Anda di halaman 1dari 10

Keperawatan komunitas

strategi penanganan pada penyakit


infeksi demam tifoid

Kelompok 5 S1 kep 3b
1. Diana oktavia
2. Endah putri
3. Nadia astuti
dosen pembimbing
Ns. Pera putra bungsu, M.Kep,Sp.Kep.Kom
Penjelasan singkat

Demam tifoid atau dikenal dengan penyakit tifus adalah


penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi
yang menyebabkan infeksi akut pada saluran pencernaan
Penyebab terrjadinya penyakit tifus ini adalah kualitas
kebersihan dari pribadi dan lingkungan yang tidak terjaga.
akibatnya bakteri ini masuk melalui makanan yang sudah
terkontaminasi dengan kuman
Gejala awal yang dirasakan oleh penderita adalah demam
dengan suhu yang tidak terlalu tinggi, batuk kering, lemah
dan lelah, berkeringat, diare, dan mual
kasus

dikabupaten pasaman barat tepatnya didesa pujurahayu


ada seorang remaja berusia 18 tahun masuk kerumah sakit
dengan gejala demam, diare, lemah lesu dan nyeri perut.
Setelah beberapa hari dirawat dirumah sakit ia terdiagnosis
terkena demam tifoid atau tifus. Remaja tersebut tinggal
bersama ayah dan adiknya, karena ibunya sudah lama
pisah tempat tinggal dengan ayahnya. Selama ibunya tidak
dirumah, ia sering membeli makanan dan jajan
sembarangan. Ia sering membeli makanan ditempat
penjual yang tidak terlalu mementingkan kebersihan dan
terkadang ia juga sering lupa mencuci tangan ketika
hendak memegang makanan. Ia pun juga mengalami
kelelahan karena harus ikut bekerja dengan ayahnya
mengangkut buah sawit.
Strategi penanganan penyakit
infeksi demam tifoid

1. Edukasi pasien
Pasien tifoid harus diedukasi mengenai perjalanan penyakit,
penularan dan kemungkinan komplikasi yanag akan timbul.
Pasien diminta untuk istirahat yang cukup, mengkonsumsi
makanan lunak agar mudah dicerna dan minum air putih
untuk menjaga hidrasi.
Selain itu pasien diminta untuk berhati hati saat buang air
kecil maupun besar dan mempersiapkan makanan untuk
orang lain, karena penyakit ini menular melalui rute fekal
dan oral
2. Upaya pencegahan dengan vaksin
a. Vaksin vi kapsuler polisakarida
diberikan pada usia >2 tahun secara intramuskular
di deltoid, dengan pengulangan setiap 3 tahun. Vaksin ini
mencapai level protektif setelah 2-3 minggu pemberian, dan
ditunda bila seseorang demam atau menyusui
b. Vaksin kombinasi vi kapsuler polisakarida hepatitis A inaktif
diberikan pada
usia 16 tahun keatas secara intramuskular di deltoid, dengan
pengulangan setiap 3 tahun. Vaksin kombinasi akan mencapai
level protektif setelah 2-3 minggu pemberian.
Indikasi vaksinisasi adalah
bila hendak mengunjungi daerah endemik, orang yang terpapar
dengan penderita carier tifoid dan petugas laboratorium
c. Vaksin oral Ty 21 a vivotif berna
diberikan pada usia >6 tahun secara oral, dengan
pengulangan setiap 5 tahun.
3. Upaya terhadap lingkungan hidup
a) Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
b) Pembuangan kotoran manusia yang hyginis
c) Pemberantasan lalat
d) Pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan

4. Upaya terhadap individu dan masyarakat


e) Imunisasi
f) Menemukan dan mengawasi carrier tifoid
g) Perbaikan sanitasi lingkungan
h) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
Tindakan primer, sekunder dan tersier

1. Tindakan primer
Merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah
dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain
salmonella typi yang dilemahkan, Mengkonsumsi makanan
sehat agar dapat meningkatkan daya tahan tubuh
memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku
hidup bersih dan sehat dengan cara budaya cuci tangan yang
benar memakai sabun, peningkatam hygiene makanan dan
minuman dengan menggunakan cara cara yang cermat dan
bersih dalam pengolahan, pendinginan sampai penyajian
makanan untuk dimakan, dan perbaikan sanitasi lingkungan
2. Tindakan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara
mendiagnosa penyakit secara dini dan mengadakan
pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk mendiagnosis
penyakit infeksi demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
Pencegahan sekunder dapat berupa
1) Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui
peningkatan usaha surveylans demam tifoid
2) Perawatan umum dan nutrisi
penderita demam tifoid sebaiknya dirawat dirumah sakit.
penderita yang dirawat harus tirah baring dengan
sempurna untuk mencegah komplikasi. Dan nutrisi pada
penderita demam tifoid adalah dengan pemberian cairan
yang cukup baik oral maupun parenteral dan diet yang
mengandung kalori dan protein yang cukup dan
sebaiknya harus rendah serat untuk mencegah
pendarahan dan perforasi
3) Pemberian antibiotik
3. Tindakan tersier
Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi
keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan
sembuh dari demam typoid sebaiknya tetap menerapkan
pola hidup sehat sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan
terhindar dari infeksi ulang demam tifoid.
Pada penderita demam tifoid yang carier perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium pasca penyembuhan untuk
mengetahui apakah kuman bakteri masih ada ada atau
tidak
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai