elektron
inti
Gambar 4.2 Dua macam gerakan elektron yg berperan dlm sifat kemagnetan
Atom-atom dalam magnet dikelompokkan dlm microscopic
magnetic regions yang dinamakan domain yang dipercaya
menjadi secara magnetik terpolarisasi dalam satu arah
Dalam bahan bukan magnet, domain-domain berorientasi
secara acak (random)
X o
X o
X o
o
X o
X o X X
o
(a)
(b)
Gambar 4.3 Pada bagian (a) domain magnetik berorientasi acak dlm bahan
bukan magnet, sedangkan pd (b) menunjukkan orientasi dlm bahan magnet yg
lebih banyak ke satu arah. Tanda silang berarti panah ke dlm bidang gambar,
sedangkan tanda titik berarti panah keluar bidang gambar.
Jika sejumlah besar domain berorientasi dlm arah yg sama bahan akan
menjadi atau memperlihatkan sifat kemagnetan yang kuat
Teori tentang kemagnetan di atas sangat masuk akal karena mampu
memberikan penjelasan beberapa pengamatan efek kemagnetan
bahan
Misalnya batang besi bukan magnet dapat menjadi magnet dengan
mendekatkan batang magnet atau menempelkannya ke batang besi
tersebut, dinamakan induksi magnetik. Kemagnetan induksi
seringkali bersifat sementara dan saat magnet dijauhkan/dilepaskan
domain menjadi random kembali
Jika domain mempertahankan pelurusannya beberapa bagian setelah
medan magnet dijauhkan, bahan dikatakan menjadi kemagnetan
permanen. Kemampuan mempertahankan kemagnetan ini dikenal
sebagai retentivity
Walaupun teori modern kemagnetan mempertahankan bahwa medan
magnet hasil dr gerakan elektron, ilmu pengetahuan tdk selalu
menerima dalil tsb. Menurut teori modern kemagnetan ini bhw
kemagnetan yg kuat tdk mengerahkan gaya pd muatan listrik
Hans Christian Oersted (1820) membuat eksperimen di depan
siswanya utk menunjukkan bhw muatan yang bergerak dan
kemagnetan tidak berinteraksi. Oersted menempatkan magnet jarum
kompas dekat kawat lurus yang dihubungkan ke baterai (seperti
gambar 4.4)
Hasil pengamatan adalah berlawanan dengan prediksi semula. Ketika
arus dikirim melalui kawat, gaya yg memutar dikerahkan pada jarum
kompas sampai jarum berarah tegak lurus kawat
Gaya memutar maksimum terjadi ketika kawat dan kompas dipasang
sejajar/paralel sebelum arus dialirkan
Merupakan bukti bahwa gaya magnet dikerahkan oleh jarum kompas
pd eksperimen ini menunjukkan adanya medan magnet mengelilingi
konduktor yang mengangkut arus
i
kawat
Jarum kompas
o o
i
Sel kering
Gambar 4.6 medan magnet loop arus dan medan magnet untuk solenoida
Ketika arus mengalir melewati koil, medan magnet yg
dihasilkan mirip sebagaimana sebuah batang magnet. Kuat
medan magnet bertambah dengan bertambahnya arus atau
bertambahnya jumlah lilitan.Diameter kurang berpengaruh
dibanding panjang solenoida.
Medan magnet dapat diperbesar dengan menyisipkan bahan
ke dalam koil seperti besi, cobalt, dan nikel yg merupakan
bahan highly permeable. Kemudahan bahan membuat garis-
garis fluks dikenal sbg permeability.
Gambar 4.7. Medan magnet dari lilitan
Jika kawat berarus solenoida ditempatkan di antara dua
magnet statis, medan magnet solenoida akan berinteraksi
dengan medan magnet statis. Torka (gerak memutar)
akan dihasilkan pada solenoida sebagaimana
sebagaimana interaksi kutub-kutub magnet.
Efek gerak memutar seperti ini, yang merupakan hasil
arus yang dialirkan, merupakan prinsip dasar operasi
instrumen listrik dan motor listrik.
Gambar 4.8. Torka yang dihasilkan pada solenoida
2. Instrumen Listrik
a. Galvanometer
Peralatan yang digunakan mendeteksi arus listrik yang
sangat kecil dinamakan galvanometer. Prinsip operasi
sebagian besar instrumen listrik didasarkan pada torka
yang dikerahkan pada koil dalam medan magnet.
Koil yang membungkus inti besi lunak dipasak pada
penahan antara kutub-kutub magnet permanen,
sementara gerakan rotasi koil ditahan oleh sepasang
pegas spiral yang juga mengimbangi arus menuju koil.
Tergantung pada arah arus, koil dan pointer berotasi
searah atau berlawanan jarum jam.
(a) (b)
(4.1)Vg ig R g
Jika menginginkan defleksi skala penuh voltmeter untuk V B
resistansi Rm harus dipilih sedemikian hingga hanya arus kecil
ig yg melewati galvanometer. Untuk kondisi ini,
VB
resistansi pengali: R m (4.2)
Rg
ig
Voltmeter harus dihubungkan sejajar dgn bagian rangkaian
dimana beda potensialnya diukur agar resistansi yg besar pada
voltmeter ini tidak cukup berarti mengubah rangkaian.
c. Ammeter dc
Galvanometer juga ammeter, tetapi jangkauan
ukurnya terbatasi oleh kepekaan ekstrim koil yg
bergerak (moving coil)
Jangkauan (range) galvanometer dpt diperluas dgn
menambahkan resistansi yg sangat kecil yg
dinamakan shunt yg dipasang paralel dgn koil
galvanometer. Dgn menempatkan shunt secara
paralel menjamin bahwa ammeter secara
keseluruhan mempunyai resistansi yg sangat kecil
yg diperlukan jika arus pd dasarnya tidak berubah,
sebagian besar arus akan mengaliri resistensi shunt
ini.
Gambar 4.11. Konstruksi sederhana ammeter dc
Jangkauan galvanometer akan dikembangkan untuk mengukur
maksimum arus i. Resistansi Rs harus dipilih sehingga arus ig yg
diperlukan utk defleksi skala penuh melewati koil. Sisa arus harus
melewati shunt.
Karena Rs dan Rg paralel, penurunan (drop) i.RL yg melewati setiap
resistansi adalah sama, yaitu is Rs = ig Rg.
Arus shunt is sama dengan i – ig, maka (i - ig) Rs = ig Rg, yg mana akan
diperoleh
ig R g
Rs
resistansi shunt: i ig
(4.3)