Anda di halaman 1dari 29

Dental Floss

PBL 7

MARSHA ALEXANDRA
BELLA FIANA PUTRI
LULU AMANDA UTAMI
CAROLINA AYU
FITRIA CHAERUNNISA
TASYA SHAKINA
MAYANG AYONDYA
MULIAWATI SAIDAH KHAERANI
DHIATFA AMANDA
SYARIFAH INA
SHELLA CAHYA WIJAYA
Dental floss atau benang gigi merupakan alat
bantu untuk membersihkan sela-sela gigi dan di
bawah gingiva.
Flossing dapat membantu menghilangkan plak
dari sela-sela gigi dan berperan dalam mengurangi
karies.
Kombinasi menyikat gigi dengan pasta gigi
mengandung fluoride dan melakukan flossing lebih
efisien dibandingkan dengan hanya menyikat gigi
saja.
Jenis-jenis Dental Floss

1. Berdasarkan bentuk
 Bentuk gulungan – Bentuk bertangkai
2. Berdasarkan bahan
 Nylon (multifilament floss)
Tersedia dalam sediaan waxed dan unwaxed, dalam
berbagai rasa. Jenis ini terdiri dari banyak helai nilon,
sehingga kadang mudah robek, terutama di sela gigi yang
rapat
Unwaxed floss adalah floss nylon tipis yang terdiri dari
sekitar 35 helai. Jenis ini sesuai untuk sela-selagigi yang
rapat, namun bahan ini tidak kuat terhadap robekan.
Waxed floss adalah floss nylon standar dengan lapisan
wax tipis. Tidak mudah robek, namun keberadan wax
membuatnya lebih sulit digunakan untuk sela-sela gigi
yang rapat. Jenis ini juga dapat meninggalkan wax pada
permukaan gigi yang dapat menghambat penyerapan
fluor dari pasta gigi maupun fluor topical.
PTFE (polytetrafluoroethylene) atau
(monofilament floss)
Jenis ini lebih mahal, tetapi lebih halus sehingga
dapat mudah bergerak bahkan di sela gigi yang
rapat sekalipun, dan sifatnya tahan robek.
Namun sebenarnya ke dua di atas jika digunakan
dengan baik, sama-sama efektif dalam
menghilangkan debris dan plak
Perbedaan nylon floss dan PTFE floss
 
Bagi orang yang memiliki ruangan sela gigi yang
besar, misalnya akibat bedah gusi, dokter gigi
menyarankan untuk menggunakan alat pembersih
lain untuk membersihkan sela gigi, misalnya
dengan menggunakan sikat gigi interdental.
Langkah-langkah melakukan flossing (jenis gulungan) :

Ambil dental floss sepanjang kurang lebih 30-45 cm,


lalu putar ringan kedua ujungnya pada jari tengah agar
tidak lepas
Ibu jari dan telunjuk tempat floss tidak lebih dari 2 cm
jaraknya, agar dapat mengendalikan floss dengan baik
Lewatkan floss perlahan melalui titik kontak dengan
menggerakkan floss ke arah bukolingual sampai masuk
perlahan-lahan. Hindari pemaksaan yang kasar karena
dapat membuat trauma papilla interdental
Gerakaan floss dengan perlahan ke arah oklusogingival
dan bukolingual terhadap tiap permukaan proksimal
Gunakan bagian dental floss yang masih bersih atau
belum terpakai untuk membersihkan sela gigi
lainnya. Jika memakai bagian dental floss yang
sudah dipakai, dikhawatirkan dapat menyebarkan
bakteri dari satu gigi ke gigi lainnya
Setelah melakukan flossing pada semua gigi, kumur
mulut untuk mengeluarkan plakdan debris yang
berada pada ruang interdental
Silver Diamine Flouride (SDF)
PBL 7

MARSHA ALEXANDRA
BELLA FIANA PUTRI
LULU AMANDA UTAMI
CAROLINA AYU
FITRIA CHAERUNNISA
TASYA SHAKINA
MAYANG AYONDYA
MULIAWATI SAIDAH KHAERANI
DHIATFA AMANDA
SYARIFAH INA
SHELLA CAHYA WIJAYA
Silver Diamine Flouride (SDF)

Sudah digunakan sejak 1969 di beberapa negara,


yaitu brazil, argentina, australia,mexico dan jepang
cost-effective (harga terjangkau)
mudah diaplikasikan
tidak memerlukan pelatihan yang rumit kepada
operator
Kandungan Ag(NH3)2F : silver, amino, flouride
Indikasi SDF

Karies dentin dan enamel


Pada gigi sulung anak , terutama yang kurang
kooperatif
Kontraindikasi

Menurut Donley (2003), kontraindikasi flour :


 pasien anak dengan resiko karies rendah
 pasien yang tinggal di kawasan dengan air
minum berfluor
 ada kavitas besar yang terbuka
Kegunaan SDF

• secara langsung dapat menghambat dan mencegah


karies untuk berkembang  menghentikan proses
karies (arrest caries)
• menghambat Streptococcus mutans dan
Lactobacillus acidophilus (bakteri penyebab karies
dentin)
• menghambat demineralisasi dentin dan
memproteksi kolagen dari kerusakan
SDF memiliki efek menghambat yang tergantung
pada konsentrasinya (concentration-dependent
inhibitory effect) pada 3 MMPs yang ada di dentin
MMPs adalah endopeptidase yang terkait dengan
logam (metal-dependent endopeptidases) yang biasa
dikenal sebagai matriksin.
MMPs yang terdapat dalam dentin :
 MMP-8 (neutrofil kolagenase) yang mampu mendegradasi
triple-helical fibrilar collagens menjadi fragmen ¾ dan ¼.
 MMP-2 dan MMP-9 adalah gelatinase, yang mendegradasi
kolagen tipe IV
Silver Diamine Flouride (SDF)

Larutan 38% SDF adalah cairan yang tidak


berwarna, mengandung 44800 ppm ion fluoride dan
konsentrasi silver yang tinggi (253,870 ppm) yang
dapat menghambat hingga 80% aktivitas MMPs
Arrested Dentine Caries

Karies dentin terhenti adalah karies dentin yang


menunjukkan tidak adanya progress lebih lanjut.
Ciri-ciri
 Dentin inaktif secara mikrobiologis

 Kekerasan permukaan dentin mendekati dentin


sehat
 kandungan fluoride tinggi  hipermineralisasi.

 Lesi kariesnya memiliki pigmentasi coklat-


kehitaman dan keras pada pemeriksaan probing
Cara Aplikasi SDF
Sebelum prosedur dimulai seluruh permukaan
mukosa pada kavitas oral ditutup menggunakan
vaseline untuk melindungi dari mild burning
sensation akibat SDF.
Isolasi dari gigi dilakukan dengan bantuan cotton
rolls dan suction
 Penutup botol dibuka sesaat sebelum aplikasi dan
tetesan dari solusi tersebut dikeluarkan ke
microbrush atau cotton pellet.
Kemudian diaplikasikan selama 3-4menit pada
seluruh permukaan gigi dengan karies email atau
karies dentin
Cara Aplikasi SDF

sesuai prosedur pabrik, setelah 3-4 menit aplikasi,


pasien dibolehkan untuk membersihkan mulutnya
dengan berkumur menggunakan air distilasi
ataupun air saline.
Aplikasi SDF pada interproksimal insisif
maksila anak usia 5 tahun

gambaran klinis gambaran klinis


sebelum diaplikasikan setelah di aplikasikan
SDF SDF
Keuntungan SDF

Mengontrol nyeri dan infeksi. SDF efektif dalam


menghentikan perkembangan karies yang jika tidak
dirawat akan menyebabkan nyeri dan infeksi
Biaya terjangkau. Biaya pada perawatan dengan SDF
rendah, dan terjangkau pada kebanyakan komunitas.
Perawatan yang mudah. Prosedurnya mudah,
sehingga mengijinkan non-dental professional
seperti pekerja kesehatan dengan mudah dilatih
untuk mengaplikasikan SDF pada anak.
Keuntungan SDF

Alat-alat yang dibutuhkan minimal. Perawatan SDF


tidak memerlukan peralatran yang mahal atau
infrastruktur seperti listrik dan pipa air. Sehingga
mudah untuk dilakukan pada area yang jauh.
Sebagai perawatan non-invasif, sehingga risiko
penyebaran infeksi sangat rendah.
Kerugian SDF
Lesi yang terkena SDF akan menjadi hitam.
SDF menghentikan karies dengan cara membentuk
lapisan non permeabel yang keras, bewarna hitam
pada permukaan gigi, yang resisten terhadap karies.
Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan
pasien anak dan orangtuanya karena hasil yang
kurang estetik.
Konsentrasi fluoride yang tinggi dapat menjadi
toksik ketika ditelan dalam jumlah yang besar
SDF juga memiliki rasa metallic (logam), yang tidak
begitu menyenangkan bagi pasien ketika
diaplikasikan SDF.
Daftar Pustaka

Chu CH, Lo ECM. Promoting Caries Arrest in


Children With Fluoride : A Review. Oral Heal Prev
Dent. 2008;6(4):315-321.
2. Rosenblatt a, Stamford TCM, Niederman R. Silver
diamine fluoride: a caries “silver-fluoride bullet”. J
Dent Res. 2009;88(2):116-125.
3. Mei ML, Li Q, Chu C, Lo EC, Samaranayake LP.
Antibacterial effects of silver diamine fluoride on
multi-species cariogenic biofilm on caries. Ann Clin
Microbiol Antimicrob. 2013;12(1):1.
Daftar Pustaka

Dos Santos VE, de Vasconcelos FMN, Ribeiro AG,


Rosenblatt A. Paradigm shift in the effective
treatment of caries in schoolchildren at risk. Int Dent
J. 2012;62(1):47-51.
Mei ML, Li QL, Chu CH, Yiu CKY, Lo ECM. The
inhibitory effects of silver diamine fluoride at
different concentrations on matrix
metalloproteinases. Dent Mater. 2012;28(8):903-
908.
Daftar Pustaka

Mei M, Chu C, Low K, Che C, Lo E. Caries arresting


effect of silver diamine fluoride on dentine carious
lesion with S . mutans and L . acidophilus dual-
species cariogenic biofilm. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal. 2013;18(6):824-831.
Chu CH, Lo ECM. Microhardness of dentine in
primary teeth after topical fluoride applications. J
Dent. 2008;36(6):387-391.
Thank You 

Anda mungkin juga menyukai