Anda di halaman 1dari 30

Marasmus

 Kekurangan energi protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang


disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu, sehingga
tidak memenuhi angka kecukupan gizi.
 Gizi buruk adalah terdapatnya edema pada kedua kaki atau adanya severe
wasting (BB/TB <70% atau <-3SD), atau ada gejala klinis gizi buruk
Definisi (kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor).
 Gizi buruk karena kekurangan protein disebut kwashiorkor, marasmus
adalah gizi buruk akibat kekurangan karbohidrat atau kalori, sedaangkan
marasmik-kwashiorkor adalah gabungan keduanya.
 Secara global, prevalensi gizi kurang diperkirakan hampir 26% dan hampir
sepertiga dari itu adalah gizi buruk yaitu sebesar 8%
 Prevalensi tinggi pada anak usia dibawah 5 tahun.
 Gizi buruk merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia.

Epidemiologi
Dunia

51 juta jiwa (2013)

Indonesia

4,5 juta jiwa (IDF 2013)
 Penyebab KEP terbagi menjadi dua yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi
sekunder.
 Malnutrisi primer  asupan protein maupun energy yang tidak adekuat
Etiologi  Malnutrisi sekunder  adanya kebutuhan yang meningkat, menurunnya
absorpsi dan/ atau peningkatan kehilangan protein maupun energy dari
tubuh,
KEP juga bisa terjadi karena beberapa factor :
 faktor sosial dan ekonomi seperti kemiskinan
 faktor lingkungan yaitu tempat tinggal yang padat penduduk dan
tidak bersih.
 Selain itu pemberian ASI dan makanan tambahan yang tidak
adekuat juga menjadi penyebab terjadinya masalah KEP.
Marasmus adalah gangguan gizi akibat kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya.

a. Anak tampak sangat kurus

b. Wajah seperti orang tua (old man face)

Tanda dan c. Perubahan mental, cengeng

Manifestasi d. Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang, bokong kendur dan

Klinis keriput (baggy pants)

e. Otot atrofi sehingga kontur tulang terlihat jelas

f. Kulit keriput, kering, dan mengendor

g. Iga gambang dan perut cekung

h. Tekanan darah biasanya lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
 Iga gambang dan perut
cekung.
Patofisiologi
Marasmus
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila :

a. BB/TB <-3 SD atau <70% dari median (Marasmus)

b. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (Kwashiorkor:

Diagnosis BB/TB >-3SD atau Marasmik-Kwasiorkor: BB/TB <-3SD)

 Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa
anak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan
lemak bawah kulit terutama pada kedua lengan bahu, lengan, bokong, dan
paha; tulang iga terlihat jelas dengan atau tanpa adanya edema.
Nilailah tanda-tanda bahaya umum atau tanda-tanda darurat dan catat riwayatnya.

 Asupan makanan dan cairan beberapa  Batuk > 2 minggu

hari terakhir  Kontak dengan penderita TB, campak

 Diet (pola makan) atau kebiasaan


 Berat bayi lahir
makan sebelum sakit
Penilaian Awal  Riwayat pemberian ASI
 Riwayat tumbuh kembang, imunisasi,
apakah tiap bulan ditimbang
Gizi Buruk  Lama dan frekuensi diare dan muntah  Lingkungan keluarga

 Tipe diare; encer, darah, lendir  Diketahui atau tersangka infeksi HIV

 Kehilangan berat badan

 Keadaan keluarga; misal penyakit dan


penyebab kematian keluarga
Pada pemeriksaan fisik dapat dicari adanya :

a. Apakah anak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi
dengan mengukur indeks antropometri

b. Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk

c. Tanda syok : lesu atau tidak sadar; dengan tangan dingin, CRT (> 3 detik), denyut nadi cepat
dan lemah, dan kesadaran menurun

d. Demam (suhu ≥ 37,5 °) atau hipotermia (suhu <35, 5 ° C).

e. Pembesaran hati dan icterus

f. Adakah perut kembung, bisisng usus melemah/meningkat, tanda asites, atau adanya suara
seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)

g. Tanda defisiensi vitamin A pada mata : bercak bitot, konjungtiva atau kornea yang kering,
ulkus kornea, keratomalasia

h. Focus infeksi : telinga, tenggorokan, paru, kulit.


 Status gizi anak <2 tahun dihitung dengan menggunakan tabel Berat Badan
sesuai Panjang Badan (BB / PB); Sementara anak berumur ≥ 2 tahun
ditentukan dengan menggunakan tabel Badan Berat sesuai Badan Tinggi
(BB / TB).
Tabel. Status Gizi Secara Klinis dan Antropometri (BB/PB atau BB/TB).

