Anda di halaman 1dari 35

KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN
LANSIA
NS. STEPHANIE DWI GUNA, MNURSE
Asuhan keperawatan lansia

▪ Asuhan keperawatan lansia adalah suatu


rangkaian kegiatan dari proses keperawatan
yang ditujukan pada lansia.
▪ Kegiatan tersebut meliuputi: pengkajian,
analisis masalah (diagnosis keparawatan),
intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi
Tujuan asuhan keperawatan lansia:

▪ Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri sehingga ia memiliki


ketenagaan hidup dan tetap produktif sampai akhir hayat.
▪ Mempertahankan kesehatan dengan perawatan dan pencegahan
▪ Membantu mempertahankan dan membesarkan daya hidup dan
semangat hidupnya
▪ Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit
Fokus asuhan keperawatan lansia

▪ Peningkatan kesehatan
▪ Pencegahan penyakit
▪ Mengoptimalkan fungsi fisik dan mental

▪ Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
gangguan kesehatan yang umum terjadi pada lansia sebagai
akibat mekanisme adaptasi yang tidak efektif

▪ Pendekatan proses keperawatan (bio-psiko-sosial-spritual)
MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA

▪ Gangguan pola tidur


▪ Kelemahan  Jatuh
▪ Kehilangan
▪ Nutrisi
▪ Demensia
▪ Depresi
GG Tidur Primer

Insomnia Kesulitan memulai tidur, Terjadi


Primer Mempertahankan tidur, sekurang2-
Tidur yg tdk nya 1 bln
menyegarkan,
Hipersom Mengantuk berlebihan pd Terjadi
-nia siang hari hampir per sekurang2-
Primer hari, nya 1 bln

GG. Fgs sosial, pekerjaan, dan fgs yg lain


GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA

▪ Gangguan tidur lainnya: Insomnia, Narkolepsi, Sleep Apnea,


Periodic Limb Movement, Circadian Rhythm Sleep Disorders,
Parasomnias
▪ Intervensi yang bisa dilakukan:
1. Modifikasi lingkunan
2. Pengaturan jadwal tidur; aktivitas di siang hari
3. Manajemen kebutuhan tidur individual
4. Nutrisi
5. Kolaborasi pengobatan: hipnosis, antideppresan, melatonin
Menangani Jatuh pada Lansia

▪ Jatuh pada lansia berakibat luka, patah tulang, gegar otak, takut
beraktivitas, cacat, tergantung, kematian, ekonomi
▪ Cegah: Kaji faktor resiko, modifikasi lingkungan, senam,
persiapan pertolongan pertama dan penyediaan obat
▪ Sarkopenia (hilangnya massa otot): Faktor utama kelemahan,
jatuh dan ketergantungan
▪ Pengkajian kapasitas fungsional: Functional reach test, TUG test
(Timed “UP & Go” test
Demensia

▪ Sindroma klinik berupa kemunduran kognitif, psikobehavioral,


dan ketrampilan praktis yang progresif.
▪ Mengganggu fungsi kehidupan, sosial dan pekerjaan.

Pasien ingatan kurang tajam s/d hilang, bahkan tak


mengingat & tak tahu lagi apa yang dulu pernah
diketahuinya (QS 22:5), sedang proses ketuaan ini
terus merayap mendekati titik finalnya yaitu kematian
yang telah ditetapkan Allah (QS 40:67).
Prevalensi Demensia

▪ Menurut umur ▪ Menurut Jenis


▪  65 tahun : 5 % ▪ Penyakit Alzheimer :
▪  80 tahun : 20 % 50 %
▪  90 tahun : 30 % ▪ Demensia vaskular :
15-20 %
▪ Mixed AD dan VD : 15
%
▪ Lewy body : +/- 20 %
Perjalanan Klinis Menua Otak

Forgetfulnes (pelupa)

Gangguan kognitif ringan

(Mild Cognitif Impairment)

Demensia / pikun
Tanda-tanda klinis

▪ Gangguan kognitif
multipel :
▪ Memori ▪ Fungsi eksekutif
▪ Bahasa ▪ Fungsi analitis
▪ Disorientasi waktu, ▪ Psikis dan perilaku
tempat, orang ▪ Fungsi sosial
▪ Fungsi konstruksional
Penyebab

D = Drugs (obat sedatif, hipnotik, anti hipertensi, aritmia T = Tumor & Trauma (benturan kepela aberulang, tumor
jantung, keracunan primer/metastase, perdarahan

insektisida, dll) di bawah selaput otak, dll).

