Anda di halaman 1dari 58

SISTEM IMUN dan

HEMATOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ANEMIA
Nama Kelompok :
1) Dewi Kurniawati ( 130012053)
2) M. Ainur Halim R ( 130012069)
3) Silvianita Fitri Anggraini ( 130012073)
4) Susi Indriani ( 130012080)
5) Untung Neal Saputra ( 130012083)
6) Vita Erlita Sari ( 130012085)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2013
ANATOMI dan
FISIOLOGI DARAH
Definisi

Hematologi berasal dari bahasa Yunani yaitu


haima artinya darah adalah cabang ilmu
kesehatan yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya.
Sistem imun kata imun berasal dari bahasa
Latin yaitu ‘immunitas’ yang berarti
pembebasan (kekebalan) adalah serangkaian
molekul, sel dan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang
dapat mengakibatkan penyakit, seperti bakteri,
jamur dan virus.
Komponen Darah
Darah :
1. Cairan (Plasma) atau cairan jernih
yang berwarna kuning jerami : untuk
membawa antibodi serta nutrien ke
jaringan dan mengangkut keluar limbah
metabolik.
2. Unsur-Unsur berbentuk
a) Eritrosit (sel darah merah) :
membawa oksigen ke jaringan dan
membawa keluar karbondioksida.
b) Leukosit (sel darah putih) : dalam
respon inflamasi dan kekebalan.
c) Faktor koogulasi dan trombosit
(platelet) : mengendalikan pembekuan
darah.
Gambar Komponen Unsur Berbentuk

Eritrosit
L
E
U
K
O
S
I
T
Trombosit
DEFINISI
“ANEMIA”
in is i “ Anemi a“
Def
ah a s a Y u n an i :
A n e m i a d a l am b
a n
ra r t ik e k u r a n g
a , y a n g b e
anaimi t j u m l a h sel
h k e adaa n s a a
dara h , ad a l a o b in
um l ah h e m o g l
m e ra h a t a u j
darah ) d a l a m s e l
b a w a o k s ig e n
(protei n p e m
a h be r a da d i bawah
darah mer
normal. l
5 g r am / 1 0 0 m
pr ia y a i t u < 13 ,
Hb 0 g r am / 1 0 0m l.
a n i t a y a i t u <12,
Hb w
KLASIFIKASI
“ANEMIA”
Anemia

K. Morfologi K. Etiologi
la sif ik a si Anemia
K

Ada 3 jenis
uta
sel darah m ma anemia diklasifika
erah: sikan menu
1) Jika se rut ukuran
l darah mer
ah lebih ke
anemia mi cil dari bia
2) Jika uk krositik. sanya ini d
isebut
uran sel da
r ah m er ah
rendah dala normal dal
m jumlah) am ukuran
normositik jenis ini dis (tetapi
. ebut anem
3) Jika se ia
l darah mer
ah lebih be
disebut an sar dari nor
emia makr mal, maka
ositik.
Klasifi
kasi A n
emia

Anemia di bedakan menjadi 2 macam berdasarkan gejala


yang ditunjukkan yaitu :
1) Anemia Ringan : Karena jumlah sel darah merah
yang rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman
oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat
menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Hal ini juga
bisa membuat buruk hampir semua kondisi medis
lainnya yang mendasari.
2) Anemia Berat : Jika anemia ringan secara perlahan
terus menerus (kronis).
ETIOLOGI
“ANEMIA”
nem ia
l o gi A
Etio

1) Penghancuran Sel Darah Merah yang


Berlebihan.
2) Kehilangan Darah
3) Penurunan Produksi Sel Darah Merah yang
Tidak Optimal

120 hari
PATOFISIOLOGI
“ANEMIA”
oke
MANIFESTASI KLINIS
“ANEMIA”
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala apabila diklafikasikan menurut organ
yang terkena sebagai berikut :
1) Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah,
palpitasi, takikardi, sesak nafas saat beraktifitas,
agina pektoris dan gagal jantung.
2) Sistem syaraf : sakit kepala, pusing, telinga
mendengung, mata berkunang-kunang, kelemahan
otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin
pada bagian ekstremitas.
Gejala-gejala apabila
diklafikasikan menurut
organ yang terkena
sebagai berikut :
3) Sistem uragenital :
gangguan sirkulasi
menstruasi dan libido
menurun.
4) Epitel : warna pucat pada
kulit dan mukosa,
elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan
halus
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
“ANEMIA”
Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan laboratorium
hematologi
Tes penyaring
Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan laboratorium
nonhematologi:
Tes hemoglobin pada feses
Pemeriksaan darah tepi
Kadar Besi
Tes fungsi hati
Pemeriksaan penunjang lain
Radiologi : torak, bone
survey, USG, atau
limfangioggrafi.
PENGOBATAN
“ANEMIA”
Pengobatan harus ditunjukan
pada penyebab anemia sebagai
berikut :
1) Tranfusi darah
2) Kortikosteroid atau obat-
obatan lainnya yang
menkan sistem kekebaalan
tubuh
3) Erythropoirtin, obat yang
membantu sumsum tulang
membuat sel-sel darah
merah.
Suplemen zat 4) Suplemen zat besi,
besi
vitamin B12, asam folat,
atau vitamin dan mineral
lainnya
PENCEGAHAN
“ANEMIA”
Pencegahan
anemia
1) Makan makanan yang
bergizi (berprotein
tinggi dan
mengandung zat
besi)
2) Membatasi
penggunaan alkohol
3) Periksa ke dokter jika
gejala timbul
PELAYANAN KESEHATAN
“ANEMIA”
Penyakit anemia bisa
di tangani pada
hampir semua rumah
sakit, seperti rumah
sakit yang berada di
daerah Surabaya :
1. R.S Adi Husada
2. R.S Dr. Soetomo
3. R.S RSAL
4. R.S RSI, dll
Alur Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat yang
Menggunakan JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan
Masyarakat)
Kartu Pelayanan
Kesehatan
KLASIFIKASI
ANEMIA
Definisi
“Anemia Aplastik”
(Anemia
Normositik)
Anemia
aplastik
suatu k adalah
ondisi d
sumsum i mana
ik tulang g
a p l as t membua ag al
e m i a ia t sel-se
An n a n e m secara n
ormal.
l darah
r u p a k a si t er tulang a sum-sum
m e n o r m o dalah ja
k r o m i k le h lembut, ringan
mon o b k a n o mengan
d i se b a lemak d dung
ya n g u m s u m i pusat
n g s i s tulang.
disf u m ik a n
, s ed e g
t u la n g ah y a n
e l d a r
n g g a s n t i.
s e h i k d ig a
t id a
mati

Definisi Anemia Aplastik


Etiologi
“Anemia Aplastik”
Etiologi Anemia
Aplastik

Etiologi
1. Faktor Genetik
2. Obat-obatan dan
Bahan Kimia
3. Infeksi
4. Iradiasi
5. Kelainan Imunologis
6. Idiopatik
“Patofisiologi”
Anemia Aplastik
Anemia Aplastik
Manifestasi,
Hsl Pem Diagnostik,
dan Komplikasi
“Anemia Aplastik”
Hasil Pemeriksaan
Manifestasi Klinis Diagnostik

1) Kelelahan, Pucat, Detak 1. Sel darah


Jantung cepat, sesak 2. Laju endap darah
napas dg olahraga, 3. Faal hemostatik
2) Gejala perdarahan 4. Sumsum tulang
3) Tanda-tanda infeksi
dapat berupa ulserasi
mulut atau tenggorokan,
febris, dan sepsis. Komplikasi
4) Organomegali dapat 1. Gagal jantung akibat
berupa hepatomegali dan anemia berat
splenomegali.
2. Kematian akibat infeksi
dan perdarahan apabila
sel-sel lain ikut
terkena
Penatalaksanaan
dan Prognosis
“Anemia Aplastik”
Penatalaksanaan atau Terapi
1. Terapi Kausal
2. Terapi Suportif
3. Terapi untuk Memperbaiki Fungsi Sumsum
Tulang
4. Terapi definitif

Pognosis
Anemia aplastik yang tidak diobati dapat
mengakibatkan kematian cepat, transplatasi sumsum
tulang yang telah berhasil pada orang muda, dengan
tingkat kelangsungan hidup jangka panjang sekitar
80%, orang tua memiliki tingkat kelangsungan hidup
40-70 %.
Definisi dan Etiologi
Anemia Defisiensi Besi
(Anemia Mikrositik)
Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul
akibat kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang
pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.

Etiologi
1. Pendarahan
2. Kurangnya asupan makanan
3. Gangguan penyerapan
Patofisiologi
Anemia Defisiensi Besi
Pendarahan Menahun

Kehilangan zat besi

Penurunan cadangan zat besi (Iron


depleted state)

Gangguan bentuk eritrosit (iron deficient


erythropoesis)

Anemia hipokromik mikrositer (iron


deficient anemia)
Manifestasi Klinis
Anemia Defisiensi Besi
Gejala Klinis
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia yang disebut sebagai sindrom anemia
dijumpai pada anemia defisiensi jika kadar hemoglobin turun
di bawah 7-8 gr/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu,
cepat lelah, mata berkunang-kunang
2. Gejala khas akibat defisiensi besi
a) Koilorikia
b) Atrofi papilla lidah
c) Stomatitis angularis
d) Disfagia
e) Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
3. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala
penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi. Misalnya
pada anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai
dyspepsia, parotis membengkak, dan kelit telapak tangan
berwarna kuning.
Pemeriksaan Lab
Anemia Defisiensi Besi
Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar hemoglobin (Hb) dan indeks eritrosit.
2. Kadar besi serum <50 mg/dl, total iron
binding capacity (TIBC) meningkat >350
mg/dl, dan saturasi transferin <15 %.
3. Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi,
maka feritin serum sampai dengan 60 Ug/dl.
4. Protoporfirin eritrosit meningkat (>100
Ug/dl).
5. Sumsum tulang. Menunjukkan hyperplasia
normoblastik dengan normoblastik kecil-kecil
dominan.
Pengobatan
dan Komplikasi
Anemia Defisiensi Besi
Penatalaksanaan Medis atau Terapi
1. Terapi Kausal
2. Pemberian Preparat Besi untuk Mengganti
Kekurangan Besi dalam Tubuh
3. Pengobatan Lain
4. Makanan yang banyak mengandung zat besi

Kemungkinan komplikasi
Biasanya tidak ada komplikasi. Namun,
anemia difesiensi besi mungkin dapat kembali
terjadi lakukan kontrol rutin tindak lanjut
dengan penyedia layanan kesehatan. Anak-
anak dengan gangguan ini mungkin lebih
berisiko untuk terserang infeksi
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA KLIEN ANEMIA
PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a) Keluhan Utama : Pada klien anemia
biasanya mengeluhkan cepat lelah dengan
adanya kelemahan fisik, pusing dan sakit
kepala, gelisa, diaphoresis (keringat
dingin), takikardia, sesak nafas, serta
kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau
syok
b) Riwayat Penyakit Dahulu
c) Riwayat Psikososial

2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing), B2 (Bleeding), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel)
dan B6 (Bone)
DIAGNOSIS
dan
INTERVIENSI
Diagnosis :
Aktual / resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang
berhubungan dengan menurunnya pengangkutan oksigen ke
jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah merah di
sirkulasi.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria: klien tidak mengeluh pusing, tanda-tanda vital dalam
batas normal, konjungtiva merah (tidak pucat), CRT < 3
detik, urine > 600 ml/hari.
Intervensi
1. Kaji status mental klien secara teratur.
2. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan penurunan sel darah
merah.
Rasiolnal
3. Mengetahui derajat hipoksia pada otak.
4. Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh
kekurangan kofaktor untuk eritropoesis, seperti: asam folat,
vitamin B12, dan besi.
Diagnosis :
Aktual/risiko tinggi nyeri yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan
miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium,
peningkatan produksi asam laktat.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat
penurunan respons nyeri dada.
Kriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri
dada, secara objektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas
normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine
> 600 ml/hari.
Intervensi
1. Catat krekteristik nyeri, lokasi, intensitas, serta lama dan
penyebarannya (P, Q, R, S, T).
2. Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
Rasional
3. Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi
sebagai temuan pengkajian.
4. Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang
berdampak pada kematian mendadak.
?
ANY
??

Anda mungkin juga menyukai