Anda di halaman 1dari 69

HIDUNG

TERSUMBAT
TUJUAN PEMBELAJARAN:

1. Anatomi Hidung dan Fisiologi Hidung


2. Klasifikasi Rinitis
3. Faktor resiko Rinitis Alergi dan Patofisiologi Rinitis Alergi
4. Diferensial diagnosis dan Diagnosis
5. Tatalaksana
ANATOMI
HIDUNG
TUJUAN PEMBELAJARAN 1
ANATOMY HIDUNG EXTERIOR
ANATOMY
HIDUNG
EXTERIOR
ANATOMY
HIDUNG
INTERIOR
ANATOMY HIDUNG
FISIOLOGI
HIDUNG
TUJUAN PEMBELAJARAN 1
1. JALAN NAPAS
Mengatur jumlah udara yang masuk
2. PENYARING DAN PELINDUNG

Rambut pada vestibulum nasi

Silia

Palut lendir (mucous blanket)

Enzym  lysozime
3. INDERA PENGHIDU
RUTE SAAT MENINGGALKAN BULBUS
OLFAKTORI
1. Rute Subkorteks  terutama daerah sistem limbik, khususnya sisi medial
bawah lobus temporalis. Rute ini yang mencakup hipotalamus 
mengkoordinasikan erat antara bau dan perilaku

2. Rute melalui talamus ke korteks  untuk persepsi sadar dan diskriminasi


halus bau.
ADAPTASI

• Penciuman dapat mengalami adaptasi.


• Orang yang terpapar bau tertentu dalam waktu cukup lama, maka persepsi bau
menurun dan kemudian berhenti. Adaptasi bisa di sistem olfaktorius, kadang
merupakan fenomena sentral, juga bisa pada reseptornya.
KLASIFIKASI
RINITIS
TUJUAN PEMBELAJARAN 2
KLASIFIKASI RINITIS

Rinitis

Non-Allergic Allergic

• Rinitis Simpleks
• Rinitis Vasomotor
• Rinitis medikamentosa
RINITIS VASOMOTOR

Rinitis vasomotor adalah suatu keadaan ideopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi,
eosinophilia, perubahan hormonal (kehamilan dan hipertiroid) dan pajanan obat (kontrasepsi
oral, antihipertensi, β-bloker, aspirin, klorpromazin dan obat topikal hidung dekongestan)

Diakibatkan ketidakseimbangan impuls saraf otonom di mukosa hidung (bertambahnya aktivitas


parasimpatik)
RINITIS MEDIKAMENTOSA

Rinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa


gangguan respon normal vasomotor yang diakbatkan pemberian
vasokontriktor topikal (tetes hidung atau semprot hidung)
RINITIS ALERGI

• Definisi Rinitis Alergi:

Rinitis Alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen yang
sama.

Rinitis Alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rasa
gatal dan hidung tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang
diperantai oleh IgE.
Menurut WHO ARIA (Allergic Rinitis and Its Impact on Asthma) tahun 2011
RINITIS ALERGI
• Klasifikasi Rinitis Alergi
B E R D A S A R K A N S IFAT B E R DA S A R K A N D E R A J AT B E R AT
B E R L A N G S U N G N YA : R I NG A N N YA
Interminten Persistent Mild Moderate-Severe
Tidak terdapat Bila terdapat satu
Gejala < 4 hari/ Gejala > 4 hari/ gangguan tidur atau lebih dari
minggu minggu Tidak terdapat gangguan tersebut
gangguan aktivitas
Atau < 4 Atau > 4 minggu harian
minggu Tidak ditemukan
gangguan belajar atau
bekerja
ETIOLOGI DAN
FAKTOR RESIKO
RINITHIS ALERGI
RINITHIS ALERGIKA

• Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler,
1997).
• Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-
anak.
• Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi
• Beberapa pasien sensitif terhadap beberapa alergen.
• Alergen yang menyebabkan rinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur.
• Rinitis alergi perenial (sepanjang tahun) diantaranya debu tungau, terdapat dua spesies utama
tungau yaitu Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus, jamur, binatang
seperti kecoa dan binatang pengerat.
• Faktor resiko untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu
yang tinggi, dan faktor kelembaban udara.
• Kelembaban yang tinggi merupakan faktor resiko untuk untuk tumbuhnya jamur
• Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik
diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan
cuaca (Becker, 1994).
FAKTOR KETURUNAN
POLUSI DAN ASAP ROKOK

Iritan sistem pernapasan seperti sulfur, dioksida, nitrogen dan partikel dari sisa
pembakaran menyebabkan meningkatnya kadar IgE
PEKERJAAN
PEKERJAAN
JENIS KELAMIN

PEREMPUAN 52%
LAKI – LAKI 48 %
PATOFISIOLOGI
RINITIS ALERGI
TUJUAN PEMBELAJARAN 3
HIPERSENSITIVITAS

• Merupakan peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang


pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya (Baratawidjaja dan Rengganis,
2014)
• Merupakan ketidaktepatan reaksi imunologis, daripada usaha untuk
menyembuhkan, reaksi ini menciptakan kerusakan jaringan dan merupakan
suatu bentuk penting dalam proses perjalanan penyakit secara keseluruhan
(Mohanty dan Leela, 2014)
HIPERSENSITIVITAS

• TIPE 1 : hipersensitivitas segera


• TIPE 2 : hipersensitivitas diperentarai antibodi
• TIPE 3 : hipersensitivitas diperentarai kompleks imun
• TIPE 4 : hipersensitivitas diperentarai sel
DIAGNOSIS
BANDING
TUJUAN PEMBELAJARAN 4
DIAGNOSIS BANDING RHINITIS
ALERGI
Rhinitis Vassomotor

Sinusitis

Rhinitis Medikamentosa
RHINITIS VASSOMOTOR

Merupakan gangguan mukosa hidung yang ditandai dengan edema persisten dan hipersekresi
kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan (keadaan non-infektif dan non-alergi).

Gejala :
- Hidung tersumbat
- Rinore
SINUSITIS

Marupakan peradangan pada salah satu atau lebih sinus paranasal (Rhinosinusitis), EPOS 2007

Gejala:

- Febris >37 - edema periorbita

- Secret purulent - rasa tidak nyaman di tenggorokan

- Nyeri - gangguan pendengaran akibat sumbatan

- edema
RHINITIS MEDIKAMENTOSA

Merupakan rhinitis kimia/rhinitis rebound karena menggambarkan kongesti mukosa hidung yang
diakibatkan penggunaan vasokontriksi topikal yang berlebihan.
Contoh obat lain yang mengakibatkan gangguan vasomotor adalah antagonis-adenoreseptor
oral,inhibitor fosfodiester, kontrasepsi pil dan antihipertensi.

Gejala :
- Hidung tersumbat
DIAGNOSIS RHINITIS ALERGIK:
ANAMNESIS, PEMERIKSAAN
FISIK, PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TUJUAN PEMBELAJARAN 4
ANAMNESIS

Kualitas :
Keluhan Utama Onset Frekuensi/Kuantitas Mild/Moderate-
Severe

Apakah sampai
Hidung Sudah berapa Seberapa sering
mengganggu
tersumbat lama? terjadi?
aktivitas?

Bersin terus Mild/Moderate-Severe


menerus (>5 Sejak kapan?
kali/serangan)

Rinore (mucous
serous)
Intermitten/Persistent
ANAMNESIS

Kronologis : Mencari kemungkinan allergen penyebab


• Waktu timbulnya?
• Saat pagi hari?
• Apakah ada variasi diurnal (serangan yang memburuk pada pagi hari
sampai siang hari dan membaik saat malam hari)?
• Saat sedang membersihkan rumah?
• Mempunyai hewan peliharaan?

Gejala lainnya :
• Hidung gatal, mata gatal, mata berair dan kemerahan, batuk kronik,
post nasal drip
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu :


• Riwayat atopik saat masih kecil
• Riwayat alergi

Riwayat Penyakit Keluarga :


• Riwayat atopik di keluarga  rhinitis alergi, asma bronkial,
dermatitis atopic, urtikatia, alergi makanan

Keadaan Lingkungan dan Kebiasaan Pribadi :


• Pekerjaan? Sering menggunakan kendaraan bermotor?
Pekerjaan yang terpapar allergen? Mempunyai peliharaan?
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan
secara umum :
• Allergic salute, gerakan
pasien menggosok
hidung karena gatal
• Inspeksi
• Allergic Shiners
• Nasal Crease
• Facies Adenoid
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Rhinoskopi
Anterior :
• Alat : spekulum hidung
• Cara pemeriksaan :
• Meminta pasien untuk mengadah
keatas
• Memasukkan sekitar 2/3 panjang
dari kepala speculum, lalu
melebarkan secara perlahan
• Lakukan penilaian
• Dinilai :
• Nasal vestibulum
• Septum nasi
• Konka inferior
• Konka media
• Nasal mukosa
• Dasar rongga hidung
PEMERIKSAAN FISIK

Hasil :

• Mukosa edema dan basah


• Berwarna pucat atau kebiruan (livide)
• Sekret encer dan banyak
• Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip, dan
tumor, atau dapat juga ditemukan pembesaran konka inferior
yang dapat berupa edema atau hipertropik.
• Pada rhinitis alergi kronis dapat terlihat adanya deviasi atau
perforasi septum
In vivo :
• Tes kulit :
-Tes cukit/tusuk (Prick test)
In vitro :
• IgE total
• IgE spesifik
• Sitologi hidung : eosinofil > 5 sel/LPB
• DPL : eosinofil me↑
• Tes Provokasi
• PRICK TEST
Sederhana, mudah, murah, sensitivitas tinggi,
cepat,cukup aman
• Tes pilihan dan primer
ntuk diagnostik
• Tes (+) = ada reaksi hipersensitivitas tipe I
atau telah terdapat kompleks Sel Mast –
IgE pada epikutan
- Jarak tiap alergen 2 cm
- Dengan jarum suntik No. 26-27G
- Ditunggu 15 menit
nterpretasi hasil :
0 = bila tes cukit (-)
+1 = diameter bentol1mm> kontrol (-)
+2 = diameter bentol 1-3 mm > kontrol (-)
+3 = diameter bentol 3-5 mm > kontrol (-)
+4 = diameter bentol lebih dari 5 mm >
1. Skin Prick Testing
2. Allergen-specific IgE tests

15-20 menit
o Tes intradermal :
 Indikasi : tes cukit/tusuk negatif
 Alergen disuntikkan hingga
membentuk bentol 3 mm
 Hasil setelah 15-20 menit, dengan
sistem skoring 0 - +4
 Sensitifitas > Prick test
 Reaksi anafilaksis > sering
o SET (Skin End-Point Titration)
Untuk alergen inhalan
Untuk penetapan dosis awal
imunoterapi
EOSINOFIL SEKRET HIDUNG

Sekret diambil dengan kapas Penilaian :


lidi pada konka media dan • tidak ada eosinofil (-) : bila
konka inferior atau dapat
jumlah < 5 %
dengan kerokan mukosa bagian
• eosinofilia ringan (±) : bila
lateral hidung,kemudian ditaruh
di atas kaca dan difiksasi jumlahnya 5-10%
dengan alkohol 95% serta • eosinofilia sedang (+) : bila
diwarnai secara Hansel atau jumlahnya 10-50%
Giemsa. • eosinofil nya (++) : bila
jumlahnya > 50 %.
KADAR IG-E TOTAL SERUM DARAH
Serum total IgE biasanya diperiksa melalui enzyme
immuno assays

Kadar Ig E dalam serum tergantung dari umur (21 IU/ml


(bayi baru lahir)- 90 IU/ml (dewasa non atopi)

Kadar IgE total normal  tidak menyingkirkan RA

Sebagai pemeriksaan penyaring, tidak untuk diagnostik


KADAR IG E SPESIFIK

Alergen dapat ditentukan dengan menetapkan IgE spesifik


menggunakan metoda radio allergosorbent test (RAST)

Pemeriksaan ini dapat memonitor imunoterapi dan cara


pemeriksaannya lebih mudah.
Kerugian dari pemeriksaan ini ialah biaya mahal, hasil pembacaan
cukup lama dan kurang sensitif bila dibandingkan dengan tes kulit
tusuk
Efisiensi (spesifisitas dan sensitifitas) untuk diagnostik penyakit alergi
> 85 %

Hasil baru bermakna bila ada korelasi dengan gejala klinik


TATALAKSANA
RHINITIS
ALERGI
TUJUAN PEMBELAJARAN 5
PENATALAKSANAAN

• Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah :


1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen, hipereaktifitas nonspesifik dan inflamasi.
2. Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari-hari.
3. Mengurangi efek samping pengobatan.
4. Edukasi penderita untuk meningkatkan ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap
penyakitnya. Termasuk dalam hal ini mengubah gaya hidup seperti pola makanan
yang bergizi, olahraga dan menghindari stres.
5. Mengubah jalannya penyakit atau pengobatan kausal.
Tatalaksana

Nonfarmakoterapi Farmakoterapi Imunoterapi Operatif


NONFARMAKOTERAPI

• Menghindari kontak dengan alergen penyebabnya (avoidance)


dan eliminasi :
1. Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus (debu, serbuk sari,
bulu binatang, dll)
2. Jika perlu, pastikan dengan skin test
3. Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari kegiatan berkebun.
Jika harus berkebun, gunakan masker wajah
FARMAKOTERAPI

Untuk mencapai tujuan pengobatan rinitis alergi, dapat diberikan obat-obatan sebagai
berikut :
• Antihistamin
Antagonis histamin H-1  Lini Pertama (Kombinasi atau tanpa kombinasi dengan
dekongestan secara oral)
• Dekongestan Hidung
Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa (dekongestan hidung oral)
• Kortikosteroid topical
Beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason furoat, triamsinolon
• Antikolinergik topikal : Ipatropium bromida
• Anti leukotrien
Alogaritma Penatalaksanaan
Rinitis Alergi menurut WHO
Initiative ARIA 2001
(Dewasa)
IMUNOTERAPI

• Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat
dan sudah berlangsung lama, serta dengan pengobatan cara lain tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
• Tujuan:
Pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan IgE
• Ada 2 metode:
1. Intradermal
2. Sub-lingual
OPERATIF

• Tindakan konkotomi parsial


Pemotongan sebagian konka inferior
• Konkoplasti atau multiple outfractured
• Inferior Turbinoplasty
Pada tindakan ini perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan
tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau
triklor asetat
HIPOTESIS
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi E A, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga


Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017: 113-
119.

Anda mungkin juga menyukai