang, porositas
intrapartikel dan interpartikel, pemilahan buruk, 4
bentuk butir menyudut tanggung hingga
membundar tanggung, ukuran butir berkisar antara 5
halus hingga 1,6 mm.
6
B u tir a n S ta b il
K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
Nama batuan : 0 100
20 80
40 60
A r k o s ik L it h ik
60 40
80 20
C h ie f ly V o lc a n ic
100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
A B C D E F G H I
Batupasir Tufan 1
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna
coklat terang, terdiri dari lithik(25%), k-feldspar 2
(12%), kalsit (10%), kuarsa (6%) dan mineral
logam (2%)sebagai matriks. Massa dasar hadir
berupa gelas (30%) dan mineral lempung (15%).
3
Kemas terbuka memperlihatkan hingga
mengambang, porositas intrapartikel dan 4
interpartikel, pemilahan sedang, bentuk butir
menyudut tanggung hingga membundar tanggung, 5
ukuran butir berkisar antara halus hingga 0,4 mm.
6
B u t ir a n S t a b il
K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
K u a rsa
20 80
40 60
A r k o s ik L it h ik
60 40
80 20
C h ie f ly V o lc a n ic
100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
Ketebalan
Ketebalan Formasi Citarum menurut Martodjojo di anak sungai Citarum sekitar 1372 m, di daerah
Batununggal sekitar 1250 m, sedangkan berdasarkan rekontruksi penampang geologi adalah ± 560
m.
Umur
Umur Formasi Citarum berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil planktonik menurut Blow
(1969) adalah sebagai berikut :
Dengan hadirnya fosil planktonik Globigerinoides trilobus dan dengan musnahnya fosil
Globoquadrina praedehiscens maka umur Formasi Citarum ini diperkirakan Miosen Awal ( N5 –
N7 ).
Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi Formasi Citarum ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Formasi
Rajamandala diperkirakan selaras.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan Formasi Jampang diperkirakan selaras dan
menjemari.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Formasi Citarum ini didasarkan atas model endapan kipas laut
dalam (Walker, 1978)
Berdasarkan model endapan kipas laut dalam , maka Formasi Citarum ini diendapkan pada lingkungan
Upper Fan ( A ), Suprafan Lobes On Mid Fan ( B ) sampai Lower Fan ( C ) dari sistem kipas laut
dalam.
SATUAN BREKSI SISIPAN BATUPASIR SELANG SELING BATULEMPUNG
Secara megaskopis :
Breksi
Massa dasar :
Batupasir, abu-abu, Ø pasir halus-kasar, menyudut tanggung–
membulat tanggung, kemas terbuka, pemilahan sedang-buruk,
porositas sedang-baik, kompak, komposisi feldspar, kuarsa, lithik,
gampingan dan urat-urat kalsit.
Fragmen :
Polimik, terdiri dari batuan beku, andesit, basalt, kadang
batugamping, Ø 25-150 cm, menyudut tanggung.
Ke bagian atas gradasi menghalus, struktur sedimen normal
graded bedding, paralel lamination, cross bedding, dan wavy
lamination serta scour pada bagian bawah.
Batupasir
Abu-abu , Ø pasir halus-kasar, menyudut tanggung, kemas
terbuka, pemilahan buruk, porositas sedang-baik, kompak,
komposisi feldspar, kuarsa, lithik dan gampingan.
Ke bagian atas makin halus, struktur sedimen normal graded
bedding, paralel lamination, dan cross bedding.
Singkapan Breksi sisipan batupasir selang seling
Batulempung batulempung
Abu-abu, kompak, gampingan. ( Foto Diambil di Lokasi C-011)
Secara Mikroskopis :
A B C D E F G H I
Batupasir (Masadasar) 1
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna
coklat terang, terdiri dari lithik (28%), hornblend 2
(23%), kuarsa (12%) dan plagioklas (12%)
sebagai matriks. Massa dasar hadir berupa gelas
(12%) dan lempung (5%) . Kemas terbuka
3
memperlihatkan hingga mengambang, porositas
intrapartikel dan interpartikel, pemilahan buruk, 4
bentuk butir menyudut hingga membundar
tanggung, ukuran butir halus hingga 1,6 mm. 5
B u t ir a n S t a b il
K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
K u a rs a
20 80
40 60
A r k o s ik L it h ik
60 40
80 20
C h ie f ly V o lc a n ic
100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
A B C D E F G H I
Andesit (Fragmen) 1
Sayatan batauan beku dengan warna abu-abu dan
coklat, hipokristalin, inequigranular, 2
glomerovitrovirik, dengan tekstur halus. Terdiri dari
kuarsa (30%), plagioklas (27%), k-feldspar (12%),
piroksen (8%) dan mineral logam (3%) sebagai
3
fenokris. Gelas (20%) hadir sebagai massa dasar.
4
Tekstur KF < 1/3 F Tot 1/3 F Tot < KF < 2/3 F Tot KF > 2/3 F Tot Tipe Feldspatoidal
Halus Andesit Trakhiandesit Trakhit Fonolit
Kasar Diorit Monzonit Syenit Syenit Feldspatoid
Umur
Umur Formasi Jampang ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil planktonik menurut Blow
(1969) adalah sebagai berikut :
Dengan hadirnya fosil planktonik Globigerinoides immaturus dan Globigerinatella insueta dan
dengan musnahnya fosil Globoquadrina praedehiscens maka umur satuan breksi sisipan batupasir
selang seling batulempung ini adalah Miosen Awal ( N6 – N7 ).
Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi Formasi Jampang ini dengan dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Formasi
Citarum diperkirakan selaras dan menjemari.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu Anggota Cikarang, Formasi Jampang diperkirakan
selaras.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Formasi Jampang ini didasarkan atas model endapan kipas laut
dalam (Walker, 1978)
Berdasarkan model endapan kipas laut dalam , maka Formasi Jampang ini diendapkan pada lingkungan
sampai Suprafan Lobes on Mid Fan ( A ) sampai Upper Fan ( B ) .
SATUAN TUF SELANG SELING LAPILI SISIPAN AGGLOMERAT DAN BREKSI TUF
Secara megaskopis :
Tuf
Putih, Ø tuf halus-kasar, membulat tanggung, pemilahan
sedang, kompak, kemas tertutup, porositas buruk,
komposisi gelas dan litik.
Tuf Lapili
Putih kehijauan, Ø lapili, menyudut tanggung-menyudut,
kemas terbuka, porositas sedang, kompak, komposisi
gelas, lithik, dan khlorit, butiran menghalus ke bagian atas.
Breksi tuf
Massa dasar:
Tuf, putih kehijauan, Ø lapili, menyudut tanggung-
menyudut, pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas
sedang, kompak, komposisi gelas, lithik, dan khlorit, Singkapan Tuf selang seling lapili sisipam breksi tuf
Fragmen : ( Foto Diambil di Lokasi B-072)
Batulempung, Ø 5-60 cm, menyudut.
Butiran menghalus ke atas, struktur sedimen normal
gradded bedding serta scour pada bagian bawah.
A B C D E F G H I
Tuf
Sayatan batuan piroklastik dengan warna coklat 1
terang dan hijau muda, terdiri dari k-feldspar
(20%), lithik (14%), biotit, plagioklas (4%)dan
mineral logam (2%) sebagai matriks. Massa dasar 2
hadir berupa gelas (44%)dan lempung (8%).
Kemas terbuka memperlihatkan hingga 3
mengambang, porositas intrapartikel dan
interpartikel, pemilahan buruk, bentuk butir 4
menyudut tanggung hingga membundar tanggung,
ukuran butir halus hingga 0,4 mm.
5
6
Sayatan Tuf di lokasi B-003
(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)
T u f G e la s
50 50
T u f K r is t a l T u f L it h ik
K r is t a l L it h ik
50
Tuf Lapili A B C D E F G H I
6
Sayatan Tuf di lokasi B-024
(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)
T u f G e la s
50 50
T u f K r is t a l T u f L it h ik
K r is t a l L it h ik
50
Ketebalan
Ketebalan Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini berdasarkan rekontruksi penampang geologi
adalah ± 1500 m.
