Anda di halaman 1dari 70

 Kehadiran

 Sikap/Sopan Santun/tata krama


 Tugas
 Ujian Tengah Semester
 Ujian Akhir Semester
 16 kali pertemuan (termasuk UTS dan UAS)
 Wawancara:
Aspek penilaian :
- Penguasaan materi;
- Ketepatan dalam Menjawab.
- Etika dan tatakrama dalam tanya jawab
 Tertulis :
- Ketepatan Menjawab soal.
- Ketertiban dan kesopanan dalam UAS
- Sikap jujur
• Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan dalam Prspektif UU
Kesehatan
• Indar, Konsep Dan Prespektif Etika dan Hukum Kesehatan
Masyarakat
• Jimly Asshiddiqie, Peradilan Etika dan Etika konstitusi.
 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
 Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
 Undang-undang Nomor 36 tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan
 Undang-undang Nomor 38 tahun 2014 Tentang
Keperawatan
 Kode Etik Kedokteran Indonesia
 Sejarah Etika:
 Pengertian Etika :
 Pengertian Kode Etik ;
 Proses hukum Kode Etik;
 Etika >ethos / Yunani > Aristoteles = adat,
budi pekerti, watak kesusilaan.
 Inggris > ethics = tingkah laku manusia yg

baik atau tindakan yg harus dilaksanakan


manusia sesuai dgn moral pada umumnya
 Etiket = Tatacara dalam masyarakat beradab

dlm memelihara hubgn antara sesama mc.


 Etiket norma yg mengatur aspek kehidupan

pribadi.
 Etika :
1) Tidak terbatas pada perbuatan ttpi juga
menilai perbuatan sendiri.
2) Tdk bergantung pada hadir atau tidaknya org
yg melaukan perbuatan;
3) Bersifat absolut , diterima secara universal;
4) Memandang manusia dari bathin
1) Menyangkut suatu perbuatan yg harus
dilakukan;
2) Hanya berlaku dalam pergaulan yg
mengharuskan kehadiran orang yang
melakukan perbuatan;
3) Bersifat relatif, suatu perbuatan sopan pada
suatu kebudayaan ttpi tidak sopan dalam
kebudayaan lain;
4) Memandang manusia dari segi lahir.
 Etika Deskriptif = memberikan gambaran dan
ilustrasi tentang tingkah laku manusia ditin
jau dari nilai baik dan buruk. Serta hal2 mana
yg boleh dilakukan sesuai dgn norma etik yg
dianut masyarakat;
 Etika Normatif = membahas dan mengkaji

ukuran baik buruktindakan manusia > 2


pengelompokan :
1. Etika Umum dan
2. Etika Khusus
 Etika Umum :
Membahas berbagai hal yg berhubungan
dgn kondisi manusia untuk bertindak etis
dalam mengambil kebijakan berdasarkan
teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
 Etika Khusus :

Etika Sosial dan etika individual


Etika Sosial :
 Etika Terhadap Ssma Mnusia, Etika Keluarga, Etika
Lingkungan Hidup, Etika Politik dan
 Etika Profesi : Biomedis, Etika Kesehatan, Etika Bisnis,
Etika Guru, Wartawan, Advokat.
Alfred Ameln sebagai
perintis Hukum Kesehatan
di Indonesia
Kasus Dokter Setyaningrum

merupakan starting point


lahirnya Hukum Kesehatan
di Indonesia
Kepastian Hukum
Perlindungan Hukum

Bagi pemberi maupun


penerima pelayanan
kesehatan
 Menimbulkan pro dan kontra
atas masuknya hukum dalam
dunia kedokteran
 Perubahan pola hubungan

pasien dari paternalistik


menjadi partnership
 Kode Etik Kedokteran.
 Kode Etik Keperawatan.
 Kode Etik Tenaga Bidan
 Kode Etika Tenaga Apoteker
 Kode Etika tenaga Rekam Medis
 Proses Penyelesaian Kode Etik.
 Proses Penyelesaian Pelanggaran Hukum

Tenaga Kesehatan
 Proses Pidana Tenaga kesehatan
 Filosofi dan sejarah lahirnya UU No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan .
 Pengertian Tenaga Kesehatan
 Perlindungan Pasien
 Kesehatan Merupakan Hak Azasi Manusia.
Salah satu unsur kesejahteraan yg harus
diwujudkan sesuai cita2 bangsa Ina.
 Setiap kegiatan dlm upaya untk memelihara
dan meningkatkan kesejahteraan masyarkat yg
setinggi2nya dilaksanakan dgn prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan SDM
Ina serta peningkatan ketahanan dnan daya
saing bangsa bagi pembangunan Nasional
 Terjadinya gangguan Kesehatan pda
Masyarakat INA akan menibulkan kerugian
ekonomi yg besar bagi negara > peningkatan
derajat kesehatan Masy > investasi bagi
Pembngunan Negara.
 Pembangunan harus dilandasi dgn wawasan

kesehatan > pembngunan nasional harus


memperhatikan kesehatan
masyrakt>tanggung jawab bersama.
 Kesehatan adalah keadaan Sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yg
memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
 Asas dan Tujuan :
 Perikemanusiaan;
 Keseimbangan;
 Manfaat
 Perlindungan;
 penghormatan terhadap hak dan kewajiban;
 Keadilan;
 Gender;
 Nondiskriminatif dan norma2 agama
Pasal 190
1)Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap
pasien yang dalam keadaan gawat darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau kematian,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan tersebut
dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliarrupiah).
Pasal 191
Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik

pelayanan kesehatan tradisional yang


menggunakan alat dan teknologi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) sehingga
mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat
atau kematian dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 60
(1) Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus
mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang.

 
Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh
dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

Pasal 64 (3) :
Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang
diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Pasal 193
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan

bedah plastic dan rekonstruksi untuk tujuan


mengubah identitas seseorang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 diancam dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)
Pasal 69
(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastic dan rekonstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
 Pasal 194
 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan

aborsi tidak sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan
dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
 
Pasal 195
Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan darah dengan dalih apapun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 Ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 196
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi

atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat


kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak
Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memiliki izin edar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah).
Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan

kewenangan untuk melakukan praktik


kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
Pasal 199
1)Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi
atau memasukkan rokok ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan tidak
mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk
gambar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114
dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
dendan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah);
2)Setiap orang yang dengan sengaja melanggar
kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 115 dipidana denda paling banyak
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 200
Setiap orang yang dengan sengaja
menghalangi program pemberian air susu ibu
eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Pasal 201
1)Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191,
Pasal 192, Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198,
Pasal 199, dan Pasal 200 dilakukan oleh
korporasi, selain pidana penjara dan denda
terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana
denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal
196 , Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan
Pasal 200.
2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
 Asas, Tujuan, Tugas dan Fungsi Rumah Sakit.
 Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah

Daerah.
 Kewajiban dan Hak Rumah Sakit
 Kewajiban dan Hak Pasien
 Ketentuan Pidana.
Azas RS :
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan :
Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit
bertujuan:
a)mempermudah akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan;
b)memberikan perlindungan terhadap keselamatan
pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan
sumber daya manusia di rumah sakit;
c)meningkatkan mutu dan mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit; dan
d)memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit,
dan Rumah Sakit.
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna.
Rumah Sakit mempunyai fungsi :

a)penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan


pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit;
b)pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis;
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan; dan

c) penyelenggaraan penelitian dan


pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan
a) Menyediakan Rumah Sakit berdasarkan
kebutuhan masyarakat;
b) Menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang
tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan;
c) Membina dan mengawasi penyelenggaraan
Rumah Sakit;
d) Memberikan perlindungan kepada Rumah
Sakit agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dan
bertanggung jawab;
e) Memberikan perlindungan kepada
masyarakat pengguna jasa pelayanan
Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan;
f) Menggerakkan peran serta masyarakat
dalam pendirian Rumah Sakit sesuai dengan
jenis pelayanan yang dibutuhkan
masyarakat;
g) Menyediakan informasi kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat;
h) Menjamin pembiayaan pelayanan
kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat
bencana dan kejadian luar biasa;

