Anda di halaman 1dari 36

PPENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang sangat baik untuk
pertumbuhan hewan maupun tumbuhan. Dampak dari iklim tropis salah
satunya adalah dapat menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis 
Demam Berdarah Dengue

DBD  infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty dan Aedes albopictus. Penyakit ini terutama menyerang anak yang
ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat mengakibatkan
kematian serta menimbulkan wabah.

Data Kemenkes RI tahun 2017, kasus DD dan DBD terjadi di 34 provinsi dengan
penderita 59.047 orang, 444 di antaranya meninggal dunia. Provinsi Bali
menjadi salah satu dari lima provinsi dengan rerata insidens tertinggi dari
tahun 2015-2017.
DEFINISI
- suatu penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus genus
flavivirus, famili flaviviridae,
- mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
- menginfeksi manusia melalui
perantara nyamuk Aedes aegepty
atau Aedes albopictus.
- merupakan infeksi virus dengan
vektor nyamuk yang
penyebarannya paling cepat di
dunia.4
ETIOLOGI

VEKTOR
- Nyamuk Aedes aegepti merupakan vector yang dianggap memiliki peran paling penting
pada daerah tropis dan subtropis.
- Spesies lainnya seperti nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, yang merupakan
bagian dari kompleks Aedes scutellaris serta nyamuk Aedes niveus telah terbukti berperan
sebagai vector sekunder
ETIOLOGI

Gambar 2. Struktur Virus Dengue


EPIDEMIOLOGI
Demam dengue telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia selama 47
tahun terakhir. Rerata insidens DBD berdasarkan provinsi pada tahun 2015, tiga provinsi
tertinggi adalah Provinsi Bali yaitu 208,7 per 100.000 penduduk, Provinsi Kalimantan
Timur yaitu 183,12 per 100.000 penduduk dan Provinsi Kalimantan Tengah yaitu
sebesar 120,08 per 100.000 penduduk.

Anak-anak memiliki risiko 40 kali lebih tinggi terkena demam berdarah daripada orang
dewasa. DBD masih menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak. dalam
beberapa tahun terakhir, DBD telah terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang
dari 15 tahun, dengan tingkat serangan tertinggi pada usia 5-9 tahun.

Kementerian Kesehatan RI 2016  Proporsi penderita terbanyak yang mengalami DBD


di Indonesia ada pada golongan anak-anak usia 5-14 tahun, mencapai 42,72% dan yang
kedua pada rentang usia 15-44 tahun, mencapai 34,49%.13
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Terdapat tiga tahap dalam manifestasi klinis demam dengue hemoragik.


