Anda di halaman 1dari 54

REFERAT

ABSES LEHER DALAM

Pembimbing : dr. Yulvina Sp.THT-KL


Penyaji : Najibah Zulfa Assadiyah

Departemen Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher


RS Umum Pusat Persahabatan
Abses Leher Dalam
- Terbentuk di dalam ruang potensial
di dalam fascia leher

Pendahuluan
Etiologi sebelum penggunaan
antibiotik, 70% disebabkan oleh
perluasan infeksi tonsil dan faring

Anak Dewasa

Abses Leher Dalam


Pola Kuman
1. Abses Peritonsil
2. Abses Parafaring
3. Abses Retrofaring
4. Angina Ludovici
5. Abses Submandibula
Tinjauan Pustaka
Anatomi
Leher Dalam

Fascia Fascia
servikal profunda

Lapisan Lapisan Lapisan


superfisialis tengah dalam

Divisi
Divisi alar
muskular

Divisi Divisi
viscera prevertebra
Fascia servikalis
Fascia profunda
Ruang pada Leher Dalam
1. Ruang parafaringeal
2. Ruang retrofaringal
3. Ruang prevertebral Abses Leher Dalam
4. Ruaang bahaya/ danger space 1. Abses Peritonsil
5. Ruang mastikator 2. Abses Parafaring
3. Abses Retrofaring
6. Ruang submandibula 4. Angina Ludovici
5. Abses Submandibula
7. Ruang carotid
8. Ruang pretracheal
9. Ruang peritonsilar
10. Ruang parotid
11. Ruang temporal
Ruang Retrofaringeal- Abses Retrofaringeal
Ruang Peritonsilar
Ruang Parafaringeal
Ruang Submandibular

• Glandula sublingualis
• Nervus hipoglusus
• Duktus wharton

• Glandula submandibula
• Limfonodus submandibula
ABSES LEHER DALAM
ABSES PERITONSIL
• Terkumpulnya pus di jaringan
peritonsil yang umumnya
disebabkan oleh tonsilitis
supuratif
• Pus juga terbentuk pada
kelompok kelenjar air liur (gl.
Weber)
• Terakumulasi di pertonsilar
space, dan dibatasi oleh m.
konstriktor faringeus, dan pilar
anterior, torus tubarius
• Inflamasi dan supurasi progresif
bisa menyebar langsung
melibatkan palatum mole,
dinding lateral faring, dan
kadang-kadang dasar dari lidah.
 Etiologi Bakteri
1. Streptococcus B Hemolyticus
2. Staphylococcus
3. Pneumococcus
4. Haemophilus
5. Lactobacillus
Anamnesis dan Gejala
 Riwayat tonsilitis  Nyeri telinga
 Riwayat faringitis  Halitosis / mulut berbau
 Riwayat demam  Odinofagia
 Disfagia
 Hot potato voice
 Otalgia ipsilateral
 Trismus
 Pembesaran kelenjar
submandibula
 Malaise
 Fatigue
 Sakit kepala
Pemeriksaan Fisik

 Akut tonsilitis sampai dengan


asimetris pada faring
unilateral
 Eritema
 Palatum mole asimetris
 Exudat tonsilar
 Pergeseran uvula
kontralateral
Aspirasi Jarum : Material
Diagnosis Purulen

Indikasi untuk mempertimbangkan


kemungkinan abses peritonsil
meliputi sebagai berikut:

• Pembengkakan unilateral area


peritonsil.
• Pembengkakan unilateral
Kultur Tenggorok
palatum mole, dengan disposisi
anterior tonsil ipsilateral.
• Tonsilitis yang non resolusi, Pemeriksaan Radiologi
dengan pembesaran tonsil Xray jaringan lunak polos
USG
unilateral persisten.
Terapi
 Medikamentosa  Bedah
 Rehidrasi  Intraoperatif
 Antipiretik  Aspirasi Jarum
 Antibiotik  Insisi & Drainase
 Cephalosporin  Tonsilektomi pasca bedah
 Cefuroxime  A chaud (bersama dengan
 Clindamycin insisi dan drainase)
 A tiede (3-4 hari pasca insisi
dan drainase)
 A froid (4-6 minggu pasca
insisi dan drainase)
ABSES PARAFARING
Selubung karotis : a. karotis
interna, v. jugularis interna, n.
vagus

Bagian yang lebih


luas

Abses parafaring yaitu peradangan


yang disertai pembentukan pus
pada ruang parafaring. Ruang
parafaring dapat mengalami
infeksi secara langsung akibat
tusukan saat tonsilektomi,
limfogen dan hematogen.
Etiologi
 Ruang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara: 7,8
 Langsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan
tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi karena ujung
jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus
lapisan otot tipis (m.konstriktor faring superior) yang
memisahkan ruang parafaring dan fosa tonsilaris.
 Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil,
faring, hidung, sinus paranasal, mastoid, dan vertebra servikal
dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang
parafaring.
 Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring, atau
submandibula.
Tanda dan Gejala
 Trismus (31%)
 Indurasi/ pembengkakan sekitar angulus mandibula
 Demam tinggi >= 39 c (37,5%)
 Demam (50%)
 Pembengkakan dinding lateral faring
 Pembesaran tonsil dengan tidak terdapat deviasi uvula
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium : Darah lengkap dan pemeriksaan kultur
 Radiologi
 Foto jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral
Diagnosis
 Riwayat penyakit
 Gejala klinis
 Confirmed dengan pemeriksaan CT Scan dengna
kontrasditemukan adanya daerah densitas rendah,
peningkatan gambaran kontras pada dinding abses dan
edema jaringan disekitar abses.
Jalur Perluasan Infeksi
Terapi
1. Antibiotik dosis tinggi
2. Insisi dari luar, insisi moscher (bila terdapat di selubung karotis)

Gambar Insisi Mosher.12


Komplikasi
 Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen,
limfogen, atau langsung (per kontinuitatum) ke daerah
sekitarnya. Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan
peradangan intrakranial, ke bawah menyusuri selubung
karotis mencapai mediastinum.
 Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding
pembuluh darah. Bila pembuluh karotis mengalami
nekrosis, dapat terjadi ruptur sehingga terjadi perdarahan
hebat.
ABSES RETROFARING
ABSES RETROFARING
 Ruang retrofaring terdapat pada bagian posterior dari
faring, yang dibatasi oleh
 anterior : fasia bukkofaringeal ( divisi viscera lapisan media
fasia servikalis profunda ) yang mengelilingi faring, trakea,
esofagus dan tiroid
 posterior : divisi alar lapisan profunda fasia servikalis profunda
 lateral : selubung karotis ( carotid sheath ) dan daerah
parafaring. Daerah ini meluas mulai dari dasar tengkorak
sampai ke mediastinum setinggi bifurkasio trakea ( vertebra
torakal I atau II ) dimana divisi viscera dan alar bersatu.
Etiologi
 Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya abses ruang
retrofaring ialah3
 infeksi saluran nafas atas yang menyebabkan limfadenitis
retrofiring
 trauma dinding belakang faring oleh benda asing seperti tulang
ikan atau tindakan medis seperti adenoidektomi, intubasi
endotrakhea dan endoskopi
 tuberculosis vertebra servikalis bagian atas.
 Gejala dan Tanda Klinis
 Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas. Gejala
dan tanda klinis yang sering dijumpai pada anak : 4
 demam
 sukar dan nyeri menelan
 suara sengau
 dinding posterior faring membengkak ( bulging ) dan hiperemis pada satu
sisi.
 pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan
 pembesaran kelenjar limfe leher ( biasanya unilateral ). Pada keadaan lanjut
keadaan umum anak menjadi lebih buruk, dan bisa dijumpai adanya
 kekakuan otot leher ( neck stiffness ) disertai nyeri pada pergerakan
 air liur menetes ( drooling )
 obstruksi saluran nafas seperti mengorok, stridor, dyspnea.4
Diagnosis
Kriteria Diagnosis4

 Anamnesis
 Pemeriksaan klinis
 Laboratorium :
 1. darah rutin : lekositosis
 2. kultur spesimen ( hasil aspirasi )
 Radiologis :Foto jaringan lunak leher lateral
 Dijumpai penebalan jaringan lunak retrofaring ( prevertebra ) :
 setinggi C2 : > 7 mm ( normal 1 - 7 mm ) pada anak-anak dan dewasa
 setinggi C6 : > 14 mm ( anak-anak , N : 5 – 14 mm ) dan > 22 mm ( dewasa, N : 9 – 22 mm )
 Pembuatan foto dilakukan dengan posisi kepala hiperekstensi dan selama inspirasi.
Kadang-kadang dijumpai udara dalam jaringan lunak prevertebra dan erosi korpus
vertebra yang terlibat.
 CT Scan
 MRI
Terapi
 Antibiotik
Pilihan utama adalah clindamycin yang dapat diberikan
tersendiri atau dikombinasikan dengan sefalosporin generasi
kedua

 Operatif (Insisi& Drainase)


Komplikasi
 Komplikasi abses retrofaring dapat terjadi akibat :
 1. Massa itu sendiri : obstruksi jalan nafas
 2. Ruptur abses : asfiksia, aspirasi pneumoni, abses paru
 3. Penyebaran infeksi ke daerah sekitarnya :
 inferior : edema laring , mediastinitis, pleuritis, empiema, abses
mediastinum
 lateral : trombosis vena jugularis, ruptur arteri karotis, abses
parafaring
 posterior : osteomielitis dan erosi kollumna spinalis
 4. Infeksi itu sendiri : necrotizing fasciitis, sepsis dan
kematian.
ABSES SUBMANDIBULA
 Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai
pembentukan pus pada daerah submandibula.
 Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula
berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring,
kelenjar limfe submandibula.
Ruang Submandibular

• Glandula sublingualis
• Nervus hipoglusus
• Duktus wharton

• Glandula submandibula
• Limfonodus submandibula
Etiologi

Infeksi pada ruang ini berasal


dari gigi molar kedua dan ketiga
dari mandibula, jika apeksnya
ditemukan di bawah perlekatan
dari musculus mylohyoid.

Infeksi dari gigi dapat menyebar


ke ruang submandibula melalui
beberapa jalan yaitu secara
langsung melalui pinggir
myolohioid, posterior dari ruang
sublingual, periostitis dan
melalui ruang mastikor. Patofisiologi abses submandibula melalui gigi antara lain:
1. Iritasi Pulpa
2. Hiperemic Pulpa
3. Pulpitis
4. Ganggren pulpa
5. Abses
Gejala klinis
 Terdapat demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di
bawah mandibula dan atau di bawah lidah.
 Pasien juga biasanya akan mengeluhkan air liur yang
banyak
 Trismus akibat keterlibatan muskulus pterigoideus
 Disfagia dan sesak nafas akibat sumbatan jalan nafas oleh
lidah yang terangkat ke atas dan terdorong ke belakang.
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis. Aspirasi
material yang bernanah (purulent) dapat dikirim untuk dibiakkan
guna uji resistensi antibiotik.
 Radiologis
 Foto x-ray jaringan lunak kepala AP
 Foto x-ray panoramik: dilakukan apabila penyebab abses
submandibuka berasal dari gigi.
 Foto x-ray thoraks: perlu dilakukan untuk evaluasi mediastinum,
empisema subkutis, pendorongan saluran nafas, dan pneumonia
akibat aspirasi abses.
 CT-scan: CT-scan dengan kontras merupakan pemeriksaan
gold standard pada abses leher dalam.
Terapi
 Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob
dan anaerob, gram positip dan gram negatif) adalah
pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah
campuran dari berbagai kuman
 Insisi dan drainase
Komplikasi
 Perluasan ke daerah parafaring
ANGINA LUDOVICI (ANGINA LUDWIG)
 Angina Ludwig merupakan peradangan selulitis atau
flegmon dari bagian superior ruang suprahioid. Ruang ini
terdiri dari ruang sublingual, submental dan submaksilar
yang disebut juga ruang submandibular
Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea (tempat
melekatnya m. mylohyoideus) yang terletak di aspek dalam mandibula, sehingga jika molar
kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang
submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringal
Kriteria Grodinsky
Infeksi pada angina Ludwig harus memenuhi kriteria:
 Terjadi secara bilateral pada lebih dari satu rongga.
 Menghasilkan infiltrasi yang gangren-serosanguineous
dengan atau tanpa pus.
 Mencakup fasia jaringan ikat dan otot namun tidak
melibatkan kelenjar.
 Penyebaran perkontinuitatum dan bukan secara limfatik.
Gejala Klinis
 Demam
 Nyeri tenggorokan dan leher disertai pembengkakan di
daerah submandibular yang tampak hiperemis,
 Drooling,
 Trismus.
 Nyeri tekan dan keras pada perabaan (seperti kayu).
 Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas
belakang sehingga menimbulkan sesak nafas,.
Penatalaksanaan
 Pemeliharaan jalan nafas
 Antibiotik dosis tinggi intravena (penisilin atau
metronidazol)
 Deksametason
 Insisi dan drainase
Komplikasi

Penjalaran ke mediastinum
TERIMAKASIH.
WASSALAMUALAIKUM WR.WB.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dexa Media, No.1, Vol.21, Januari-Maret 2008, diakses pada 6 Desember 2016
2. Murray, Alan, 2016, Deep Neck Infections, Medscape, diakses pada 6 Desember 2016 http
://emedicine.medscape.com/article/837048-overview#showall
3. Efiaty, dkk. 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Keenam. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta
4. Rambe, Andriana Yunita Murni, Abses Retrofaring, diakses tanggal 8 Desember 2016 http
://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3464/1/tht-andrina2.pdf
5. Snell RS. 2006. Fascia Cervicalis Profunda : Snell Anatomi Klinik UntukMahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta : EGC.
6. Axial Section of Oropharynx. Diakses: 10 Desember 2016. Terdapat pada:
http://atlas.likar.info/Okologlotochnaya_kletchatka/.
7. Fachruddin D. Abses Leher Dalam. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2008. Hal. 226-30.
8. Adams, G.L. Penyakit-Penyakit Nasofaring Dan Orofaring. Dalam: Boies, Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.
1997. Hal.333.
9. Huang T, Chen T, Rong P, Tseng F, Yeah T, Shyang C. Deep neck infection: analysis of 18 cases. Head and neck. Ockt
2004.860-4 .
10.Pulungan MR. Pola Kuman abses leher dalam. Diakses: 10 Desember 2016. Terdapat pada: http
://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHERDALA M-Revisi.
11.Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh K, Kurita K, Natsume N, et all. Odontogenic infection pathway to the
submandibular space: imaging assessment. Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2002; 31: 165–9.
12.Abses Parafaring. Diakses: 10 Desember 2016. Terdapat pada:
www.scribd.com/ doc/66624613/abses-parafaring.

Anda mungkin juga menyukai