Anda di halaman 1dari 44

AKUNTANSI

PERPAJAKAN
PEMBUKUAN DALAM
PERSPEKTIF
PERPAJAKAN
• Definisi Akuntansi & Akuntansi
Perpajakan
• Pembukuan dalam Perspektif Pajak
– Pasal 28 UU No. 28 tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
• Stelses Kas dan StelselAkrual
Dalam Pembukuan
• Siklus Akuntansi 2
Definisi
Akuntansi
“Accounting is a service activity. Its
function is to provide quantitative
information, primarily financial in nature,
about economic entities that is intended to
be useful in making economic decisions
— in making reasoned choices among
alternative courses of action.”
(Statement of the Accounting Principles
Board No. 4, p. 40)
DEFINISI
AKUNTANSI
PERPAJAKAN
Niswonger dan Fees (Accounting Principles,
2007):
Akuntansi perpajakan dirumuskan sebagai
bagian dari akuntansi yang menekankan
kepada penyusunan surat pemberitahuan
pajak (tax return) dan pertimbangan
konsekuensi perpajakan terhadap transaksi
atau kegiatan perusahaan dalam
rangka
pemenuhan kewajiban
perpajakan (tax
compliance).
4
Major Internal and External
Stakeholder Groups

Investors
Government
Community
Board of Directors
Analysts Management Suppliers
Employees
Customers Employees

Creditors

5
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 29 UU KUP

Proses Pencatatan secara teratur untuk


mengumpulkan DATA dan INFORMASI
KEUANGAN

MELIPUTI
 Harta
 Kewajiban
 Modal
 Penghasilan dan Biaya
 Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa
Dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN
(NERACA & LABA RUGI)
Untuk periode Tahun Pajak tersebut
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2007 - 2008
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. PMK No.01/PMK.03/2007

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YG


MELAKUKAN KEGIATAN USAHA
WAJIB PAJAK
ATAU PEKERJAAN BEBAS, PEREDARAN
BADAN
BRUTO DALAM 1 (SATU) TAHUN >= 1,8
MILIAR

DI INDONESIA

WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YG


MELAKUKAN KEGIATAN USAHA
WAJIB PAJAK
ATAU PEKERJAAN BEBAS,
BADAN
PEREDARAN BRUTO DALAM SATU
TAHUN >= 4,8 MILIAR

DI INDONESIA

WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

KEWAJIBAN PEMBUKAN

Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem


yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-
undang perpajakan menentukan lain
(Pasal 28 ayat 7 UU KUP No.28 Tahun 2007)
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PEMBUKUAN
TETAPI WAJIB PENCATATAN UNTUK TAHUN 2007 - 2008
Pasal 28 ayat (2) UU KUP

TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI


WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN

WP ORANG PRIBADI
YG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA/
WP ORANG PRIBADI
PEKERJAAN BEBAS YG TIDAK MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA
ATAU
YG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG PEKERJAAN BEBAS
PENGHASILAN NETO DGN
MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO  PEREDARAN
BRUTONYA DALAM 1 (SATU) TAHUN
KURANG DARI Rp 1.800.000.000,00
(PMK NO. 01/PMK.03/2007)
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PEMBUKUAN
TETAPI WAJIB PENCATATAN UNTUK TAHUN 2009 - DST
Pasal 28 ayat (2) UU KUP

TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI


WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN

WP ORANG PRIBADI
YG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA/
WP ORANG PRIBADI
PEKERJAAN BEBAS YG TIDAK MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA
ATAU
YG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG PEKERJAAN BEBAS
PENGHASILAN NETO DGN
MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO  PEREDARAN
BRUTONYA DALAM 1 (SATU) TAHUN
KURANG DARI Rp 4.800.000.000,00
(Ps. 14 ayat (2) UU PPh No.36 Th 2008)
SYARAT PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (7) UU KUP

 Harus memperhatikan itikad baik

 Mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya

 Diselenggarakan di Indonesia

 Huruf latin

 Angka Arab

 Satuan mata uang Rupiah

 Bahasa Indonesia atau Bahasa Asing yang diizinkan Menteri


Keuangan yaitu bahasa Inggris
 Diselenggarakan dgn prinsip taat asas dan dgn stelsel akrual
atau stelsel kas
 Sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai
harta,kewajiban, modal, penghasilan & biaya, serta penjualan
PERUBAHAN THN BUKU DAN/ATAU METODE PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (6) UU KUP

PERUBAHAN

METODE PEMBUKUAN,
misal :
 Pengakuan Penghasilan
TAHUN BUKU & biaya
 Metode Penyusutan
Aktiva Tetap
 Metode Penilaian
Persediaan
 Harus mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak
 Diajukan sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan
dengan alasan-alasan perubahan
PENGERTIAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (9) UU KUP

PENGUMPULAN DATA SECARA TERATUR


tentang
 Peredaran atau penerimaan bruto
dan atau;
 Penghasilan bruto
SEBAGAI DASAR UNTUK
MENGHITUNG JUMLAH PAJAK TERUTANG,
(termasuk Penghasilan yg bukan
objek pajak dan/atau yg dikenakan pajak yg
bersifat final)
KEWAJIBAN PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN
Pasal 28 ayat (11) UU KUP

PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN YANG MENJADI


DASAR PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN & DOKUMEN LAIN
TERMASUK PEMBUKUAN SECARA ELEKTRONIK/PROGRAM
APLIKASI ONLINE

SELAMA 10 TAHUN
DI INDONESIA

BADAN ORANG PRIBADI

Tempat Kegiatan
Tempat Kedudukan atau
Tempat Tinggal
KEGIATAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (12) UU KUP dan Peraturan Menkeu
(Keputusan Dirjen Pajak KEP-520/PJ./2000)

1. WP OP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU


PENCATATA PEKERJAAN BEBAS YANG DIPERBOLEHKAN
N WAJIB MENGHITUNG PENGHASILAN NETO DENGAN
DILAKUKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
2. WP OP YANG TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS

SYARAT PENCATATAN

1. PENCATATAN HARUS DIBUAT LENGKAP DAN BENAR


2. DIDUKUNG DENGAN DOKUMEN ;
* YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGAN PEREDARAN ATAU
PENERIMAAN BRUTO DAN ATAU PENGHASILAN BRUTO
* PENGHASILAN YANG BUKAN OBJEK PAJAK DAN ATAU
* PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA
FINAL
3. JANGKA WAKTU PENCATATAN MELIPUTI JANGKA WAKTU 12 BULAN
MULAI TANGGAL 1 JANUARI SAMPAI DENGAN TANGGAL 31 DESEMBER
Conceptual Framework of
Accounting

Objectives
of Financial
Reporting

Qualitative Elements
Characteristics of Financial
of Information
Accounting Statements

Recognition and Measurement Concepts

Assumptions Principles Constraints


Qualitative Characteristics of
Accounting Information
Decision
Makers

Benefits >
Cost

Understandability

Decision
Usefulness
Relevance Reliability

Predictive Feedback Timeliness Verifiability Representational


Value Value Faithfulness

Neutrality

Comparability
(including
Consistency)

Materiality
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN
AKUNTANSI PERPAJAKAN
 Prinsip, prosedur, metode dan teknik akuntansi
yang mengatur penyusunan Laporan
Keuangan
Akuntansi  Standar
 Keuangan
Fungsi akuntansi adalah menyajikan data kuantitatif yang
akandigunakan dalam pengambilan
keputusantujuan 
memenuhi harus
kualitatif:
 Relevan
 Dapat dimengerti
 Daya Uji
 Netral
 Tepat Waktu
 Daya
 Lengka
Banding
 p
Batasannya: 1) manfaat lebih besar dari beban, 2) Material
(cukup berarti).
19
Recognition, Measurement,
and Reporting

Assumptions Constraints
• Cost-Benefit
• Economic Entity
• Materiality
• Going Concern
• Industry Practice
• Arm’s-Length
• Conservatism
Transactions Principles
• Monetary Unit • Historical Cost
• Periodicity • Revenue
Recognition
• Matching
• Full Disclosure