Umur
Umur Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil
plantonik menurut Blow (1969) m adalah sebagai berikut :
Dengan hadirnya fosil planktonik Praeorbulina glomerosa dan dengan musnahnya fosil
Globigerinatella insueta maka Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini diperkirakan Miosen Awal
(N8).
Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi Anggota Cikarang, Formasi Jampang dengan satuan batuan di bawahnya yaitu
Formasi Jampang diperkirakan selaras.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu Formasi Cimandiri dan Formasi Bojonglopang
diperkirakan tidak selaras.
Lingkungan Pengendapan
Perkiraan lingkungan pengendapan Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini didasarkan terhadap
model endapan kipas laut dalam (Walker, 1978)
Berdasarkan model endapan kipas laut dalam , maka Anggota Cikarang, Formasi Jampang ini diendapkan
pada lingkungan Suprafan Lobes on Mid Fan ( A ) dan Upper Fan ( B )
SATUAN BATUPASIR SELANG – SELING BATULANAU, BATULEMPUNG
SISIPAN KONGLOMERAT
Penamaan dan Penyebaran
Martodjodjo, (1984) mengusulkan tatanama satuan Batupasir selang – seling Batulanau, Batulempung
sisipan Konglomerat ini sebagai Formasi Cimandiri.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna hijau tua
•Menempati sekitar 1.38 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi sekitar daerah Gunungkalong
Ciri Litologi
Secara megaskopis :
Batupasir
Abu-abu kehijauan, Ø pasir sedang - kasar, menyudut
tanggung - membulat tanggung, pemilahan sedang,kemas
terbuka, porositas sedang - baik, agak kompak, min:
kuarsa, feldspar,lithik, glaukonit dan gampingan. Terdapat
fragmen batubara dan pecahan cangkang
Struktur sedimen : reverse gradded bedding dan cross
bedding.
Ketebalan : 16 - 150 cm.
Batulanau
Abu-abu kehijauan, Ø lanau, membulat, pemilahan Singkapan Batupasir selang seling Batulempung
baik,kemas tertutup, porositas buruk, agak keras, min: ( Foto Diambil di Lokasi B-013)
kuarsa, feldspar, glaukonit.
Terdapat fosil jejak-jejak binatang.
Ketebalan : 5 - 25 cm.
Batulempung
Abu-abu, agak lunak, gampingan, banyak nodul
batulempung gampingan Ø 15 - 50 cm serta pecahan koral
dan lensa batubara.
Ketebalan : 25 - 75 cm
Secara mikrokospis : A B C D E F G H I
Batupasir 1
Sayatan batuan sedimen klastik dengan warna
coklat terang, terdiri dari kuarsa (18%), plagioklas 2
(17%), kalsit (12%), lithik (8%) dan hornblend
(4%) sebagai matriks. Massa dasar hadir berupa 3
gelas (25%) dan lempung (16%). Kemas terbuka
memperlihatkan hingga mengambang, porositas 4
intrapartikel dan interpartikel, pemilahan buruk,
bentuk butir menyudut tanggung hingga
membundar tanggung, ukuran butir berkisar antara 5
halus hingga 1,6 mm.
6
B u t ir a n S t a b il
K u a r s a , R ija n g , K u a r s it
Nama batuan : Arkosik Wacke (Gilbert, 1953). 0 100
K u a rsa
20 80
40 60
A r k o s ik L it h ik
60 40
80 20
C h ie f ly V o lc a n ic
100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
Ketebalan
Ketebalan Formasi Cimandiri ini menurut Martodjojo di daerah S. Citalahab adalah 167 m,
sedangkan berdasarkan rekontruksi penampang geologi adalah ± 650 m.
Umur
Umur Formasi Cimandiri ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil plantonik menurut Blow
(1969) adalah sebagai berikut :
Foram Planktonik N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20
Sphaeroidinella dehiscens
Orbulina universa
Orbulina suturalis
Globorotalia lenguanensis
Dengan hadirnya fosil planktonik Sphaeroidinella dehiscens dan Globorotalia lenguanensis serta
dengan musnahnya fosil Globorotalia lenguanensis maka umur Formasi Cimandiri ini diperkirakan
Miosen Tengah – Akhir ( N13 – N15).
Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi Formasi Cimandiri ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Anggota
Cikarang, Formasi Jampang diperkirakan tidak selaras.
Hubungan Stratigrafi Formasi Cimandiri ini dengan Formasi Bojonglopang diperkirakan menjemari.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan satuan breksi gunungapi adalah tidak
selaras.
Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pengendapan Formasi Cimandiri ini didasarkan atas model Coastal Plain,
Lagoon, Tidal Flat,Barrier Island (Selley, 1976)
Berdasarkan model Coastal Plain,Lagoon,Tidal Flat,Barrier Island (Selley, 1976), maka Formasi Cimandiri
ini diendapkan pada lingkungan Lagoon and Tidal Flat ( A ), Barrier Island ( B ) dan Open Marine
(C)
SATUAN BATUGAMPING
Martodjodjo, (1984) mengusulkan tatanama satuan batugamping ini sebagai Formasi Bojonglopang.
•Pada peta geologi diwakili oleh warna biru tua
•Menempati sekitar 2.77 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya meliputi daerah Tanjungsari dan Pasir Batu
Ciri Litologi
Secara megaskopis :
Batugamping
Abu-abu, Ø pasir sedang-kasar, menyudut, kemas
terbuka, pemilahan sedang-baik, kompak, terdapat
pecahan fragmen koral dan algae.
Singkapan Batugamping
( Foto Diambil di Lokasi C-022)
A B C D E F G H I
Secara mikrokospis :
Batugamping 1
Sayatan batugamping allohton (klastik), dengan
warna coklat, dengan pembentuk utama berupa 2
klastik berupa oolit dan foraminifera kecil (14%),
berukuran 0,1 - 0,2 mm, spar (26%) berupa kalsit, 3
mikrit (24%) hadir aebagai masadasar.
Secara umum hubungan antar butirnya 4
mengambang dan terpilah sedang. Keadaan butir
umumnya utuh, hanya sebagian saja yang
terabrasi dan bentuk kemas yang tidak beraturan,
5
bagian dalam dari butiran sudah terisi oleh material
yang bukan dari asalnya. Porositasnya interpartikel 6
dan intrapartikel. Jenis pendukung detritus berupa
lumpur (30%) dan kuarsa (6%).
Sayatan Batugampingdi lokasi C-024
(Perbesaran 40x posisi Silang Nikol)
Umur
Umur satuan satuan batugamping ini berdasarkan pengelompokan keberadaan fosil plantonik
menurut Blow (1969) adalah sebagai berikut :
Foram Planktonik N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20
Sphaeroidinella subdehiscens
Orbulina universa
Orbulina bilobata
Globorotalia lenguaensis
Dengan hadirnya fosil planktonik Sphaeroidinella subdehincens, Orbulina bilobata dan Globorotalia
lenguaensis dan dengan musnahnya fosil Globorotalia lenguaensis maka umur Formasi
Bojonglopang ini adalah Miosen Tengah – Akhir (N13 – N15).
Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi Formasi Bojonglopang ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu Anggota
Cikarang, Formasi Jampang diperkirakan tidak selaras.
Hubungan Stratigrafi Formasi Bojonglopang ini dengan Formasi Cimandiri diperkirakan menjemari.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan satuan breksi gunungapi adalah tidak
selaras.
Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pengendapan Foemasi Bojonglopang didasarkan ciri litologi terhadap model
paparan karbonat (Irwin, 1956 , Tyrrel, 1969 dan Wilson, 1969)
Berdasarkan model paparan karbonat, maka Formasi Bojonglopang ini diendapkan pada lingkungan “
Y “ Zone ( Irwin, 1956 ), Back Reff ( Wilson, 1969 ) atau Unwinowed ( Tyrell, 1969 )
SATUAN BREKSI GUNUNGAPI
Penyebaran
Ciri Litologi
Secara megaskopis :
Breksi
K u a rsa
20 80
40 60
A r k o s ik L it h ik
60 40
80 20
C h ie f ly V o lc a n ic
100 0
F e ld s p a r L ith ik
0 20 40 60 80 100
A B C D E F G H I
1
Fragmen (Tuf) :
Sayatan batuan piroklastik dengan warna coklat, 2
terdiri dari plagioklas (32%), k-feldspar (12%),
hornblend (12%) dan mineral logam ( 2%) sebagai 3
matriks. Massa dasar hadir berupa lempung ( 24%)
dan gelas (18%). Kemas terbuka memperlihatkan 4
hingga mengambang, porositas intrapartikel dan
interpartikel, pemilahan buruk, bentuk butir
menyudut hingga membundar tanggung, ukuran 5
butir halus hingga 1 mm.
6
T u f G e la s
50 50
T u f K r is t a l T u f L it h ik
K ris t a l L it h ik
50
Ketebalan
Ketebalan satuan satuan breksi gunungapi ini adalah ± 35 m.
Umur
Umur satuan satuan breksi gunungapi ini didasarkan atas kesebandingan stratigrafi, dimana
diperkirakan umur satuan ini adalah Kuarter.
Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pengendapan satuan breksi gunungapi ini didasarkan atas model Pyroclastic
Volcaniclastic Facies (Vessel and Davies, 1981) yaitu berdasarkan ciri litologi dan cara
pengendapannya.
Daerah Penelitian
Berdasarkan model model Pyroclastic Volcaniclastic Facies (Vessel and Davies, 1981) maka lingkungan
pengendapan satuan breksi gunungapi ini adalah “proximal volcaniclastic facies”.
Hubungan Stratigrafi
Hubungan Stratigrafi satuan breksi gunungapi ini dengan dengan satuan batuan di bawahnya yaitu
Formasi Cimandiri dan Formasi Bojonglopang adalah tidak selaras.
Sedangkan dengan satuan batuan diatasnya yaitu dengan satuan aluvial berupa bidang erosi.
SATUAN ALUVIAL
Penyebaran
•Pada peta geologi diwakili oleh warna abu-abu
•Menempati sekitar 1.35 % luas daerah penelitian
•Penyebarannya di sepanjang sungai-sungai di daerah penelitian.
Ciri Litologi
Berupa material lepas berukuran lempung hingga bongkah.
Satuan Aluvial
( Foto diambil di S. Cipelang lokasi C-039)
STRUKTUR GEOLOGI
Rekahan atau kekar merupakan suatu rekahan pada batuan yang belum mengalami pergeseran akibat
gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Terdiri atas :
1. Kekar gerus (Shear Fracture)
2. Kekar tarik ( Extension Fracture)
• Tension Fracture
• Realese Fracture
Sinklin ini berkembang di daerah Pasir Aseupan dengan arah umum Barat – Timur.
Dimana memanjang di sekitar daerah Pasir Aseupan ± 3,5 km.
8. Sinklin Sukatani
Sinklin ini berkembang di daerah Sukatani dengan arah umum Barat – Timur. Dimana
memanjang di sekitar daerah Sukatani ± 3,5 km.
9a. Sinklin Gn Batu – Gn Walang ( Sisi Barat )
Sinklin ini berkembang di daerah Gn Batu – Gn Walang dengan arah umum Barat –
Timur. Dimana memanjang di sekitar daerah Gn Batu – Gn Walang ± 6,2 km.
9b. Sinklin Gn Batu – Gn Walang ( Sisi Timur )
Sinklin ini berkembang di daerah Gn Batu – Gn Walang dengan arah umum Barat –
Timur. Dimana memanjang di sekitar daerah Gn Batu – Gn Walang ± 6,2 km.
Patahan atau Sesar
Patahan atau sesar merupakan rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Patahan atau sesar yang berkembang di daerah penelitian antara lain :
1. Sesar Naik Dano – Tanjung Sari
2. Sesar Naik Padareang
3. Sesar Mendatar Monas
4. Sesar Mendatar Sungapan
5. Sesar Mendatar Legoknyenang
6. Sesar Mendatar Pasir Picung
7. Sesar Mendatar Hegarmanah
8. Sesar Mendatar Sukatani
9. Sesar Mendatar Gunung Walang
10. Sesar Mendatar Citalahab
11. Sesar Normal Cimandiri
12. Sesar Normal Gunung Kalong
1a. Sesar Naik Dano – Tanjung Sari (Dano)
Sesar ini berkembang di daerah Dano - Tanjungsari dengan arah umum Barat – Timur, dengan panjang ±
5,6 km
1b. Sesar Naik Dano – Tanjung Sari (Tanjungsari)
2. Sesar Naik Padareang
Sesar ini berkembang di daerah Padareang dengan arah umum Barat – Timur, dengan panjang ± 4,7 km
3. Sesar Mendatar Monas
Sesar ini berkembang di daerah Monas dengan arah umum Utara – Selatan, dengan panjang ± 3,1 km
4. Sesar Mendatar Sungapan
Sesar ini berkembang di daerah Sungapan dengan arah umum Barat Laut - Tenggara, dengan panjang ±
2,7 km
5. Sesar Mendatar Legoknyenang
Sesar ini berkembang di daerah Legoknyenang dengan arah umum Utara – Selatan, dengan panjang ± 1,8
km
6. Sesar Mendatar Pasir Picung
Sesar ini berkembang di daerah Pasir Picung dengan arah umum Barat Daya – Timur Laut, dengan panjang
± 2 km
7. Sesar Mendatar Hegarmanah
Sesar ini berkembang di daerah Hegarmanah dengan arah umum Barat Daya – Timur Laut, dengan
panjang ± 1 km
8. Sesar Mendatar Sukatani
Sesar ini berkembang di daerah Sukatani dengan arah umum Barat Laut – Tenggara, dengan panjang ±
2,7 km
9. Sesar Mendatar Gunung Walang
Sesar ini berkembang di daerah Gunung Walang dengan arah umum Utara - Selatan, dengan panjang ±
3,3 km
10. Sesar Mendatar Citalahab
Sesar ini berkembang di daerah Sungai Citalahab dengan arah umum Barat Laut - Tenggara, dengan
panjang ± 2,8 km
11. Sesar Normal Cimandiri
Sesar ini berkembang di daerah Sungai Cimandiri dengan arah umum Barat Daya – Timur Laut, dengan
panjang ± 4,7 km
12. Sesar Normal Gunung Kalong
Sesar ini berkembang di daerah Gunung Kalong dengan arah umum Barat - Timur, dengan panjang ± 2,7
km
UMUR DAN MEKANISME PEMBENTUKAN STRUKTUR
Berdasarkan umur satuan batuan yang terpengaruh oleh struktur geologi, daerah penelitian
diperkirakan mengalami 3 ( tiga ) kali peristiwa orogenesa :
Perkiraan arah gaya yang bekerja pada masing – masing orogenesa didapat dari :
1. Tension Fracture yang terdapat di Formasi Bayah untuk perkiraan arah gaya yang
bekerja pada Orogenesa Oligo – Miosen.
2. Tension Fracture yang terdapat di Formasi Rajamandala, Formasi Citarum dan
Formasi Jampang untuk perkiraan arah gaya yang bekerja pada Orogenesa Intra
Miosen.
3. Shear Fracture yang terdapat di Formasi Cimandiri dan Bojonglopang untuk
memperkirakan arah gaya yang bekerja pada Orogenesa Plio – Plistosen.
HUBUNGAN ANTARA KEKAR YANG TERBENTUK TERHADAP ARAH GAYA
( Griggs D.T. dalam Billings M.P. ;1954 )
σ1 σ1 σ1
σ1 σ1 σ1
Antiklin Ps.Badak
Antiklin Legoknyenang
Sinklin Padareang
Sesar Mendatar
Ps.Picung
Sinklin Sukatani
Sesar Mendatar
Sungapan Sesar Mendatar
Legoknyenang
Sesar Mendatar
Monas Sesar Mendatar
Gn.Walang
Sinklin Gn.Batu-Gn.Walang
Antiklin Wangun
Diendapkan satuan Batupasir selang - seling Batupasir Konglomerat, Batulempung sisipan Batubara (
F.Bayah ) pada lingkungan Aluvium Braidded River.
Oligosen Akhir
Diendapkan satuan Batugamping sisipan Batupasir ( F. Rajamandala ) pada lingkungan Reef Wall.
Miosen Awal ( N5 – N8 )
Diendapkan satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan Batulanau dan
Batupasir Tufan ( F.Citarum ) pada lingkungan Upper Fan - Lower Fan, disusul oleh pengendapan Breksi
sisipan Batupasir selang seling Batulempung ( F.Jampang ) dan satuan Tuf selang seling Tuf Lapili sisipan
Breksi Tuf ( Ang.Cikarang, F. Jampang ) pada lingkungan Upper Fan - Suprafan Lobes on Mid Fan.
Miosen Tengah
Terjadi aktifitas tektonik Intra Miosen berupa pengangkatan, perlipatan dan pensesaran.
Miosen Tengah – Miosen Akhir ( N13 – N15 )
Diendapkan satuan Batupasir selang – seling Batulanau, Batulempung sisipan Konglomerat ( F. Cimandiri )
pada lingkungan Lagoon, Tidal Flat, Barrier Island sampai Open Marine dan satuan Batugamping (
F.Bojonglopang ) pada lingkungan Back Reef.
Pliosen - Plistosen
Terjadi aktifitas gunung api, sehingga diendapkan satuan batuan breksi gunung api.
Terjadi proses denudasi berupa pelapukan serta erosi sehingga diendapkan aluvial berupa material lepas
disekitar sungai.
ANALISIS PETROFISIK RESERVOIR DI SUMUR DIANA
BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING
UNTUK USULAN DRILL STEM TEST
a 1.65
m 1.33
n 2
Sw cor < 1
ZONA - E ( 1698 m - 1707 m )
TABEL PERHITUNGAN PERHITUNGAN F dan Sw
a 1.65
m 1.33
n 2
a 1.65
m 1.33
n 2
Sw cor < 1
ZONA - A ( 1840 m - 1844 m )
TABEL PERHITUNGAN PERMEABILITAS DAN POTENSI CADANGAN HIDROKARBON
GEOMORFOLOGI :
1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan
2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi
3. Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Aluvial
STRATIGRAFI :
1. Satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan Batubara (
Formasi Bayah ).
2. Satuan Batugamping sisipan Batupasir ( Formasi Rajamandala ).
3. Satuan Batupasir selang – seling Batupasir konglomerat, Batulempung sisipan Batulanau dan
Batupasir Tufan ( Formasi Citarum ).
4. Satuan Breksi sisipan Batupasir selang seling Batulempung ( Formasi Jampang ).
5. Satuan Tuf selang seling Tuf Lapili sisipan Breksi Tuf ( Anggota Cikarang, Formasi
Jampang ).
6. Satuan Batupasir selang – seling Batulanau, Batulempung sisipan Konglomerat ( Formasi
Cimandiri ).
7. Satuan Batugamping ( Formasi Bojonglopang ).
8. Satuan Breksi Gunung Api
9. Satuan Endapan Aluvial
STRUKTUR GEOLOGI :
Lipatan Patahan / Sesar
1. Antiklin Pasir Badak 1. Sesar Naik Dano – Tanjung Sari
2. Antiklin Legoknyenang 2. Sesar Naik Padareang
3. Antiklin Cisonggom 3. Sesar Mendatar Sungapan
4. Antiklin Wangun 4. Sesar Mendatar Sukatani
5. Sinklin Pasir Pogor 5. Sesar Mendatar Pasir Picung
6. Sinklin Padareang 6. Sesar Mendatar Citalahab
7. Sinklin Pasir Aseupan 7. Sesar Mendatar Gunung Walang
8. Sinklin Sukatani 8. Sesar Mendatar Legoknyenang
9. Sinklin Gn. Batu – Gn. Walang 9. Sesar Mendatar Hegarmanah
10. Sesar Mendatar Monas
11. Sesar Normal Cimandiri
12. Sesar Normal Gunung Kalong