Pengukuran
Indeks
Antropometri
Penilaian status gizi dilakukan dengan pengukuran berdasarkan weight for
height or length (W/H), height or length for age (H/A) berdasarkan
klasifikasi WHO yang ditunjukkan pada tabel 1. WHO merekomendasikan
tabel Z-skor atau Standar Deviasi (SD) untuk menilai indeks antropometri.

Tabel. Klasifikasi Malnutrisi menurut WHO.


Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 2 fase, yaitu fase
stabilisasi dan fase rehabilitasi.

Tata Laksana
1. Hipoglikemia

 Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar GD<3 mmol / L atau <54
mg/dl) sehingga harus mendapat makan/gula 10% segera setelah masuk rumah sakit.

 Jika kadar GD awal rendah, ulangi pengukuran setelah 30 menit terapi.

Tatalaksana hipoglikemia :

a) Segera beri F-75 pertama atau modifikasi bila penyediaannya memungkinkan

b) Bila F-75 pertama tidak dapat diselesaikan dengan cepat, berikan 50 ml larutan glukosa
atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT

c) Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal 2 hari

d) Bila masih mendapat ASI, teruskan pemberian ASI diluar jadwal pemberian F-75

e) Jika anak letargi, berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak
5ml/kgBB atau larutan glukosa 50 ml dengan NGT
2. Hipotermia (Suhu aksila <35,5° C)

Tatalaksana :

a) Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).

b) Tutup dengan selimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah


langsung ke anak), atau lampu di gantung, atau letakkan anak langsung di
atas dada atau lambung, dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila
menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm
dari tubuh anak.

c) Ganti pakaian dan selimut yang basah, agar anak dan tempat tidur tetap
kering

d) Hindarkan anak dari situasi dingin (misalnya: Saat dan sesudah mandi, atau
selama pemeriksaan medis).
3. Dehidrasi

1) Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok.

2) Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik

-Beri 5 ml / kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama

-Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml / kgBB / jam berselang-seling dengan F-75 dengan
jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Jumlah yang pasti tergantung dari jumlah anak
mau, volume tinja yang keluar dan apakah anak muntah.

-Catatan: Larutan oralit WHO (WHO-ORS) yang biasa digunakan memiliki kadar natrium
tinggi dan kadar kalium rendah; cairan yang lebih tepat adalah ReSoMal

3) Selanjutnya diberikan F-75 secara teratur setiap 2 jam

4) Jika masih diare, berikan ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <1 tahun : 50-100 ml
setiap buang air besar, usia ≥ 1 tahun: 100-200 ml setiap buang air besar.
 Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setengah
jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam beikutnya.
 Waspada terhadap gejala kelebihan cairan yang dapat mengakibatkan
gagal jantung dan kematian.
 Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat
5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian
cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.

 Tabel 4. Komposisi ReSoMal (Shakur et al, 2018)


4. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

a) Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium,


yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan
ke dalam F-75, F-100 atau ReSoMal

b) Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi

c) Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl).


5. Infeksi

Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:

a) Antibiotik spektrum luas. Pemilihan antibiotik sebagai berikut :

- Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg
SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari

- Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak
sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:

i. Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), lanjut Amoksisilin oral (15
mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau, amoksisilin tdk ada, beri Ampisilin oral (50
mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, ditambah :

ii. Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.

iii. Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB
IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
 Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah
mendapatkannya, atau jika anak > 9 bulan dan sudah pernah diberi
vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.
6. Defisiensi Zat Gizi Mikro

Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

a) Multivitamin

b) Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)

c) Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)

d) Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)

e) Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)

f) Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan
sebelum dirujuk),
Dosis Vitamin A Berdasarkan Usia
7. Pemberian Makanan Awal

a) Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun
rendah laktosa

b) Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral

c) Energi: 100 kkal/kgBB/hari

d) Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari

e) Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)

f) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75
yang ditentukan harus dipenuhi.
8. Tumbuh Kejar

a) Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah = F-75 selama 2 hari berturutan.

b) Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian - anak tidak
mampu menghabiskan/tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian
formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula digunakan bubur atau makanan
pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya
sebanding dengan F-100.

c) Setelah transisi bertahap, beri anak:

- Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan anak)

- Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari

- Protein: 4-6 g/kgBB/hari


9. Stimulasi Sensorik dan Emosional

a) Ungkapan kasih sayang

b) Lingkungan yang ceria

c) Terapi bermain terstruktur selama 15–30 menit per hari

d) Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat

e) Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi


makan, memandikan, bermain)

f) Sediakan mainan yang sesuai dengan umur anak


10. Persiapan Pulang

 Bila telah tercapai BB/TB > -2 SD (setara dengan >80%) dapat


dianggap anak telah sembuh.

 Anak mungkin masih mempunyai BB/U rendah karena anak


berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi
harus tetap dilanjutkan di rumah.
 Tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilakukan.
 Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian
Prognosis juga sering disebabkan karena adanya infeksi.

Anda mungkin juga menyukai