E = Emotional disorders (depresi/ stress kronis, I = Infections (herpes, jamur, bakteri, parasit, abses, sifilis
psikosis, dll) pada otak)

M = Metabolik or endokrin disorders (hipotiorid, A = Arteriosclerotic complications (infark jantung,


devit B12, gagal ginjal, gagal jantung, hipertensi

gagal hati, hipogliekmia, menopause,. Genetik pada kasus kronik, diabetes kronik, stroke, dislipidemi), Anemia,
Familial Alzheimer Disease + Alcohol,
10% dari seluruh demensia)
Aging Proscess
E = Eye & Ear dysfunctions, Education (Pendidikan
rendah), Efek radiasi

N = Nutritional deficiensis (B6-B12, Asam folat, E, C,


Omega 3), Normal
Dampak

BAGI PASIEN : BAGI KELUARGA:


1. Harga diri jatuh 1. Malu
2. Hilang/ tersesat 2. Repot
3. Sakit, Cacat 3. Ekonomi
4. Meninggal
Farmakologis : ▪ Non Farmakologis :

1. Psikotropik. 1. Manipulasi Keluarga


2. Simptomatik: 2. Rehabilitasi (dimensia
akut karena trauma
a. nootropics
kepala & ensefalitis).
b. cognitive enhancers 3. JAGA TERUS Kontak Sosial: ADL &
(ginkgo biloba, vit E, Sosialisasi
4. Olah raga & latih otak
phosphatidilserin).
5. AGAMA
C. cholinesterase inhibitor
3. Terapi patofisiologis (Antioksidan,
Vitamin B, Asam folat, C, dan E, estrogen, dll)
NUTRISI PADA LANSIA

TUJUAN PENGATURAN DIET LANSIA:


1. Memberikan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu dalam
jumlah tidak kurang atau berlebihan
2. Menjaga & mencapai Berat Badan Normal sehingga dapat melaksanakan
aktivitas sehari-hari dengan baik/tetap produktif
3. Mencegah atau memperlambat timbulnya penyakit degeneratif
Yang perlu diperhatikan dlm pemberian makan
lansia

Bentuk/konsistensi makanan  lunak


Disesuaikan dgn penyakit (kalau ada)
Ada lansia tergolong sehat, ada yg mengidap penyakit
kronis
Makanan seimbang

Sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri,


sementara sebagian lain sangat bergantung pada orang
lain
Piramida Makanan bagi Lansia
(Tufts Univ.)

Fat, Sweets, Oil

Milk, Yogurt, Cheese Meat/meat substitutes


3 servings > 2 servings

Vegetables Fruits
2-3 servings > 2 servings

Bread & Cereals > 6 servings

Water > 8 servings


Kecukupan Makanan Sehari

No Jenis Makanan Laki-laki Perempuan


1 Nasi 3 x 200gr (3 x 1,5 gelas 2 x 200gr (2 x 1,5 gelas
belimbing) belimbing)
2 Lauk daging/ikan 2 x 50 gr 1,5 x 50 gr
3 Tempe 5 x 25 gr (potong kecil) 4 x 25 gr (potong kecil)
4 Tahu 5 x 50 gr 4 x 50 gr
5 Sayur 1,5 x 100 gr (1 gelas 1,5 x 100 gr (1 gelas
penuh sayur) penuh sayur)
6 Buah 2 x 100 gr (potong 2 x 100 gr (potong
sedang) sedang)
Pengkajian pada lansia

Pada prinsip nya sama dengan pengkajian pada pasien dengan tahap
tumbuh kembang lainnya, namun terdapat beberapa pengkajian spesifik/
khusus lansia, yaitu:
▪ Pengkajian status fungsional: Indeks KATZ, Barthel Indeks, Sullivan
▪ Pengkajian status kognitif/ afektif: Pengkajian short portable status
questionner (SPMSQ), Mini Mental State (MMSE), Inventaris Fepresi Beck
▪ Pengkajian fungsi sosial: APGAR Keluarga
▪ Pengkajian lainnya; jatuh  Functional reach test, the Timed UP and Go
(TUG) test
Pengkajian Indeks KATZ