Recognition and Measurement Concepts


PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN
AKUNTANSI PERPAJAKAN
a) Kesatuan Ekonomi (harus ada pemisahan yg jelas antara
perusahaan dengan pemilik)
b) Kesinambungan Usaha (Going Concern)  Historical Cost
dan
c) Periodisasi
Harga Pertukaran yang Obyektif / Wajar  Arm
Price,
length’s tidak dipengaruhi hubungan
istimewa, tidak ada transfer
pricing
d) Mempertemukan pendapatan dan beban yang paling tepat
berdasarkan Stelsel Akrual  Untuk tujuan
perpajakan,
stelsel akrual dan stelsel cash modified (campuran) diakui
untuk penghitungan penghasilan dan biaya kena pajak.
e) Konsisten  jika ada perubahanmetode
akuntansi /
pembukuan harus diungkapkan dalam laporan keuangan
 21
secara fiskal harus mendapat
What About
Conservatism?
The concept of conservatism can
be summarized as follows:
When in doubt, recognize all
losses but don’t recognize any
gains.
Recognition, Measurement,
and Reporting
Measurement
MMeeasasuur
eremmeentnt
1. Historical cost
2. Current replacement cost
3. Current market value
4. Net realizable value
5. Present (or discounted) value
Perbandingan SPT Tahunan PPh Badan dan Laporan Keuangan
Komersial
NO ASPEK SPT TAHUNAN PPh BADAN LAPORAN KEUANGAN
1 Pengguna Fiskus Berbagai pengguna (Multi
Users)
2 Sifat Informasi Dapat digunakan oleh umum, khususnya
Rahasia untuk laporan keuangan listed company.
3 Pedoman Udang-Undang Perpajakan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
Penyusuna dan Peraturan (PABU): PSAK, Interpretasi PSAK, Peraturan
n Pelaksanaannya Pemerintah untuk Industri, IFRS, buletin teknis,
pedoman atau praktik konvensional, hasil riset
dan pendapat ahli.
4 Mata Uang Wajib dalam Rupiah dan mata Dapat menggunakan mata uang lain selain
uang US$ sepanjang Rupiah. Jika laporan keuangan disajikan dalam
Pelaporan memperoleh izin dari otoritas mata uang selain mata uang fungsionalnya,
pajak terkait. laporan keuangan harus lebih dahulu dilakukan
remeasurement.
5 Dasar Transaksi dicatat dan dilaporkan Transaksi dicatat dengan asas substance over
Pencatat apabila memenuhi syarat dan form.
an ketentuan perpajakan. Transaksi
Transaksi dicatat dengan mengutamakan
hakikat formal atau hukum
daripada substansinya.
6 Batas Waktu Disampaikan paling lambat 4 Pasal 66 (1) UU No.40 Tahun 2007
Penyampai bulan setelah akhir tahun pajak “Perseroan Terbatas”, Direksi menyampaikan
an dan dapat melakukan laporan tahunan kepada RUPS setelah
perpanjangan paling lama 2 ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka
bulan. waktu 6 bulan setelah tahun buku Perseoran
Sumber: Marisi P. Purba, Akuntansi Pajak Penghasilan,2009, hal.3-4.
SIKLUS AKUNTANSI & FISKAL
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
PEMOTONGAN & PEMUNGUTAN
PAJAK PENGHASILAN:
PPh PASAL 21/26

PPh PASAL 22

PPh PASAL 23

PPh PASAL 4(2)


PAJAK PENGHASILAN TAHUN BERJALAN
(PPh PASAL 25)
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, BEA
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 21/26

• Saat Terutang PPh Pasal 21/26 (Pasal 21 Peraturan


Dirjen Pajak - PER - 31/PJ/2009, 25 Mei 2009):
1) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi
Penerima Penghasilan pada saat dilakukan pembayaran
atau pada saat terutangnya penghasilan yang
bersangkutan.
2) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk
setiap masa pajak.
3) Saat terutang untuk setiap masa pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya
penghasilan yang bersangkutan.
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 21/26

I lustrasi Kasus:
Ahmad Zakaria, ber-NPWP, pada tahun 2009 bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp 2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Ahmad
menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp
Pengurangan 2.500.000,00
:
1. Biaya Rp
Jabatan : 125.000,00
5% x Rp Rp Rp
Penghasilan
2.500.00neto sebulan 100.000,00 Rp 2.275.000,00
225.000,00
Penghasilan
0,00 neto setahun adalah 12 x Rp 2.275.000,00 Rp 27.300.000,00
2. Iuran
PTKP setahun
pensiun
- untuk WP Rp 15.840.000,00
-sendiri
tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 10.140.000,00
10.140.000,00= Rp
PPh Pasal 21 sebulan Rp 507.000,00 : 12 = 507.000,00
Rp
42.250,00
Jurnal Akuntansi:
1. Saat pemotongan pajakk atas pembayaran gaji
g setiap bulan:
Biaya
ia Gaji 2.500.0000
Iuran Pensiun Terutang 100.000
PPh Pasal 21 Terutang 42.250
Kas dan Bank 2.357.750
2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran pensiun via bank:
PPh Pasal 21 Terutang 42.250
Iuran Pensiun Terutang 100.000
Kas dan Bank
a 142.250
5
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 21/26
I lustrasi Kasus:
Karyawati Ken Prameswari (tidak kawin), ber-NPWP, bekerja pada PT Prabu Kedaton
dengan
memperoleh gaji sebesar Rp 2.750.000,00 sebulan. Perusahaan ikut dalam program jamsostek.
Premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dan Iuran Jaminan Hari Tua dibayar
oleh
pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%, 0,30% dan 3,70% dari gaji.
Prameswari
membayar iuran Pensiun Rp 50.000,00 dan iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap
Gaji setahun (12xRp 2.750.000,00) =
bulan. Rp
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12 x Rp 27.500,00 33.000.000,00
= Premi Jaminan
Perhitungan PPhKematian12
Pasal 21/xbulan:
Rp 8.250,00 = Rp
Juml 330.000,00 Rp Rp
ah 99.000,00 33.429.000,00
Pengurangan :
5% x Rp 1. Rp 1.671.450,00
Biaya Jabatan
33.429.000,00=
2. Iuran pensiun setahun Rp 600.000,00
12 x Rp 50.000,00=
3. Iuran Jaminan Hari Rp
Tua 12 x Rp 660.000,00 Rp
55.000,00= 2.931.450,00 Rp
Jumlah
Penghasilan neto setahun 30.497.550,00
= PTKP
- untuk WP sendiri Rp 14.657.550,00
Pembulatan 15.840.000,00
Rp 14.657.000,00
Penghasilan
PPh Pasal 21Kena Pajak
terutang 5% x Rp Rp 732.850 ,
14.657.000,00= 00
Bagaimana jurnal akuntansi atas PPh Pasal 21 di atas?
Pembahasan
Jurnal
u Akuntansi:
: tas pembayaran gaji
1. Saat pemotongan pajak atas g setiap bulan:
a
Biaya Gaji 2.750.000
Biaya Asuransi- JKK 27.500
Biaya Asuransi- Jaminan Kematian 8.250
Asuransi- JKK Terutang 27.500
Asuransi- Jaminan Kematian Terutang 8.250
Iuran Pensiun Terutang 50.000
Iuran JHT 55.000
Terutang PPh Pasal 21 732.850
Terutang Kas dan 1.912.150
Bank
2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran a pensiun via
bank:
PPh Pasal 21 Terutang 732.850
Asuransi- JKK Terutang 27.500
Asuransi- Jaminan Kematian Terutang 8.250
Iuran Pensiun Terutang 50.000
Iuran JHT Terutan
Iuran JHT Terutang 55.000
55.000
Kas dan
g Bank 873.600
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL
• SAAT22
TERUTANGPPH PASAL 22 (Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 254/KMK.03/2001):
– Pajak Penghasilan Pasal 22 atasimpor barang terutang
dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk.
– Dalam hal pembayaran Bea Masuk atas impor barang ditunda
dibebaskan,
atau maka Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang dan dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
– Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh Direktorat Jenderal
Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik di tingkat Pemerintah Pusat
maupun di tingkat Pemerintah Daerah, yang melakukan pembayaran atas
pembelian barang dan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah, yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber
dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD), terutang dan
dipungut pada saat pembayaran.
– Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh Badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri
baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri, terutang dan
dipungut pada saat penjualan (industri rokok mulai 1 Januari 2009  tidak
ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22, lihat PMK 210/PMK.03/2008).
– Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi atau penyerahan
barang oleh Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam
bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan
hasil produksinya, dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah
Pengeluaran Barang (delivery order).
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL
• 22 Kasus:
Ilustrasi
PT Blora adalah produsen semen Empat Roda dan menjual semen kepada PT Jaya,
distributor semen, senilai Rp 400.000.000 secara tunai. Tarif PPh Pasal 22 atas
penjualan sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
• Jurnal oleh PT Blora selaku Pemungut PPh 22:
– Saat terjadi transaksi:
Kas dan Bank Rp 401.000.000
PPh pasal 22 1.000.000
terutang Penjualan 400.000.000
– Saat penyetoran PPh
Pasal 22: Rp 1.000.000
PPh pasal 22 1.000.000
• terutang
Jurnal oleh PT JayaKas
selaku Pihak yang
–Dipungut:
Saatdan Banktransaksi:
terjadi
Pembelian Rp
PPh pasal 22-Dibayar 400.000.000
dimuka Kas dan Bank 1.000.000
– Saat pengkreditan PPh Pasal 22 di PPh Badan terutang
400.0 akhir
tahun: 00.00
PPh terutang 0
Rp 1.000.000
PPh pasal 22-Dibayar dimuka
1.000.000
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL
• SAAT23
TERUTANG PPH PASAL 23:
– Ketentuan sebelum 1 Januari 2009:
Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 Undang-undang Pajak Penghasilan, terutang pada
akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya
penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi
terlebih dahulu (Peraturan Pemerintah No.138 Tahun 2000).
– Ketentuan sejak 1 Januari 2009:
“Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau
telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib
Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak
yang wajib membayarkan….” (Pasal 23 UU Nomor 36 Tahun 2008).
– Note:
Selama ini banyak terjadi sengketa antara Wajib Pajak dengan Fiskus
dalam hal kapan saat terutang PPh Pasal 23, dimana menurut Undang-
undang PPh yang berlaku sekarang PPh Pasal 23 terutang pada saat
mana yang lebih dahulu terjadi apakah dilakukan pembayaran atau
dibebankan sebagai biaya, sementara sebagian Wajib Pajak memotong
PPh Pasal 23 pada saat adanya pembayaran.
Ilustrasi Kasus PPh Pasal

23bunga 10% per tahun dengan pembayaran tiap tengah tahun
PT Naroda meminjam dana sebesar Rp 1 miliar kepada PT ABC, bukan bank,
dengan tingkat
(semi annual).
• Atas pembayaran bunga pinjaman sebesar Rp 50 juta tiap semester, maka
jurnal yang terkait:
• Bagi PT Naroda (pihak yang membayar):
– Saat pembayaran bunga:
50.000.00
Biaya bunga
0 7.500.0
PPh Pasal 23 terutang
Kas dan Bank 00
– Saat menyetor PPh Pasal 23 ke kas negara: 42.500.00
PPh Pasal 23 terutang 7.500.000 0
Kas dan bank 7.500.00
• Bagi PT ABC (pihak yang menerima penghasilan 0
bunga):
– Saat pembayaran bunga:
42.750.00
Kas dan bank
0
PPh Pasal 23 – Dibayar
Penghasilan bunga pinjaman 7.500.000 50.000.000
dimuka
– Saat mengkreditkan PPh Pasal 23 ke PPh Badan terutang akhir tahun:
• PPh Badan terutang 7.500.000
PPh Pasal 23-dibayar dimuka
7.500.000
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL
4(2)
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a) penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b) penghasilan berupa hadiah undian;
c) penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura;
d) penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan bangunan; dan
e) penghasilan tertentu lainnya;
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah (Pasal 4 ayat 2 UU PPh Nomor 36 Tahun
2008).
Ilustrasi Kasus-PPh PASAL
4(2)
PT Aman sewa bangunan sebesar
50.000.000
membayar kepada Rp XYZ. banguna
Atas sewa
dikenakan
PT PPh final 10%. n
Jurnal yang terkait dengan transaksi di
atas:
Beban
1)Pihak yang sewa bangunan
membayar sewa: Rp 50.000.000
PPh Final –Terutang 5.000.000
Kas dan Bank 45.000.000
2) Pihak yang menerima
penghasilan: Kas dan Bank Rp 45.000.000
Beban PPh Final 5.000.000  not
Penghasilan Sewa Bangunan creditable Rp
50.000.000
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL
 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak
Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
 Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22; dan
 Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

 Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
disampaikan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk
bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

 Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk
tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali
berdasarkan
surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah
bulan penerbitan surat ketetapan pajak.

Pasal 25 ayat (1), (2), (4) UU PPh No.36 Tahun 2008.


AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL
25
Tuan Andi, WP OP, memiliki data Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2009 sbb:
Pajak Penghasilan Terutang Rp
50.000.000,00 Dikurangi:
Pajak Penghasilan yang dipotong pemberi Kerja (Pasal 21) Rp15.000.000,00
Pajak Penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (Pasal Rp10.000.000,
22) Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain 00 Rp
(Pasal 23) Kredit Pajak Penghasilan luar negeri (Pasal 2.500.000,00
24) Rp7.500.000,00 (+)
Jumlah kredit pajak Rp35.000.000,00 (-)
Selisih Rp15.000.000,00
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun
2010 adalah sebesar Rp1.250.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 12).