Tahapan tersebut ialah fase febris (2-7 hari), fase kritis atau fase kebocoran
plasma (24-48 jam), dan fase konvalesen (2-7 hari).
DIAGNOSIS
Manifestasi klinis
- Demam
- Manifestasi perdarahan: termasuk
tes tourniquet positif (yang paling Temuan laboratorium
umum), petekie, purpura, ekimosis, - Trombositopenia (100.000 sel
epistaksis, perdarahan gusi, dan per mm3 atau kurang)
hematemesis dan/atau melena. - Hemokonsentrasi;
- Pembesaran hati (hepatomegali)
- Syok, dimanifestasikan oleh peningkatan hematokrit ≥20%
takikardia, perfusi jaringan yang dari baseline pasien atau
buruk dengan denyut nadi lemah populasi pada usia yang sama.
dan tekanan nadi rendah atau
hipotensi dengan adanya kulit yang
dingin, lembab, dan/atau gelisah.
DD/
DIAGNOSIS
DERAJAT TANDA & GEJALA LAB
DBD
DD Demam disertai minimal dengan 2 gejala Leukopenia (WBC < 4000
- Nyeri kepala sel/mm3)
- Nyeri retro-orbital Trombositopenia (PLT < 100.000
- Nyeri otot sel/mm3)
- Nyeri sendi/tulang Peningkatan HCT (5-10%)
- Ruam kulit makulopapular Tidak ada bukti perembesan
- Manifestasi perdarahan plasma
- Tidak ada tanda perembesan plasma
DBD I Demam dan manifestasi perdarahan (uji Trombositopenia (PLT < 100.000
bendung positif) dan tanda perembesan plasma sel/mm3)
Peningkatan HCT (>20%)
DBD II Seperti derajat I ditambah perdarahan spontan Trombositopenia (PLT < 100.000
sel/mm3)
Peningkatan HCT (>20%)
DBD* III Seperti derajat I atau II ditambah kegagalan Trombositopenia (PLT < 100.000
sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, sel/mm3)
hipotensi, gelisah, diuresis menurun Peningkatan HCT (>20%)
DBD IV Syok hebat dengan tekanan darah dan nadi Trombositopenia (PLT < 100.000
yang tidak terdeteksi sel/mm3)
Peningkatan HCT (>20%)
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
TATALAKSANA RAWAT INAP
Terapi simtomatis diberikan terutama untuk kenyamanan pasien,
seperti pemberian antipiretik dan istirahat.
- Penggantian cairan  Cairan kristaoloid isotonik merupakan
cairan pilihan untuk pasien DBD.
- Antipiretik  Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan apabila
suhu >38oC dengan interval 4-6 jam.
- Nutrisi  Apabila pasien masih bisa minum, dianjurkan minum
yang cukup, terutama minum cairan yang mengandum elektrolit.
- Pemantauan
PENATALAKSANAAN
Tanda – Tanda Penyembuhan
- Frekuensi nadi, tekanan darah, dan Kriteria Memulangkan Pasien
frekuensi napas stabil - Tidak demam minimal 24 jam tanpa
- Suhu badan normal terapi antipiretik
- Tidak dijumpai perdarahan baik - Nafsu makan membaik
eksternal maupun internal - Perbaikan klinis yang jelas
- Nafsu makan membaik - Jumlah urin cukup
- Tidak dijumpai muntah maupun nyeri - Minimal 2-3 hari setelah syok
perut teratasi
- Volume urin cukup - Tidak tampak distress pernapasan
- Kadar hematocrit stabil pada kadar yang disebabkan efusi pleura atau
basal asites
- Ruam konvalens, ditemukan pada - Jumlah trombosit >50.000/mm3
20%-30% kasus
PENCEGAHAN
Pencegahan tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes
aegypti.
- Metode lingkungan  Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan
sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
- Biologis  menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan
bakteri.
- Kimiawi  Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion), Memberikan bubuk abate (temephos)
PENCEGAHAN
PROGNOSIS
Demam Berdarah Dengue Derajat I dan II akan memberikan prognosis
yang baik, penatalaksanaan yang cepat, tepat akan menentukan
prognosis. Umumnya DBD Derajat I dan II tidak menyebabkan komplikasi
sehingga dapat sembuh sempurna

DBD derajat III dan IV merupakan derajat SSD, yaitu pasien jatuh dalam
keadaan syok dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Prognosis sesuai
penatalaksanaan yang diberikan Dubia at bonam.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : NPDDT
Tanggal Lahir : 19 Februari 2007 (12 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tabanan
MRS : 19 Nopember 2019
Tanggal Pemeriksaan : 21 Nopember 2019
ANAMNESIS
Anamnesis (Heteroanamnesis-Ibu Pasien)
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan 12 tahun datang ke UGD BRSUD Tabanan diantar oleh orang tuanya pada
tanggal 19 Nopember 2019 dengan keluhan demam yang mendadak tinggi sejak 3 hari yang
lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan demam dirasakan naik turun dengan suhu tertinggi
terukur 39,0oC dan suhu terendah 36,5oC. Saat dirumah pasien tidak ada diberikan obat
penurun panas dan hanya dikompres dengan air hangat. Keluhan kejang saat demam
disangkal. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala yang muncul pada pagi hari sebelum pasien
mengeluh demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan berdenyut serta hilang timbul sepanjang
hari. Ketika ditanya bagian kepala yang nyeri pasien tidak dapat menyebutkannya. Pasien tidak
ada diberikan obat pereda nyeri kepala. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah. Saat
dirumah pasien muntah sebanyak tiga kali dengan volume sekitar 60 cc. Muntah konsistensi
cair bercampur makanan, tanpa disertai darah. Keluhan nyeri sendi dan otot, batuk, pilek
disangkal. Nafsu makan dikatakan menurun sejak pasien sakit. BAB dan BAK dikatakan normal
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dikatakan sebelumnya belum pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat
penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, asma, jantung disangkal. Riwayat
operasi dan trauma disangkal. Riwayat alergi terhadap obat, makanan dan benda
asing lainnya disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluarga pasien dikatakan tidak ada yang mengalami keluhan penyakit serupa.
Riwayat penyakit sistemik di keluarga seperti diabetes, hipertensi, asma, jantung
disangkal. Riwayat alergi dikeluarga terhadap obat, makanan dan benda asing lainnya
disangkal.

Riwayat Pengobatan
Sebelum diajak berobat ke BRSUD Tabanan, pasien bema da di ajak berobat ke tempat
lain dan pasien juga tidak ada diberikan obat apa-apa untuk meredakan keluhan.
ANAMNESIS
Riwayat Pribadi, Sosial, dan Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama dari kehamilan pertama. Saat ini pasien
tinggal bersama ayah, ibu dan saudara. Di sekitar tempat tinggal pasien
dikatakan tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Pasien dikatakan tidak
ada berpergian ke luar bali sebelumnya. Lingkungan rumah pasien dikatakan
cukup bersih namun pasien mengaku bahwa di dapur pasien terdapat
genangan air.

Riwayat Persalinan
Pasien lahir secara normal, cukup bulan. Berat badan, panjang badan, dan
lingkar kepala saat lahir dikatakan lupa. Saat lahir pasien segera menangis dan
tidak memiliki kelainan bawaan.
ANAMNESIS
Riwayat Imunisasi
BCG 1 kali, Hepatitis B 4 kali, Hib 3 kali, Riwayat Nutrisi:
DPT 3 kali, Polio 5 kali, Campak 2 kali ASI : usia 0 hingga 6 bulan, frekuensi on demand
Susu formula : usia 4 hingga 24 bulan, frekuensi
Riwayat Tumbuh Kembang on demand
Menengakkan kepala : 3 bulan Bubur Susu : usia 7 hingga 9 bulan, frekuensi 2-3
Membalik badan : 4 bulan kali/hari
Duduk : 6 bulan Nasi Tim : usia 8 hingga 12 bulan, frekuensi 2-3
Merangkak : 8 bulan kali/hari
Berdiri : 12 bulan Makanan Dewasa : usia 12 bulan hingga
Berjalan : 15 bulan sekarang, frekuensi 3 kali/hari
Berbicara : 15 bulan
PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan Fisik (21/11/2019)
Status Present
Kesan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 78 kali/menit, regular, isi cukup
Respirasi : 32 kali/menit
Suhu Aksila : 36,3°C
PEMERIKSAAN FISIS
Status Antropometri
Berat badan lahir : dikatakan lupa
Panjang badan lahir : dikatakan lupa
Berat badan sekarang : 37 kg
Panjang Badan : 146 cm
Berat badan/umur : P25
Tinggi badan/umur : P10 – P25
Berat badan/tinggi badan : P25 – P50
Berat Badan Ideal : 39 kg
Waterlow : 94,87% (gizi baik)
PEMERIKSAAN FISIS
Status General
Kepala : normocephali.
Mata : anemia -/-, ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor,
THT : napas cuping hidung(-),epistaksis(-)
Tonsil : T1/T1 hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Mulut : lidah kotor (-), sianosis (-), bibir kering (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)
Thoraks
Cor
Inspeksi : precordial bulging (-), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : gerakan dinding dada simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : suara sonor +/+
Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, rhonki-/-,wheezing-/-
PEMERIKSAAN FISIS
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-).
Extremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-),CRT < 2 detik
Genitalia Eksterna : perempuan P1M1
Kulit : kutis marmorata (-), tes torniquet (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS

Observasi Febris hari ke-5 et causa Demam


Berdarah Dengue grade I
TATALAKSANA
Terapi
- MRS
- Kebutuhan cairan 1840 ml/hari - IVFD Ringer Laktat 25 tpm makro
- Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali – 500mg/kali per oral tiap 6 jam bila
demam
- Injeksi Ondansentron 0,2 mg/kgBB/hari – 7,4 mg/hari IV

Planning
- Cek Darah Lengkap sesuai gejala klinis
- Cek IgG dan IgM anti dengue demam hari ke-7
- Observasi vital sign dan balance cairan ketat
- Pantau warning sign
- Observasi tanda pendarahan dan syok
PROGNOSIS
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad functionam : dubius ad bonam
Ad sanationam : dubius ad bonam
PEMBAHASAN
Laporan kasus  mengenai anak perempuan berusia
12 tahun yang datang dengan demam bifasik disertai
dengan muntah tanpa disertai manifestasi perdarahan
spontan namun terdapat hasil pemeriksaan
laboratorium dengan trombositopenia.
Kecurigaan akan infeksi virus dengue didasarkan pada
anamnesis, gejala klinis beserta pemeriksaan darah.
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
Berdasarkan kriteria WHO 2011 Pada pasien ini terdapat klinis berupa
diagnosa DBD dapat ditegakkan demam tinggi namun tipe demam yang
apabila terdapat dua kriteria klinis dialami pasien sejak lima hari yang lalu
pertama, ditambah trombositopenia adalah naik turun, kemudian pada
dan hemokonsentrasi atau pemeriksaan fisik juga didapatkan
peningkatan hematocrit. Adapun torniket test positif yang menandakan
klinis yang dimaksud didapatkan telah terjadinya perembesan plasma.
melalui anamnesis dan pemeriksaan Pada hasil laboratorium menunjukkan
fisik yang meliputi: (1) Demam (2) trombositopenia < 100.000 sel/mm3,
Manifestasi perdarahan, (3) namun hematocrit masih menunjukan
Pembesaran hati (hepatomegali); (4) angka normal.
Syok.
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa modalitas diagnostik yang dapat digunakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding untuk menyingkarkan demam akibat infeksi
dengue atau karena penyebab lain seperti :
- infeksi tifoid yang mana dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik dengan
tes Uji Widal.  Pada pasien ini belum dilakukan tes Uji Widal,
dikarenakan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik kurang mengarah
ke diagnosis demam tifoid.
- Modalitas pemeriksaan kadar antibodi IgM maupun IgG dapat dilakukan
bila sudah menginjak hari ke-7 untuk mengetahui pembentukan antibodi
tubuh ketika terinfeksi virus dengue.  Namun pada pasien ini belum
dilakukan pengecekan karena pasien masih menginjak hari ke-5.
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa modalitas diagnostik yang dapat digunakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding untuk menyingkarkan demam akibat infeksi
dengue atau karena penyebab lain seperti :
- infeksi tifoid yang mana dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik dengan
tes Uji Widal.  Pada pasien ini belum dilakukan tes Uji Widal,
dikarenakan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik kurang mengarah
ke diagnosis demam tifoid.
- Modalitas pemeriksaan kadar antibodi IgM maupun IgG dapat dilakukan
bila sudah menginjak hari ke-7 untuk mengetahui pembentukan antibodi
tubuh ketika terinfeksi virus dengue.  Namun pada pasien ini belum
dilakukan pengecekan karena pasien masih menginjak hari ke-5.
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
Rekomendasi tata laksana pasien DD yang Pada pasien ini tatalaksana yang paling utama
dirawat inap adalah sebagai berikut: 1) dalah terapi secara suportif. Pasien diberikan
pemeriksaan hematokrit baseline sebelum IVFD Ringer Laktat untuk mencegah terjadinya
terapi cairan dan pemberian cairan isotonik hypovolemia. Pemeliharaan cairan pada pasien
pada fase emergensi, 2) pemberian cairan merupakan tindakan yang paling penting.
isotonis seperti 0,9% saline, Ringer Laktat Asupan cairan pasien harus tetap dijaga,
dengan volume cukup rumatan, 3) terutama cairan oral. Penghitungan balance
pemeriksaan hematokrit ulangan untuk cairan perlu dilakukan agar cairan pasien dapat
menyesuaikan volume infus, 4) pemberian terpenuhi sesuai kebutuhan. Pada pasien juga
antipiretik parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan ondansentron dengan dosis 0,2
tiap 4-6 jam bila suhu >38,5oC. mg/kgBB secara intravena, dikarenakan pasien
juga mengalami keluhan mual muntah.
Paracetamol juga diberikan dengan indikasi
apabila pasien demam
SIMPULAN
 
- Demam Dengue (DD) dan DBD disebabkan virus dengue yang mempunyai 4 jenis
serotype, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
- Demam dengue dicurigai berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium, dimana terdapat
minimal 2 kriteria klinis dan 1 laboratorium yang mendukung. Berdasarkan definisi kasus
yang dikeluarkan WHO pada tahun 2011 maka seorang pasien dapat dicurigai memiliki
infeksi dengue jika pasien mengalami demam tinggi disertai dua dari tanda dan gejala.
- Jika pada pasien ditemukan empat dari gejala yang disebutkan diatas disertai dengan
kegagalan sirkulasi maka diagnosis dapat berubah menjadi dengue shock syndrome.
- Tanda kegagalan sirkulasi tersebut adalah nadi cepat lemah, hipotensi berdasarkan umur,
restlessness, serta kulit dingin.
- Pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif, terapi suportif berupa penggantian
cairan yang merupakan pokok utama dalam tata laksana DBD. Terapi simtomatis diberikan
terutama untuk kenyamanan pasien, seperti pemberian antipiretik dan istirahat.
 

Anda mungkin juga menyukai