PADA ANAK
Elly Noer R,dr.,M.Kes.,Sp.A
Ilmu Kesehatan Anak
FK UNJANI
SISTEM ENDOKRIN
MANIFESTASI KELAINAN ENDOKRIN
• Kelebihan Hormon
• Defisiensi Hormon
• Respons Abnormal
• Pembesaran Kelenjar Endokrin
PENYAKIT YANG SERING PADA ANAK
DM dibagi menjadi
• - DM tipe I
• - DM tipe II
DM Tipe I
• DM tergantung insulin
• Sebagian besar pada anak
• Autoimun kronik
• T-cell mediated berperan pada kerusakan sel Beta pankreas produksi
insulin bahkan berhenti
ETIOLOGI
Faktor genetik
• ditentukan terutama oleh gen HLA
Faktor lingkungan
- virus
- bahan kimia
- racun lingkungan
Kriteria diagnosis
• Badan lemas, lesu, sering kencing, makan banyak tapi kurus, air kencing
dikerubungi semut
• Hambatan pertumbuhan, maturitas kelamin dapat terganggu, dehidrasi,
asidosis metabolik, infeksi, penyakit autoimun lainnya, sindrom genetik
lainnya.
LABORATORIUM
• GD puasa>126mg/dL
• GD sewaktu>200mg/dL
• HBA1C ↑
• C-peptide ↓
• Autoantibodi (islet cell AB/ICA, insulin auto antibodies/IAA, glutamic acid
decarboxylase/GAD)
• Urin: reduksi (+),ketonuria, mikroalbuminuria
• Pem penunjang: USG pankreas
TERAPI
• UMUM
• Mengontrol diabetik dengan baik
• KHUSUS
• Insulin:0,5-1 U/kgbb/hr
• Pengaturan makan
• Edukasi diabetes
• Olahraga
• Pemantauan
Pemberian Insulin
• Penderita baru: dirawat 7-10 hari utk penyesuaian dosis insulin
- regular insulin (RI) 3-4x/hari 30 menit sebelum makan, dosis 0,5-1U/kg/hari
- GDS diperiksa seb makan & tengah malam
- Jika GDS stabil RI diganti short acting+intermediate acting insulin 1:2, disuntik
2x/hari
-Keadaan hiperglikemia pd pagi hari
• Efek Somogyi : insulin >, hipoglikemi malam, hormon kontra insulin ,
• Efek Dawn (subuh): hormon kontra insulin pd malam hari
PENYULIT
• Akut: hipoglikemi, KAD (ketoasidosis)
• Subakut : lipoatrofi & lipohipertrofi
• kelainan tulang dan sendi
• Hambatan pertumbuhan, maturitas kelamin dapat terganggu, IQ ↓,
katarak, resistensi insulin
• Kronik : neuropati, nefropati, retinopati, kardiomiopati
Ketoasidosis
Timbul pd GDS>600mg/dl
Pencetus: infeksi, stress
Gejala:
• Dehidrasi berat
• Tercium bau keton di mulut
• Nafas Kusmaull
• Nyeri abdomen, muntah, penurunan kesadaran
DM TIPE 2
• DIAGNOSIS
• Diagnosis DM tipe-2 ditegakkan melalui dua tahap: (1) menegakkan
diagnosis DM, dan (2) menentukan tipe DM.
• Diagnosis DM ditegakkan dengan salah satu kriteria: glukosa plasma
puasa, glukosa plasma post prandial, glukosa plasma sewaktu atau kadar
HbA1c sesuai dengan kriteria
DM TIPE 2
• American Diabetes Association (ADA)
• Tanpa adanya gejala klinis DM, pemeriksaan harus diulang pada hari yang
berbeda.
• Pemeriksaan autoantibodi diabetes tetap perlu dipertimbangkan pada pasien
dengan gejala klinis DM tipe-2 karena terdeteksinya autoantibodi bisa
menunjukkan kemungkinan diperlukannya pemberian insulin lebih awal
dan kemungkinan kaitannya dengan penyakit autoimun yang lain, selain
bahwa membedakan DM tipe-2 dengan tipe-1 tidak selalu mudah.
MANAGEMENT
• Modifikasi gaya hidup, seperti rekomendasi diet dan aktivitas fisik, harus
segera dimulai saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan.
• Modifikasi gaya hidup merupakan bagian terpenting manajemen DM tipe-2
• Target terapi DM tipe-2 adalah kadar HbA1c < 6,5%.
• Terapi medikamentosa DM tipe-2 meliputi metformin dan/ atau insulin,
tergantung gejala, beratnya hiperglikemia, dan ada tidaknya ketosis/
ketoasidosis.
MANAGEMENT..
• Penderita yang secara metabolik tidak stabil memerlukan insulin, sedangkan
yang secara metabolik stabil bisa mulai dengan metformin monoterapi.
• Kegagalan mencapai target HbA1c < 6,5% setelah 3-4 bulan pemberian
metformin merupakan indikasi pemberian insulin basal.
• Bila target HbA1c tidak tercapai setelah pemberian kombinasi metformin
dan insulin basal (sampai dosis 1,2 u/kg), insulin bolus kerja pendek
sebelum makan bisa ditambahkan
MONITORING
• Monitor HbA1c setiap 3-6 bulan tergantung hasil kontrol metabolik yang
dicapai.
• Bila HbA1C > 6.5% atau menggunakan insulin, HbA1c harus diperiksa setiap
3 bulan.
• Monitor gula darah perifer dilakukan dengan teratur sesuai regimen manajemen
yang digunakan.
• Monitor gula darah perifer perlu dilakukan lebih sering bila timbul gejala hiper
atau hipoglikemia, atau anak sedang sakit.
KO MORBIDITAS DAN KOMPLIKASI
• Ko-morbiditas dan komplikasi resistensi insulin sering sudah ditemukan
pada saat diagnosis atau muncul pada awal perjalanan penyakit DM tipe-2
sehingga pada DM tipe-2, ko-morbiditas/ komplikasi harus diskrining
lebih awal daripada pada DM tipe-1.
KO MORBIDITAS DAN KOMPLIKASI
• Ko-morbiditas atau komplikasi yang sering terjadi pada DM tipe-2 adalah
obesitas, hipertensi, nefropati, dislipidemia, atherosklerosis dan disfungsi
vaskular, sindroma ovarium polikistik, non-alcoholic fatty liver disease,
inflamasi sistemik, obstructive sleep apnea(OSA), neuropati, retinopati,
dll.
• Manajemen ko-morbiditas dan komplikasi DM tipe-2 sebaiknya
dilaksanakan bersama dengan UKK yang terkait.
HIPOTIROID
• Suatu keadaan jumlah hormon tiroid tidak mampu memenuhi kebutuhan
semua jaringan tubuh.
• Terjadi: sejak dlm kandungan / masa anak /remaja / dewasa / usia lanjut
HORMON TIROID
• Fungsi: mengkatalisasi reaksi oksidasi dan kec metabolisme
• Dihasilkan oleh kelenjar tiroid
• Sintesa tergantung intake iodium dan receptor tyrosin pada tiroglobulin
• Plasma dalam bentuk T3 dan T4
• Terikat dalam Thyroxin binding globulin, thyroxin binding prealbumin,
albumin
• Hormon aktif : Free T4 dan Free T3
• Pemeriksaan faal kelenjar tiroid
Kadar hormon
T4 = kadar hormon tiroksin total serum
T3 = kadar hormon triiodothyronine total serum
rT3 = kadar ‘reverse triiodothyronine’ serum
TSH = kadar Thyroid Stimulating hormon serum
Protein pengangkut
TBG = thyroxine binding globulin
TBPA = thyroxine binding prealbumin
T3U = T3 resin uptake
TBI = thyroxine binding Index
LABORATORIUM
Hormon bebas
FT4 = free T4
FT3 = free T3
FT4I/FTI = free thyroxine index (T4 xT3U)
FT3I = free triiodothyronine index
(T3 x T3U)
Hasil test faal tiroid pada beberapa keadaan
Keadaan klinik T4 T3 T3U FT4I/FT4
Normal N N N N
Hipertiroidisme T T T T
Hipotiroidisme R R R R
Pe TBG T T R N
Pe TBG R R T N
Hormon pd TBG R R T N
Klasifikasi
• Primer : kelainan di kelenjar tiroid
• Sekunder : hipotalamus/hipofisis
• Gagal jantung
• Ileus
TERAPI
• Na-L tiroksin Usia Dosis/hari Dosis/kgb
(g) b/hari
(g)
0–6 bl 25–50 10-12
6-12 bl 50–75 8–10
1– 5 th 75–100 5–7
5–12 th 100–150 3–5
> 12 th 100–200 2–4
Algoritma skrining hipotiroid
HIPERTIROID
• Keadaan klinis akibat kelainan yang menyebabkan hipersekresi kelenjar
tiroid
• Klasifikasi: Graves pada anak &neonatus
EXOFTALMUS PADA GD
DIAGNOSIS
• Emosi labil, mudah lelah, intoleransi panas, otot lemah, tremor,
nafsu makan ↑,BB↓, sering BAB
• Takikardi, palpitasi, hipertensi, bising sistolik di apeks
• Proptosis, mata merah,
• Pembesaran kelenjar tiroid
• Reflek tendon ↑,anak tampak tinggi
LABORATORIUM
• T3, T4 ↑, TSH ↓
• EKG: LAD, takikardi
• Radiologi: umur tulang lebih muda
TERAPI
• Obat antitiroid
• Propiltiourasil(PTU) 5-7mg/kgbb/hr dibagi 3 dosis(maks
300mg)
• Metimazol (MMI) /karbimazol (CBI) 0,5-0,7 mg/kgBB/hr
dibagi 3 dosis ( maks30mg/hr
• Dosis rumatan ½ dosis th N, s.d 1-2 th stlhh remisi
• Indikator remisi:kel mengecil,T3 T4 TSH N
KELAINAN PERKEMBANGAN SEXUAL
Stage Description
P1 Prepubertal
P2 Early development of subareolar breast bud, widening of areolae,
with or without small amount of labial and axillary hair
Increase in size of palpable breast tissue and areolae; increased
P3 amount of dark pubic hair and axillary hair; appearance of
characteristics body odor
Further increase in breast size and areolae that protrude above
P4 breast level; adult pubic hair; acne; menarche may occur
Adult breast and areolar size, adult amount and distributionof pubic
P5 hair with extension to upper thigh; menarche
TANNER JM
The stage of sexual Development at Puberty in Boys
Stage Description
P1 Prepubertal testicularlength less than 2,5 cm
P2 Early increase in testicular size (2,5-3,2 cm); scrotum
slightly pigmented; few long and dark pubic or scrotal
P3 hairs
Testicular length 3,3-4 cm; early lengthening of penis;
increased in pubic hair; wiyh or without appearance of
P4 axillary hair
Testicular length 4,1-4,5 cm; futher increase in length and
thickening of the penis; adult amount of pubic hair
without extention toward the umbilicus, thighs, or anus;
increase in axillary and body hair; appearance of facial
hair and characteristic body odor; deepening of the voice;
P5 acne; ejaculations
Testicular length greater than 4,5 cm; adult external
genitalia and sexual hair with characteristicd escutcheon;
full spermatogenesis
TANNER JM
PRECOCIOUS PUBERTY
DEFINITION:
The appearance of the secondary sex characteristics before
the age of 8 years in girls and 9 years in boys
Etiology :
Intracranial tumors
Congenital malformations
Traumatic causes
Postinfectious causes
Other diseases
Idiophatic
CLINICAL ASPECTS
►Between the ages of 4and 8 years
Girls : - appearance of the mammary glands
- modifications of vulva with growth of the labia
labia major, change color of the vaginal mucosa
and mentruation
Boys : - increase in size of the penis
- erections
- bilateral increase of testicular volume
- pubic hairs growth
- acne, seborrhea
- mucle development
►Heigth is usually increased
DIAGNOSIS
• Clinical finding
• Laboratory : - routine
- sex hormon : FSH, LH, estrogen,
progesteron, testosteron , estradiol
• Supportive examinations :
- X rays
- USG
- MRI
TERIMAKASIH