1)Jurnal pada saat penyetoran PPh Pasal 25 setiap


bulan: PPh Pasal 25-dibayar dimuka Rp
1.250.000
Kas dan bank
PPh Badan-Terutang Rp 15.000.000
Rp 1.250.000
PPh Pasal 25-dibayar Rp
2) Jurnal pada saat mengkreditkan PPh Pasal 25 di akhir
dimuka 15.000.000
tahun:
AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
1) (PPN)
Pencatatan akuntansi yang harus diperhatikan adalah:
 Akun Pajak Masukan (Value Added Tax – In / VAT-in)
Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang dibayar atau
dipungut atas terjadinya transaksi pembelian BKP dan
JKP.
 Akun Pajak Keluaran
Untuk mencatat besarnya PPN terutang
yang wajib dipungut atas penyerahan BKP dan
JKP kepada pihak lain.
2)Beberapa kemungkinan transaksi perolehan
dan
penyerahan BKP/JKP antara lain perolehan secara
tunai
dan secara kredit, terdapat diskon atau tidak,
terjadinya
retur barang atau tidak, terjadi
penggantian FP yang mengakibatkan pembetulan
SPT Masa PPN, dll.
2)Pemahaman saat terutang dan saat paling lambat
AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
1) (PPN)
Pencatatan akuntansi yang harus diperhatikan adalah:
 Akun Pajak Masukan (Value Added Tax – In / VAT-in)
Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang dibayar atau
dipungut atas terjadinya transaksi pembelian BKP dan
JKP.
 Akun Pajak Keluaran
Untuk mencatat besarnya PPN terutang
yang wajib dipungut atas penyerahan BKP dan
JKP kepada pihak lain.
2)Beberapa kemungkinan transaksi perolehan
dan
penyerahan BKP/JKP antara lain perolehan secara
tunai
dan secara kredit, terdapat diskon atau tidak,
terjadinya
retur barang atau tidak, terjadi penggantian FP
yang
mengakibatkan pembetulan SPT Masa PPN, kompensasi
PPN lebih bayar ke masa berikutnya.
Ilustrasi Akuntansi Pajak untuk
•PPN
PT ABC, telah PKP, melakukan penjualan barang secara tunai, diskon 10%,
kepada PT XYZ dengan harga jual sebesar Rp 100 juta.
– Harga jual Rp
– Potongan tunai 100.000.000
– Jumlah Rp 10.000.000
Rp
Pembayaran 90.000.000
• Potongan harga yang tercantum Rpdalam
9.000.000
FP Standar dapat mengurangi
– PPN (10%)
dasar pengenaan PPN. Ayat jurnal terkait:
• Bagi PT ABC selaku penjual:
Kas Rp
Potongan 99.000.000
Penjualan 10.000.000
Penjualan 100.000.000
• Pajak Keluaran 9.000.000
Bagi PT XYZ selaku Rp
pembeli: 90.000.000
Pembelian-net 9.000.000
Pajak Rp
Masukan Kas 99.00
Ilustrasi Akuntansi Pajak untuk
•PPN
Masih melanjutkan kasus sebelumnya, jika PT ABC juga
pembelian
melakukanbarang secara tunai kepada PT FGH dengan harga jual sebesar
Rp 88 juta termasuk PPN, maka jurnal terkait:
• Bagi PT ABC selaku pembeli:
Pembelian-net Rp
Pajak 80.000.000
Masukan Kas 8.000.000
• Jika pajak keluaran dan pajakRpmasukan PT ABC
dilaporkan
pada pada SPT Masa PPN yang sama, maka pencatatan
88.00
akuntansi untuk menunjukkan selisih 0.00kurang atau lebih bayar
PPN sebagai berikut: 0
Pajak Keluaran Rp 9.000.000
Pajak Rp
Masukan PPN 8.000.000
• Selanjutnya,
Terutang penyetoran PPN terutangRp ke kas
PPN terutang
negara: 1.000.000
Rp 1.000.000
Kas dan Rp
Bank 1.000.000
AKUNTANSI PAJAK: PERLAKUAN BPHTB ATAS
PEROLEHAN TANAH & BANGUNAN
(Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-01/PJ.42/2002 )

• BPHTB atas hak atas tanah yang dimiliki dan dipergunakan


dalam perusahaan, atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan, dapat dikurangkan sebagai biaya
dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak melalui
amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah
tersebut dapat diamortisasi sesuai ketentuan Pasal 11A Undang-
undang Pajak Penghasilan;
• BPHTB atas hak atas bangunan yang dimiliki dan dipergunakan
dalam perusahaan, atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan sebagai biaya
dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak melalui
penyusutan bangunan tersebut sesuai ketentuan Pasal 11
Undang-undang Pajak Penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai