Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KEPERAWATAN ANAK I

(BBLR)

KELOMPOK II

I WAYAN ADI SUCIPTA 201901053


MOHAMMAD FAUZAN BASO 201901059
PINGKI 201901069
ANTIKA 201901044
IRMAWATI 201901079
WILDAWATI 201901054

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
VISI STIKES WN PALU:
Menjadikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu Menghasilkan Lulusan
yang Profesional Sesuai dengan Kompetensi
dan Bersaing secara Internasional ditahun 2026

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Selain itu, angka kematian bayi juga
merupakan cerminan dari status kesehatan masyarakat. Sebagian besar
penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi yang
baru lahir/neonatal (usia 0-28 hari) (Susilowati dkk, 2016).
Dalam penelitian (Fatimah dan Siti, 2015) Angka kematian bayi di Indonesia
mencapai 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013, sehingga
menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara dengan angka kematian bayi
tertinggi di ASEAN. Salah satu penyebab angka kematian bayi di Indonesia
adalah kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 38,85%.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi Pada Bayi?
2. Bagaimana definisi BBLR?
3. Bagaimana aspek epidemiologi BBLR?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Pada Bayi
2. Untuk mengetahui definisi BBLR
3. Untuk mengetahui aspek epidemiologi BBLR

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologis Pada Bayi

1. Pernapasan.
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil napas pertama kali
hanya dipahami sebagian. Namun, dapat dijelaskan awal mula adanya
pernapasan, yaitu adanya 2 factor yang berperan pada rangsangan napas
pertama bayi

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
2. Sirkulasi peredaran darah
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekan rendah. Karena
tali pusat di klem, sistem bertekana rendah yang ada pada unit-unit plasenta
terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi
tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi setelah tali
pusat di klem adalah peningkatan tatanan pembuluh darah sistematik.
Peningkatan SVR ini terjadi pada waktu yang bersamaan dengan tarikan nafas
pertama bayi baru lahir. Oksigen dari naas pertama tersebut menyebabkan
sistem pembuluh darah paru relaksasi dan terbuka, sehingga paru bertekanan
rendah.
3. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress karena adanya perubahan-perubahan lingkungan. Bayi baru
lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu
lingkungan. Dimana suhu dalam uterus berluktuasi sedikit, janin tidak perlu
mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi dari 0,6 dari pada suhu ibu
VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…

4. Kelenjar Endokrin
Kelenjar Endokrin adalah kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu sebab
sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran
tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan
kaalenjar. Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada
ketika berada dalam kandungan. Dimana ketika janin masih berada didalam
kandungan, bayi masih mendapatkan segala kebutuhannya daari plasenta
meskipun dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ bagi aktivitas hidup.
5. Persyarafan
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor sementara di
mulut dan dagu terutama waktu menangis dan pada ekstremitas terutama pada
lengan dan tangan.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…

6. Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin.
Namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan pertama. Oleh selama tiga
bulan pertama kehidupannya, bayi dilindungi kekebalan pasif yang diterima
dari ibu. Barier alami seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan
tripsin, yang tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang
dengan baik sampai tiga atau empat minngu. IgA pelindung membran lenyap
dari traktus napas dan traktus urinarius. IgA ini juga tidak terlihat pada traktus
gastrointestinal, kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai menyitensis IgG dan
mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia satu tahun. Bayi
yang menyusui mendapat kekebalan pasi dari kolostrum dan ASI. Tingkat
proteksi bervariasi tergantung pada usia dan kematangan bayi serta imunitas
yang dimiliki ibu.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
B. Konsep Teori
1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(Arief dan Weni, 2016) Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam
pengukuran BBLR jugaterdapatpada PedomanPemantauan Wilayah Setempat
(PWS)gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) bayi
yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau
sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra,2012).
2. Epidemiologi
Menurut data epidemiologi, prevalensi berat badan lahir rendah diperkirakan
sebesar 15-20% dari seluruh kelahiran di dunia. Menurut data WHO,
prevalensi BBLR diperkirakan sekitar 15-20% dari seluruh kelahiran di dunia,
sebanyak lebih dari 20 juta bayi mengalami BBLR. Hampir 95% kasus bayi
dengan BBLR terjadi di negara dengan pendapatan rendah hingga menengah
atau negara berkembang, dan 6%-nya terdapat di Asia Timur dan Pasifik, 13%
di Afrika Sub-Sahara, dan 28% di Asia Selatan.
VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
3. Etiologi
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun,
penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur.
Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka panjang dan
jangka pendek dapat terjadi (Proverawati dan Ismawati, 2010).
4. Patofisiologi
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini disebabakan
oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan panas. Kegagalan
untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan tidak adanya jaringan
adiposa coklat ( yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi ),
pernapasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan
masukan makanan yang rendah.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
5. Pahtway
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak pada bayi berat lahir rendah yaitu:
a. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
c. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
d. Lingkar badan sama dengan atau kurang dari 30 cm
e. Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang Tulang rawan daun telinga
belum tumbuh sempurna
f. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
g. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rogue pada skrotum
kurang.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
7. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara
mengelompokan bayi BBLR, yaitu:
a. Menurut harapan hidupnya
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.500-2.500 gram
2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir < 1.500 gram
3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir < 1.000 gram

