Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AGAMA

PERNIKAHAN
Pengertian Pernikahan
Kata nikah berasal dari bahasa arab yang berarti (al-jam’u) atau “bertemu, berkumpul”
Menurut istilah, nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara seseorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu
rumah tangga melalui akad yang dilakukan menurut syarat islam.

Keinginan untuk menikah adalah fitrah manusia yang pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT. Setiap manusia yang sudah
dewasa dan sehat jasmani rohaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis. Rasulullah SAW bersabda :

‫ول اَلَل ّـَِّه صلى الله عليه وسلم ( يَا َم ْع َش َر‬ ُ ‫اللَنَا َر ُس‬ َ ‫عبْ ِد اَلَل ّـَّ ِه بْ ِن َم ْس ُعو ٍد رضي الله عنه َق‬ َ ‫ع ْن‬
َ
‫ َو َم ْن ل َْم‬,‫ َوأ َ ْح َص ُن لِلْفَ ْر ِج‬, ‫ُضل ْبَ َص ِر‬ َ َ ‫ َف ِإَن ّـَّ ُه أ‬, ‫اء َة َفل ْيَتَ َز ّـََّو ْج‬
ِ‫غ ّـُّ ل‬ َ َ‫استَ َطا َع ِمنْك ُُم اَل ْب‬
ْ ‫اب! َم ِن‬ ‫ا َ ّـ‬
ِ َ‫لَشَّب‬
‫عل َيْ ِه‬ َّ‫يَ ْستَ ِط ْع َف َعل َيْ ِه ِب ّـ‬
َ ‫الَص ْو ِم ; َف ِإَن ّـَّ ُه ل َُه ِو َجاءٌ ) ُمَتّـَّ َف ٌق‬
Artinya : Dari Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda pada kami:
"Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan
pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq
Alaihi.
Hukum Nikah
Menurut sebagian besar ulama, hukuam asal nikah adalah mubah (boleh dikerjakan boleh tidak).
Meskipun demikian, akan melakukan pernikahan hukumnnya dapat berubah menjadi wajib, sunnah,
makruh, dan haram.

• Jaiz atau mubah artinya dibolehkan dan menjadi dasar hukum nikah.
• Wajib, yaitu orang telah mampu/sanggup menikah.
• Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah, tetapi masih mampu mengendalikan dari hawa
nafsu yang menuju perzinaan.
• Makruh, yaitu orang yang melakukan pernikahan dan telah memiliki keinginann dan hasrat tetapi
belum punya bekal untuk memberi nafkah.
• Haram, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan tetapi punya niat buruk
Tujuan Nikah
Secara umum tujuan pernikahan dalam islam dapat diuraikan sebagai berikut :

• Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakinah)


• Untuk membina rasa cinta dan kasih sayang
• Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang sah dan diridhai Allah SWT
• Untuk melaksanakan perintah Allah
• Mengikuti sunah Rasulullah SAW
• Untuk memperoleh keturunan yang sah
Rukun Nikah & Syaratnya
• Calon suami : beragama islam, atas kehendak senidiri, bukan muhrim, tidak sedang ihrom haji
• Calon istri : beragama islam, tidak terpaksa, bukan muhrim, tidak bersuami, tidak sedang dalam
masa idah, tidak sedang ihrom haji atau umrah
• Adanya wali : mukallaf (Islam,dewasa,sehat akal)
• Adanya dua orang tua saksi : islam, dewasa, sehat akalnya, tidak fasik, hadir dalam akad nikah
• Adanya ijab dan qabul : dengan kata-kata “nikah” atau yang semakna dengan itu. Berurutan antara
ijab dan qabul
Mahram
Mahram artinya wanita haram yang dinikahi. Mahram dibagi menjadi dua:

• Mahram muabbad (wanita diharamkan untuk dinikahi selama-lamanya) seperti keturunan, satu
susuan, mertua perempuan, anak tiri, jika ibunya sudah dicampuri, bekas menantu perempuan, dan
bekas ibu tiri.
• Gair muabbad: Mahram sebab menghimpun 2 perempuan yang statusnya bersaudara, misalnya
saudara sepersusuan, kakak dan adiknya. Hal ini boleh dinikahi tetapi setelah yang satu statusnya
bercerai atau sudah mati. Yang lain dengan sebab istri orang dan sebab iddah.
• Mahram (orang yang tidak boleh dinikahi)
- Keturunan: 1. Ibu dan seterusnya ke atas
2. Anak perempuan adan seterusnya
3. Bibi, baik dari bapak atau ibu.
4. Anak perempuan dari saudara perempuan atau saudara laki-laki.
Mahram
- Persusuan: 1. Ibu yang menyusui.
2. Saudara perempuan sepersusuan
- Pernikahan: 1. Ibu dari istri (mertua)
2. Anak tiri, bila ibunya sudah dicampuri
3. Istri bapak (ibu tiri)
4. Istri anak (menantu)
- Dikumpul atau dimadu : 1. Saudara perempuan dari istri
2. Bibi perempuan dari istri
3. Keponakan perempuan dari istri
Kewajiban Suami - Istri
• Kewajiban Suami
1. Memberi nafkah, pakaian, dan tempat tinggal kepada istri dan anaknya sesuai dengan
kemampuan.
2. Menggauli istri secara makruf ( dengan cara yang layak dan patut)
3. Memimpin keluarga dengan cara membimbing, memelihara semua anggota keluarga dengan
penuh tanggung jawab.
4. Membantu istri dalam tugas sehari-hari.

• Kewajiban Istri
1. Patuh dan taat pada suami dalam batas yang sesuai dalam ajaran Islam (jika bertentangan, tidak
wajib ditaati)
2. Memelihara dan menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harta benda suami.
3. Mengatur rumah tangga dengan baik sesuai dengan fungsi ibu sebagai kepala rumah tangga.
4. Memelihara dan mendidik anak terutama pendidikan agama.
5. Bersikap hemat, cermat, ridha, dan syukur serta bijaksana pada suami.
Hak Suami - Istri
• Hak Suami atas Istri
1. Ditaati dalam seluruh perkara kecuali maksiat.
2. Dimintai izin oleh istri yang hendak keluar rumah, istri tidak boleh keluar rumah kecuali seizin
suami.
3. Istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izin suami.
4. Mendapatkan pelayanan dari istrinya.
5. Disyukuri kebaikan yang diberikanya. Istri harus mensyukuri atas setiap pemberian suaminya.

• Hak Istri atas Suami


1. Mendapat mahar dari suaminya.
2. Mendapat perlakuan yang patut dari suaminya.
3. Mendapatkan nafkah, pakaian dan tempat tingggal dari suaminya.
4. Mendapatkan perlakuan adil jika suami memiliki istri lebih dari satu.
5. Mendapatkan bimbingan dari suami agar selalu taat pada Allah SWT.
Pernikahan yang tidak sah
1. Pernikahan mut’aha: Pernikahan yang dibatasi untuk jangka waktu tertentu, baik sebentar ataupun
lama.
2. Pernikahan Syighar: Pernikahan dengan persyaratan barter tanpa pemberian mahar.
3. Pernikahan Muhallil: Pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya yang
karenanya diharamkan untuk rujuk kepadanya, kemudian wanita itu dinikahi laki-laki lain dengan
tujuan untuk menghalalkan dinikahi lagi oleh mantan suaminya.
4. Pernikahan Orang yang Ihram: Pernikahan orang yang sedang melaksanakan ihram haji atau umroh,
serta belum memasuki waktu tahalul.
5. Pernikahan dalam masa Iddah: Pernikahan dimana seorang laki-laki menikah dengan seorang
perempuan yang sedang dalam masa Iddah, baik karena perceraian ataupun karena meninggal dunia.
6. Pernikahan tanpa wali: Pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki dengan seorang wanita tanpa
seizin walinya.
7. Pernikahan dengan wanita kafir: Selain wanita-wanita ahli kitab
8. Menikahi mahram, baik mahram untuk selamanya, mahram karena pernikahan atau karena
sepersusuan.
Talak Pernikahan
Talak yaitu lepasnya pernikahan dengan lafal talak.

2 Macam Cara Menjatuhkan Talak


• Cara Sharih, misalnya: “Saya talak engkau” atau “Saya cerai engkau”. Ucapan talak yang tidak
memerlukan niat. Jikalau suami menalak istrinya dengan cara sharih, jatuhlah talaknya walaupun
tidak berniat mentalaknya.
• Cara Kinayah, misalnya: “Pulanglah engkau pada orang tuamu.”. Ucapan talak yang memerlukan
niat. Jikalau suami menalak istrinya dengan cara kinayah, padahal tidak memiliki niat mentalak,
maka talaknya tidak jatuh.
Talak Pernikahan

2 Macam Talak
• Talak Raj’I , yaitu talak ketika suami boleh rujuk tanpa harus dengan akad nikah lagi. Talak Raj’I
ini dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama kalinya atau kedua kalinya dan suami boleh
rujuk kepada istri yang telah ditalaknya selama masih dalam masa iddah.
• Talak Bain, terdapat dua talak baik:
a. Talak Sughrah, yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum dicampuri dan talak khuluk
(karena permintaan istri). Suami istri boleh rujuk dengan cara akad nikah lagi, baik masih dalam
iddah maupun sudah habis iddahnya.
b. Talak Bain Kubrah, yaitu talak yang dijatuhkan suami sebanyak 3 kali dalam waktu yang
berbeda.
Sebab Talak
1. Ila’ , yaitu sumpah seorang suami bahwa ia tidak akan mencampuri istrinya. Masa tunggunya adalah
4 bulan. Jika sebelum 4 bulan sudah kembali, maka suami harus membayar denda sumpah.
2. Li’an , yaitu sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berubat zina
3. Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi penyerupaan istrinya dengan istrinya.
4. Khuluk (talak tebus), yaitu talak yang diucapkan oleh suami dengan cara istri membayar kepada
suami. Talak tebus biasanya atas kemauan istri.
5. Fasakh, yaitu rusaknya ikatan perkawinan karena sebab tertentu, seperti diketahui istri adalah
mahram suami, semula suami atau istri musyrik kemudia salah satu masuk Islam, salah satu seorang
suami atau istri keluar islam.
6. Hadhanah , mengasuh dan mendidik anak yang masih kecil jika suami atau istri becerai, yang berhak
mengasuh anaknya adalah ketika masih kecil (ibunya dan biaya tanggung ayahnya). Jika Ibu telah
menikah lagi, hak mengasuh anak adalah anaknya.
Masa Iddah
1. Wanita yang sedang hamil, masa iddahnya sampai melahirkan anaknya.
2. Wanita yang tidak hamil, sedang ia ditinggal mati suaminya, maka iddahnya 4 bulan 10 hari.
3. Wanita yang dicerai suaminya sedang ia dalam keadaan haid, maka masa iddahnya 3 kali khuruq
atau 3 kali suci
4. Wanita yang tidak haid atau belum haid, masa iddahnya selama 3 bulan. Wanita yang dicerai
sebelum dicampuri suaminya maka baginya tidak ada masa iddah.
Rujuk Pernikahan
Rujuk adalah kembalinya suami istri pada ikatan perkawinan setelah terjadi talak raj’I dan masih dalam
masa iddah.

Hukum Rujuk:
1. Asal hukum rujuk adalah mubah.
2. Haram apabila si istri dirugikan serta lebih menderita dibandingkan dengan sebelum rujuk.
3. Makruh bila diketahui meneruskan penceraian lebih bermanfaat.
4. Sunnah bila diketahui rujuk lebih bermanfaat dibandingkan meneruskan penceraian.
5. Wajib khusus bagi laki-laki, jika ditakutkan tidak dapat menahan hawa nafsunya.

Rukun Rujuk:
1. Istri, dengan syarat pernah digauli, talaknya talak raj’I, dan masih dalam masa iddah.
2. Suami, dengan syarat Islam, berakal sehat, dan tidak terpaksa.
3. Sighat ( lafal rujuk)
4. Saksi, yaitu 2 orang laki-laki yang adil.
Hikmah Pernikahan
1. Pernikahan merupakan jalar keluar yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan seksual.
2. Pernikahan merupakan jalan terbaik untuk memuliakan anak, memperbanyak keturunan,
melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasab.
3. Pernikahan menumbuhkan naluri kebapakan, dan keibuan yang menumbuhkan pula perasaan cinta
dan kasih sayang.
4. Pernikahan meimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja karena adanya rasa
tanggung jawab dalam keluarga.
5. Pernikahan akan mempererat tali kekeluargaan yang dilandasi rasa saling menyayangi sebagai modal
kehidupan masyarakat yang aman dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai