Epidemiologi
Dunia
●
51 juta jiwa (2013)
Indonesia
●
4,5 juta jiwa (IDF 2013)
Penyebab KEP terbagi menjadi dua yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi
sekunder.
Malnutrisi primer asupan protein maupun energy yang tidak adekuat
Etiologi Malnutrisi sekunder adanya kebutuhan yang meningkat, menurunnya
absorpsi dan/ atau peningkatan kehilangan protein maupun energy dari
tubuh,
KEP juga bisa terjadi karena beberapa factor :
faktor sosial dan ekonomi seperti kemiskinan
faktor lingkungan yaitu tempat tinggal yang padat penduduk dan
tidak bersih.
Selain itu pemberian ASI dan makanan tambahan yang tidak
adekuat juga menjadi penyebab terjadinya masalah KEP.
Marasmus adalah gangguan gizi akibat kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya.
Manifestasi d. Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang, bokong kendur dan
h. Tekanan darah biasanya lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
Iga gambang dan perut
cekung.
Patofisiologi
Marasmus
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila :
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa
anak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan
lemak bawah kulit terutama pada kedua lengan bahu, lengan, bokong, dan
paha; tulang iga terlihat jelas dengan atau tanpa adanya edema.
Nilailah tanda-tanda bahaya umum atau tanda-tanda darurat dan catat riwayatnya.
Tipe diare; encer, darah, lendir Diketahui atau tersangka infeksi HIV
a. Apakah anak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi
dengan mengukur indeks antropometri
c. Tanda syok : lesu atau tidak sadar; dengan tangan dingin, CRT (> 3 detik), denyut nadi cepat
dan lemah, dan kesadaran menurun
f. Adakah perut kembung, bisisng usus melemah/meningkat, tanda asites, atau adanya suara
seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
g. Tanda defisiensi vitamin A pada mata : bercak bitot, konjungtiva atau kornea yang kering,
ulkus kornea, keratomalasia
Pengukuran
Indeks
Antropometri
Penilaian status gizi dilakukan dengan pengukuran berdasarkan weight for
height or length (W/H), height or length for age (H/A) berdasarkan
klasifikasi WHO yang ditunjukkan pada tabel 1. WHO merekomendasikan
tabel Z-skor atau Standar Deviasi (SD) untuk menilai indeks antropometri.
Tata Laksana
1. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar GD<3 mmol / L atau <54
mg/dl) sehingga harus mendapat makan/gula 10% segera setelah masuk rumah sakit.
Tatalaksana hipoglikemia :
b) Bila F-75 pertama tidak dapat diselesaikan dengan cepat, berikan 50 ml larutan glukosa
atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT
c) Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal 2 hari
d) Bila masih mendapat ASI, teruskan pemberian ASI diluar jadwal pemberian F-75
e) Jika anak letargi, berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak
5ml/kgBB atau larutan glukosa 50 ml dengan NGT
2. Hipotermia (Suhu aksila <35,5° C)
Tatalaksana :
a) Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
c) Ganti pakaian dan selimut yang basah, agar anak dan tempat tidur tetap
kering
d) Hindarkan anak dari situasi dingin (misalnya: Saat dan sesudah mandi, atau
selama pemeriksaan medis).
3. Dehidrasi
1) Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
2) Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik
-Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml / kgBB / jam berselang-seling dengan F-75 dengan
jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Jumlah yang pasti tergantung dari jumlah anak
mau, volume tinja yang keluar dan apakah anak muntah.
-Catatan: Larutan oralit WHO (WHO-ORS) yang biasa digunakan memiliki kadar natrium
tinggi dan kadar kalium rendah; cairan yang lebih tepat adalah ReSoMal
4) Jika masih diare, berikan ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <1 tahun : 50-100 ml
setiap buang air besar, usia ≥ 1 tahun: 100-200 ml setiap buang air besar.
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setengah
jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam beikutnya.
Waspada terhadap gejala kelebihan cairan yang dapat mengakibatkan
gagal jantung dan kematian.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat
5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian
cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
- Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg
SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari
- Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak
sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:
i. Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), lanjut Amoksisilin oral (15
mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau, amoksisilin tdk ada, beri Ampisilin oral (50
mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, ditambah :
iii. Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB
IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah
mendapatkannya, atau jika anak > 9 bulan dan sudah pernah diberi
vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.
6. Defisiensi Zat Gizi Mikro
a) Multivitamin
c) Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
f) Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan
sebelum dirujuk),
Dosis Vitamin A Berdasarkan Usia
7. Pemberian Makanan Awal
a) Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun
rendah laktosa
e) Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
f) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75
yang ditentukan harus dipenuhi.
8. Tumbuh Kejar
a) Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah = F-75 selama 2 hari berturutan.
b) Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian - anak tidak
mampu menghabiskan/tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian
formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula digunakan bubur atau makanan
pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya
sebanding dengan F-100.
- Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan anak)