h) Menyediakan sumber daya manusia yang


dibutuhkan; dan

h) Mengatur pendistribusian dan penyebaran


alat kesehatan berteknologi tinggi dan
bernilai tinggi.
a) memberikan informasi yang benar tentang
pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;
b) memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai dengan standar pelayanan Rumah
Sakit;
c) memberikan pelayanan gawat darurat
kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
g) Membuat, melaksanakan, dan menjaga
standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h) Menyelenggarakan rekam medis;
i) Menyediakan sarana dan prasarana umum
yang layak antara lain sarana ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk orang cacat,
wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
j) melaksanakan sistem rujukan;
k) Menolak keinginan pasien yang
bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan;
l) memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
m) Menghormati dan melindungi hak-hak
pasien;
n) Melaksanakan etika Rumah Sakit;
o) memiliki sistem pencegahan kecelakaan
dan penanggulangan bencana;
p) melaksanakan program pemerintah di
bidang kesehatan baik secara regional
maupun nasional
q) membuat daftar tenaga medis yang
melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan
lainnya;
r) Menyusun dan melaksanakan peraturan
internal Rumah Sakit (hospital by laws);
s) Melindungi dan memberikan bantuan
hukum bagi semua petugas Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugas; dan
t) Memberlakukan seluruh lingkungan rumah
sakit sebagai kawasan tanpa rokok.
a) Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi
sumber daya manusia sesuai dengan
klasifikasi Rumah Sakit;
b) Menerima imbalan jasa pelayanan serta
menentukan remunerasi, insentif, dan
penghargaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c) Melakukan kerjasama dengan pihak lain
dalam rangka mengembangkan pelayanan;
d) menerima bantuan dari pihak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
e) Menggugat pihak yang mengakibatkan
kerugian;
f) Mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan;
g) Mempromosikan layanan kesehatan yang
ada di Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
h) Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah
Sakit publik dan Rumah Sakit yang
ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan
Pasal 31
1)Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap
Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya;
2)Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban
pasien diatur dengan Peraturan Menteri
a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib
dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b) Memperoleh informasi tentang hak dan
kewajiban pasien;
c) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil,
jujur, dan tanpa diskriminasi;
d) Memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
e) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi;
f) Mengajukan pengaduan atas kualitas
pelayanan yang didapatkan;
g) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
h) Meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di
dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan
penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
j) Mendapat informasi yang meliputi
diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
k) Memberikan persetujuan atau menolak atas
tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
l) didampingi keluarganya dalam keadaan
kritis;
m) Menjalankan ibadah sesuai agama atau
kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu pasien lainnya;
n) Memperoleh keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit;
o) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas
perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
p) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang
tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
q) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit
apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidana; dan
r) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang
tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Pasal 62

Setiap orang yang dengan sengaja


menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00- (lima milyar
rupiah).
Pasal 25
(1) Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib
memiliki izin.
Pasal 63
(1). Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan oleh
korporasi, selain pidana penjara dan denda
terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana
denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
 Dasar Permenkes No.
269/Menjes/PER/III/2008 Tentang
Rekam Medis atau Medical Record
 Adalah berkas yang berisi catatan dan

dokumen antara lain : identitas pasien,


hasil pemeriksaan, pengobatan yg telah
diberikan, serta tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada
pasien.
 Catatan = merupakan tulisan-tulisan yg
dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai
tindakan-tindakan yg dilakukan kepada
pasien dalam rangka pelayanan kesehatan.

 Dokumen = catatan dokter, dokter gigi,


dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan
hasil pemeriksaan penunjang, catatan
observasi dan pengobatan harian dan semua
rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar
pencitraan (imaging) dan rekaman elektro
diagnostik.
 Rekam medis Medis terdiri dari catatan-
catatan data pasien yg dilakukan dalam
pelayanan kesehatan
 = rekam medis harus dibuat secara tertulis,

lengkap dan jelas.


 Catatan memberikan informasi dalam
mengambil keputusan baik pengobatan,
penanganan dan tindakan medis lainnya.
 Rekam Medis dibedakan :
1. Unit Rawat Jalan.
2. Unit Rawat Inap.
3. Gawat darurat
a) Identitas Pasien;
b) Tanggal dan waktu;
c) Anamnesis (sekurang-kurangnya Keluhan, riwayat
penyakit)
d) Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang Medis;
e) Diagnosis
f) Treatmen Planning/Rencana penatalkasanaan
g) Pengobatan danatau tindakan
h) Pelayanan lain yg telh diberikan kepada pasien;
i) Untuk pasien gigi dilengkapi dgn odontogram
klinik dan
j) Persetujuan tindakan bila perlu
a) Identitas Pasien;
b) Tanggal dan Waktu;
c) Anamnesis (sekurang-kurangnya Keluhan,
riwayat penyakit)
d) Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang Medis;
e) Diagnosis;
f) Treatmen Planning/Rencana penatalkasanaan
g) Pengobatan danatau tindakan;
h) Persetujuan tindakan bila perlu;
h) Persetujuan tindakan bila perlu;
i) Catatan Observasi klinis dan hasil pengobatan;
j) Ringkasan Pulang (discharge summary)
k) Nama dan tanda tangan dokter. Dokter gigi, atau
tenaga kesehatan, tertentu yg memberikan
pelayanan kesehatan;
l) Pelayanan lain yg telah diberikan oleh tenaga
kesehatan tertentu;
m) Untuk pasien gigi dilengkapi dgn odontogram
klinik dan
a) Identitas Pasien;
b) Kondisi saat pasien tiba disarana pelayanan
kesehatan;
c) Identitas pengantar pasien;
d) Tanggal dan waktu;

e) Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya Keluhan,


riwayat penyakit)
f) Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang Medis;
g) Diagnosis
h) Pengobatan danatau tindakan
i) Ringkasan kondisi pasien sebelum
meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan RTL;
j) Nama dan tanda tangan dokter, dokter
gigi atau tenaga kesehatan tertentu yg
memberikan pelayanan kesehatan;
k) Sarana transportasi yg digunakan bagi
pasien yg akan dipindahkan kesarana
pelayanan kesehatan lain;
l) Pelayanan lain yg telh diberikan kepada
pasien;
 Masa Simpan RM di RS selama 5 Tahun
sejak tanggal terakhir pasien mendapat
perawatan ;
 Kecuali Ringkasan Pulang dan Persetujuan

tindakan Selama 10 Tahun;


 Masa simpan RM selain RS selama 2 tahun
 Rekam Medis dapat dibuka dalam hal :
1. Untuk Kepentingan Kesehatan Pasien;
2. Memenuhi Permintaan aparatur Penegak
Hukum dalam rangka penegakan hukum atas
perintah pengadilan;
3. Permintaan dan atau persetujuan pasien
sendiri;
4. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan
ketentuan perundang-undangan dan;
5. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan
dan audit medis, sepanjang tidak menyebut
identitas pasien
 Etimologis bermakna tindakan atau praktik yang
buruk dari seseorang yang memegang suatu
profesi.
 Malpraktik “malpractice” (peter salim) =
perbuatan atau tindakan yang salah atau praktik
buruk yg menunjukkan pada setiap sikap tindak
yg keliru.
 Bahasa belanda disebut dgn istilah “kunsfout”
(seni salah), merupakan suatu tindakan medik
yg dilakukan tdk dgn sengaja akan tetapi ada
unsur Lalai yg tdk patut

Anda mungkin juga menyukai