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di
karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
8. Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier.
a. Pencegahan Primer
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan
berat badan normal. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan
dan selama kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR).

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi
untuk menemukan penyakit atau gangguan kesehatan setiap individu dalam
populasi. Setiap ibu hamil disarankan agar melakukan pemeriksaan antenatal
minimal sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada
trimester II dan dua kali pada trimester III.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah cacat, kematian, serta
usaha rehabilitasi. Karena jika dibadingkan dengan bayi berat badan normal,
bayi yang dilahirkan dengan BBLR memiliki resiko tinggi untuk meninggal,
mangalami hambatan pertumbuhan otak (berupa gangguan psikomotorik,
ataupun retardasi mental).

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
9. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan umum pada bayi BBLR (Proverawati dan Ismawati,
2010).
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur harus dirawat
di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum
memiliki inkubator, bayi prematur dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kanguru yaitu perawatan
bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
c. Pencegahan infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh khususnya
mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama
disebabkan oleh infeksi nasokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan
oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi
imun belum berpengalaman.
d. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
e. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box, konsentrasi O2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya
kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang
terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
10. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara
lain :
a. Hipotermia
b. Hipoglikemia
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hiperbilirubinemia
e. Sindroma gawat nafas
f. Paten duktus arteriosus
g. Infeksi
h. Perdarahan intraventrikuler
i. Apnea of Prematurity
j. Anemia

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
11. Farmakologi
a. Inkubator
Proses perawatan yang dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum
memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan
sampai sekitar 29,4 oC untuk bayi dengan berat badan 1,7 kg dan 32,20 oC
untuk bayi yang lebih kecil.
b. Pemberian oksigen
Konsentari O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box
12. Terapi komplementer
a. Terapi pijat bayi
b. Terapi morotal(musik)

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Masalah yang berkaitan dengan ibu
c. Bayi pada saat kelahiran
d. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit
3) Riwayat antenatal
4) Riwayat kesehatan keluarga
5) Pola fungsional sehat (Gandong)
6) Pemeriksaan fisik

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
2. Diagnosa
a. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang
belum optimal.
b. Resiko terjadinya hipotermi b/d lapisan lemak pada kulit yang masih
tipis.
c. Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
d. Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitas
yang belum sempurna, ketuban meconial.
e. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang
meningkat.
f. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan
dengan perawatan intensif

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
3. Intervensi dan Rasional
a. Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas b/d produksi surfactan yang belum
optimal.
Tujuan : Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Kriteria :
1) Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
2) Pernafasan teratur.
3) Tidak cyanosis.
4) Wajah dan seluruh tubuh berwarn kemerahan (pink variable).
5) Gas darah normal
PH = 7,35 – 7,45
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Intervensi Raasional

1. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi
kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi flexi leher yang dapat mengurangi
dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu kelancaran jalan nafas.
bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.

1. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu. Jalan nafas harus tetap dipertahankan
bebas dari lendir untuk menjamin
Next… pertukaran gas yang sempurna.

1. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis Deteksi dini adanya kelainan.
tiap 4 jam.

1. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian Mencegah terjadinya hipoglikemia.


O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
b. Diagnosa 2 : Resiko terjadinya hipotermi b/d lapisan lemak pada kulit yang masih
tipis.
Intervensi Rasional
Tujuan : Tidak terjadi hipotermia
1. Letakkan bayi terlentang diatas Mengurangi kehilangan panas
Kriteria : pemancar panas (infant warmer) pada suhu lingkungan sehingga
1) Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C. meletakkan bayi menjadi hangat.
2) Akral hangat
2. Singkirkan kain yang sudah Mencegah kehilangan tubuh
3) Warna seluruh tubuh
dipakai kemerahan
untuk mengeringkan tubuh, melalui konduksi.
letakkan bayi diatas tubuh,
letakkan bayi diatas handuk / kain
yang kering dan hangat.
3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam. Perubahan suhu tubuh bayi dapat
menentukan tingkat hipotermia.
4. Kolaborasi dengan team medis Mencegah terjadinya hipoglikemia.
untuk pemberian Infus Glukosa 5%
bila ASI tidak mungkin diberikan.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Intervensi Rasional
c. Diagnosa 3 : Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap1.lemah.
Lakukan observasi BAB dan BAK Deteksi adanya kelainan pada
Tujuan : Kebutuhan
jumlah nutrisi
dan terpenuhi
frekuensi serta eliminasi bayi dan segera mendapat
Kriteria : konsistensi. tindakan / perawatan yang tepat.
1) Bayi dapat
2. minum
Monitorpespeen / personde
turgor dan mukosa dengan
mulut. baik.
Menentukan derajat dehidrasi dari
2) Berat badan tidak turun lebih dari 10%. turgor dan mukosa mulut.
3) Retensi 3.
tidak ada.
Monitor intake dan out put. Mengetahui keseimbangan cairan
tubuh (balance).
4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
adekuat.
5. Lakukan control berat badan setiap Penambahan dan penurunan berat
hari. badan dapat di monitor.
6. Lakukan control berat badan setiap Penambahan dan penurunan berat
hari. badan dapat di monitor.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Intervensi Rasional
1. Lakukan teknik aseptik dan Pada bayi baru lahir daya tahan
antiseptik dalam memberikan tubuhnya kurang / rendah.
d. Diagnosa 4 : Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitas yang belum
asuhan keperawatan.

sempurna,2.ketuban meconial.
Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah penyebaran infeksi
melakukan tindakan. nosokomial.
Tujuan : Selama perawatan
3. Pakai tidak terjadi
baju khusus/ komplikasi
short waktu (infeksi) masuknya bakteri dari
Mencegah
Kriteria : masuk ruang isolasi (kamar bayi). baju petugas ke bayi.

1) Tidak ada tanda-tanda infeksi.


4. Lakukan perawatan tali pusat
dengan triple dye 2 kali sehari.
Mencegah terjadinya infeksi dan
memper-cepat pengeringan tali
2) Tidak ada gangguan fungsi tubuh. pusat karena mengan-dung anti
biotik, anti jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) Mengurangi media untuk
dan lingkungan bayi. pertumbuhan kuman.
6. Observasi tanda-tanda infeksi dan Deteksi dini adanya kelainan.
gejala kardinal.
7. Hindarkan bayi kontak dengan Mencegah terjadinya penularan
sakit. infeksi.
8. Kolaborasi dengan team medis Mencegah infeksi dari pneumonia.
untuk pemberian antibiotik.
9. Siapkan pemeriksaan laboratorat Sebagai pemeriksaan penunjang.
sesuai advis dokter yaitu
pemeriksaan DL, CRP.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
e. Diagnosa 5 : Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang
meningkat.
Tujuan : Tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatan
Kriteria :
1) Akral hangat
Intervensi Rasional
1. Berikan nutrisi secara adekuat dan Mencega pembakaran glikogen
2) Tidak cyanosis
catat serta monitor setiap dalam tubuh dan untuk pemantauan
3) Tidak apneapemberian nutrisi. intake dan out put.

4) Suhu normal (36,5°C -37,5°C).


2. beri selimut dan bungkus bayi serta Menjaga kehangatan agar tidak
perhatikan suhu lingkungan terjadi proses pengeluaran suhu
5) Distrostik normal (> 40 mg). yang berlebihan sedangkan suhu
lingkungan berpengaruh pada suhu
bayi.
3. Observasi gejala kardinal (suhu, Deteksi dini adanya kelainan.
nadi, respirasi).
4. Kolaborasi dengan team medis Untuk mencegah terjadinya
untuk pemeriksaan laborat yaitu hipoglikemia lebih lanjut dan
distrostik. kompli-kasi yang ditimbulkan pada
organ - organ tubuh yang lain.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Intervensi Rasional
f. Diagnosa1. 6para
: Gangguan hubungandiberitahu
ibu / keluarga interpersonal antara bayi
Ibu mengerti danbayinya
keadaan ibu sehubungan
dan
dengan perawatan intensif.
tentang keadaan bayinya sekarang. mengura-ngi kecemasan serta untuk
Tujuan : Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu ibu/keluarga.
kooperatifan
Kriteria : 2. Bantu orang tua / ibu Membantu memecah-kan
1) Ibu dapat segera menggendong
mengungkapkan dan meneteki
perasaannya. bayi.
permasalahan yang dihadapi.
2) Bayi segera pulang dan
3. Orientasi ibu ibu dapat
pada merawat Ketidaktahuan
lingkungan bayinya sendiri. memperbesar
rumah sakit. stressor.
4. Tunjukkan bayi pada saat ibu Menjalin kontak batin antara ibu
berkunjung (batasi oleh kaca dan bayi walaupun hanya melalui
pembatas). kaca pembatas.
5. Lakukan rawat gabung jika Rawat gabung merupakan upaya
keadaan ibu dan bayi jika keadaan mempererat hubungan ibu dan
bayi memungkinkan. bayi/setelah bayi diperbolehkan
pulang.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
4. Discharge Planning
a. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
b. Jelaskan terkait terapi atau obat yang diberikan meliputi dosis, efek
samping dan waktu
c. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang di tentukan

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Next…
D. Hasil Penelitian Terkait Intervensi Keperawatan
Pijat bayi merupakan prosedur non invasif yang memiliki efektifitas positif terhadap
pertumbuhan khusunya penambahan berat badan neonatus (Mobarak & Mohamed, 2018).
Menurut penelitian Rad, Haghshenas, Javadian, Hajiahmadi, & Kazemian (2016) dimana pijat
bayi dilakukan 3 kali sehari selama 15 menit disetiap sesi dalam kurun waktu 7 hari berturt-turut,
di dapatkan rata berat badan pada kelompok intervensi antara lain rata-rata berat badan pretest
sebesar 1282 gram, sedangkan berat badan posttest sebesar 1428 gram. Pada kelompok kontrol
didapatkan berat badan pretest sebesar 1219 gram dan berat badan posttest sebesar 1312 gram.
Dapat disimpulkan rata-rata berat badan pada kelompok intervensi dan kontrol sama-sama
mengalami kenaikan berat badan.
Sedangkan terapi murrotal merupakan intervensi yang dilakukan dengan mendengarkan
rekaman bacaan Al Qur’an dimana suara bacaan yang didengarkan memiliki alunan suara dengan
frekuensi dan panjang alunan tertentu, suara rekaman ini menghasilkan untaian melodi mendayu
yang mampu mempengaruhi sel-sel otak (Mansouri, Vahed, Sabouri, Lakzaei, & Arbabisarjou,
2017). Menurut penelitian Ramdaniati et al (2018) bahwa adanya pengaruh terapi murrotal
terhadap peningkatan berat badan bayi BBLR, peningkatan berat badan bayi sebesar 72,87 gram
selama 7 hari penelitian.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026
Daftar Pustaka
• Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta:Nuha Offset.

• Dinkes DIY. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta. Yogyakarta: DinasKesehatan Provinsi
Yogyakarta.

• Fatimah dan Siti Nurhasiyah Jamil. 2015. Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Bayi di RS Koja Tahun
2015. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol 12

• Mansouri, A., Vahed, A. S., Sabouri, A. R., Lakzaei, H., & Arbabisarjou, A. (2017). Investigating aid effect
of Holy Quran sound on blood pressure , pulse , respiration and O2 Sat in ICU Patients. International
Journal of Scientific Study, 5(7), 218–22

• Mobarak, A. A., & Mohamed, T. (2018). Effect of Massage Therapy on Weight Gain and Hospital Stay for
Premature Neonates, 7(2), 37–42.

• Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo. 2010. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Nuha
Medika:Yogyakarta.

VISI Program Studi NERS: Menjadikan Program Studi Pendidikan Ners Yang
Unggul Dalam Pengembangan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Serta Berdaya Saing Nasional Pada Tahun 2026

Anda mungkin juga menyukai