▪ Alat yg digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan


prognosis pada lanjut usia dan penyakit kronis.
▪ Meliputi keadekuatan 6 fungsi: mandi, berpakaian,
toileting, berpindah, kontinen dan makan
▪ Untuk mendeteksi tingkat fungsional klien(mandiri atau
tergantung)
▪ Mandiridilakukan sendiri
Hasil Pengkajian Indeks KATZ

A. Kemandiran dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi
B. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI SATU dari fungsi tersebut
C. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI dan SATU fungsi tambahan
D. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN dan SATU fungsi tambahan
E. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN, KE KAMAR KECIL dan SATU
fungsi tambahan
F. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN, KE KAMAR KECIL,
BERPINDAH dan SATU fungsi tambahan
G. Ketergantungan pada ke ENAM fungsi tersebut
Pengkajian Barthel Indeks
MMSE TEST
APGAR KELUARGA

1. Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya (adaptasi)
2. Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan mengungapkan
masalah dengan saya (hubungan)
3. Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4. Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai (afek)
5. Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama
▪ Penilaian : Pertanyaan yg dijawab: Selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir
tidak pernah (poin 0 )
▪ Interpretasi: 0-3 (disfungsi keluarga sangat tinggi), 4-6 (disfungsi keluarga sedang),
7-10 (Fungsi keluarga baik)
FUNCTIONAL REACH TEST

▪ Mengukur kemampuan meraih dari posisi tegak


▪ Prosedur:
Pasien tegak rileks dengan sisi yang sehat di dinding, kedua kaki renggang
(10 cm). Pasien mengangkat sisi lengan yang sehat (fleksi 90 derjat).
Perawat menandai dinding sejajar ujung jari pasien. Pasien diminta meraih
sejauh- jauhnya dengan membungkukkan badan dan ditandai lagi pada
dinding sejauh mana pasien mampu meraih. Kemudian ukur
▪ Hasil ukur:
Umur 41- 69: laki- laki 38 cm, wanita 35 cm
Umur 70- 87; laki- laki 33 cm dan wanita 27 cm
Jika hasil ukur dibawah 15 cm, pasien diprediksi resiko jatuh
Masalah Keperawatan
• Masalah keperawatan individu mengacu pada NANDA: Diagnosa
yang diangkat sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami
lansia terkait proses penuaan
• Masalah keperawatan kelompok mengacu pada NANDA yang
dirangkum oleh IPKKI; asuhan keperawatan kelompok
Fisik/ biologis

Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)


Gangguan pesepsi sensori
Defisit perawatan diri
Resiko cidera fisik (jatuh)
Perubahan pola eliminasi: urin
Perubahan pola eliminasi: fekal
Gangguan pola tidur
Gangguan mobilisasi
Psiologis – sosial- spiritual

▪ Menarik diri dari lingkungan


▪ Isolasi sosial
▪ Depresi
▪ Koping yang tidak adekuat
▪ Cemas
▪ Reaksi berkabung/berduka
DIAGNOSA KELOMPOK

1. Sindrom kelemahan lansia


2. Resiko sindrom kelemahan lansia
3. Krisis kesehatan akut
4. Kekerasan lansia
5. Risiko kekerasan lansia
6. Risiko pengabaian lansia
Kasus

▪ Seorang lansia laki- laki usia 65 tahun datang ke posbindu diantar


oleh anaknya. Klien mengatakan sering sakit kepala, nyeri di
tengkuk. Hasil pemeriksaan fisik TD 160/90 mmHg, N 87x/menit,
RR 20 kali/ menit suhu 36.5 C.
▪ Hasil functional reach test 20 cm,
▪ TUG tes 18 detik,
▪ indeks KATZ; klien mandiri kecuali untuk mandi
▪ Bartel indeks; klien mandiri kecuali mandi dan naik turun tangga
▪ SPMSQ: klien tidak bisa menyebutkan tanggal hari ini, siapa
presiden sebelumnya serta tidak bisa mengurangi 3 dari 17.

Anda mungkin juga menyukai