Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH K3, ORGANISASI DAN

PERUNDANG-UNDANGAN K3

ZUHANA HAYUN, SKM, M.Kes


Sebagai gambaran sejarah K3: Kurang
lebih tahun 1700 SM. Raja Hamurabi dari
kerajaan Babylonia dalam kitab undang-
undangnya menyatakan bahwa: ” Bila
seorang ahli banguanan membuat rumah
untuk seseorang dan pembuatannya tidak
dilaksanakan dengan baik sehingga rumah
itu roboh dan menimpa pemilik rumah
hingga mati, maka ahli bangunan tersebut
dibunuh”
Zaman Mozai lebih kurang 5 abad
setelah Hamurabi, dinyatakan bahwa
ahli bangunan bertanggungjawab atas
keselamatan para pelaksana dan
pekerjanya, dengan menetapkan
pemasangan pagar pengaman pada
setiap sisi luar atap rumah.
Leih kurang 80 tahun sesudah masehi, Plinius
seorang ahli Encyclopedia bangsa Roma
mensyaratkan agar para pekerja tambang
diharuskan memakai tutup hidung.
Tahun 1450 Dominico Fontana diserahi tugas
membangun obelisk ditengah lapangan St. Pieter
Roma. Ia selalu mensyaratkan agar para pekerja
memakai topi baja.
Di Inggris pada mulanya aturan perundangan yang
hampir sama telah diberlakukan, namun harus
dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah
terjadi karena kesalahan si korban. Jika terbukti
bahwa kecelakaan yang terjadi adalah akibat
kesalahan atau kelalaian si korban maka ganti rugi
tidak akan diberikan.
HW. Heinrich dalam bukunya yang terkenal
”Industri Accident Prevention ”(1931), dianggap
sebagai suatu titik awal, yang bersejarah bagi
semua gerakan keselamatan kerja yang
terorganisir secara terarah. Pada hakekatnya,
prinsip-prinsip yang dikemukakan Heinrich di
tahun 1931 adalah merupakan unsur dasar bagi
program keselamatan kerja yang berlaku saat ini.
Sejarah keselamatan kerja di Negara Indonesia
(k3) dimulai setelah Belanda datang ke Indonesia
pada abad ke-17. Pada saat itu, masalah
keselamatan kerja di wilayah Indonesia mulai
terasa untuk melindungi modal yang ditanam
untuk industri. Saat jumlah ketel uap yang
digunakan industri Indonesia sebanyak 120 ketel
uap, sehingga munculah undang-undang mengenai
kerja ketel uap di tahun 1853.
Pada tahun 1898, jumlah ketel uap yang digunakan
industri kerja semakin bertambah menjadi 2.277
ketel uap. Tahun 1890 kemudian dikeluarkan
ketetapan tentang pemasangan dan pemakaian
jaringan listrik di wilayah Indonesia. Menyusul
pada tahun 1907, dikeluarkan peraturan tentang
pengangkutan obat, senjata, petasan, peluru dan
bahan-bahan yang dapat meledak dan beresiko
pada keselamatan kerja.
Undang-undang pengawasan kerja yang memuat
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3
dikeluarkan tahun 1916. Pada tahun 1927 lahir
undang-undang gangguan dan di tahun 1930
pemerintah Hindia Belanda merevisi undang-
undang ketel uap.
Pada saat terjadi perang dunia ke II, tidak banyak
catatan sejarah mengenai keselamatan serta
kesehatan industri kerja, dikarenakan saat itu
masih dalam suasana perang sehingga banyak
industri yang berhenti beroprasi. Sejak jaman
kemerdekaan, sejarah keselamatan kerja
berkembang sesuai dengan dinamika bangsa
Indonesia.
Beberapa tahun setelah Proklamasi, undang-undang
kerja dan undang-undang kecelakaan (terutama
menyangkut masalah kompensasi) mulai dibuat. Di
tahun 1957 didirikanlah Lembaga Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Sedangkan di tahun 1970, undang-undang no I
tentang keselamatan kerja dibuat. Undang-undang
ini sendiri dibuat sebagai pengganti Veiligheids
Reglement tahun 1920. Sejarah berikutnya pada
tahun 1969, berdirilah ikatan Higiene Perusahaan,
Kesehatan dan keselamatan kerja, dan di tahun
1969 dibangun laboratorium keselamatan kerja.
Di tahun 1957, diadakan seminar nasional Higiene
Perusahaan dan Keselamatan Kerja K3 dengan
tema penerapan Keselamatan Kerja Demi
Pembangunan. Tepatnya di bulan Februari 1990,
Fakultas Kedokteran Unissula yang bekerja sama
dengan Rumah Sakit Sultan Agung Semarang
menyelenggarakan symposium gangguan
pendengaran akibat kerja yang dibuka oleh
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia yang
pada saat itu dijabat oleh Cosmas Batubara.
Penerapan ilmu pengetahuan K3 dimulai
pada abad 18 dengan munculnya industri
tenun, penemuan ketel uap untuk keperluan
industri.
Tenaga uap sangat bermanfaat bagi dunia
industri, namun pemanfaatannya juga
mengandung risiko terhadap peledakan
karena adanya tekanan.
Selanjutnya menyusul revolusi listrik, revolusi
tenaga atom dan penemuan-penemuan baru di
bidang teknik dan teknologi yang sangat bermanfaat
bagi umat manusia.
Disamping manfaat tersebut, pemanfaatan teknik
dan teknologi dapat merugikan dalam bentuk risiko
terhadap kecelakaan apabila tidak diikuti dengan
pemikiran tentang upaya K3.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai