Anda di halaman 1dari 65

Kegawatdarurata

n Psikiatri
dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ
DEFINISI
Psikiatri kegawatdaruratan (psychiatric emergency):

Cabang psikiatri yang mempelajari tindakan segera dalam rangka upaya


penyelamatan-nyawa maupun upaya pertolongan segera untuk mencegah
terjadinya gangguan berlanjut atau yang bertambah buruk.
DEFINISI

Gangguan Gangguan Gangguan


pada pikiran pada perasaan pada perilaku
STRATEGI UMUM PENANGANAN PASIEN KEGAWATDURATAN
PSIKIATRI
STRATEGI UMUM
• Lakukan penilaian adanya bahaya melukai/menyakiti diri sendiri maupun orang
lain.
• Dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung layanan kesehatan.
• Penting untuk memperhatikan keselamatan staf, anggota tim dan keselamatan
pasien
• Jangan menolong sendiri, minimal 4 orang dalam 1 tim
• Cegah perlukaan
• Cek benda-benda berbahaya yang mungkin disembunyikan seperti senjata,
gunting, pisau atau benda berbahaya lainnya.
• Menyadari bahwa semua pasien memiliki potensi untuk melakukan kekerasan
STRATEGI UMUM PENANGANAN PASIEN KEGAWATDURATAN
PSIKIATRI
MODIFIKASI LINGKUNGAN
• Ciptakan lingkungan dengan kebisingan minimal atau rangsangan minimal untuk
mengurangi kecemasan pasien.
• Pencahayaan ruangan cukup untuk mengurangi ilusi dan mispersepsi lingkungan
yang dapat meningkatkan risiko perilaku kekerasan atau agresif.
• Ciptakan lingkungan yang aman dan tidak mengancam.
STRATEGI UMUM PENANGANAN PASIEN KEGAWATDURATAN
PSIKIATRI
PENGEKANGAN FISIK (Restrain)
• Pembatasan tingkah laku pasien bila pasien tidak dapat dikendalikan
• Pembatasan gerak fisik dapat dihentikan, dicegah, apabila evaluasi yang memadai
telah dibuat dan situasi telah dikuasai
• Jika memungkinkan, pasien perlu ditolong agar ia berusaha mengontrol di dan
diberi tahu akibat dari tingkah lakunya
Cara Pengekangan
● Siapkan peralatan seperti : selimut, ban fiksir dan tenaga (diperlukan sekurang-kurangnya
4 orang untuk pasien dengan badan ukuran sedang). Petugas dengan selimut terbuka di
tangan.
● Apabila sudah dekat dengan pasien, maka selimut ditutupkan ke muka dan kepala paslen.
● Selimut diputar beberapa kali di belakang kepala pasien, sedangkan dua perawat yang
datang dari masing-masing sisi menangkap tangan pasien. Adakalanya dalam keadaan
demikian pasien sudah dapat dibawa ke kamar isolasi.
● Kadang-kadang pasien demikan gaduh gelisahnya, sehingga perlu dijatuhkan dengan cara
dua perawat lain dari samping kiri dan kanan menangkap dan memegang kaki pasien
Cara Pengekangan
● Dalam keadaan terlentang dengan muka tenutup selimut atau seprai, pasien dibawa ke
Kamar isolasi atau ke tempat tidur. Kemudian pasien dikekang tangan dan kakinya
dengan ban fiksir.
● Dalam mengekang hendaknya diperhatikan agar kekangan jangan terlalu kencang atau
kuat, karena hal ini dapat mengganggu peredaran darah ke tangan dan kaki yang dapat
menimbulkan edema atau Iuka.
● Pasien yang dikekang harus sering dimonitor, tidak boleh ditinggalkan di kamar sendirian.
Sebaiknya diatur agar ada petugas berada dekat pasien.
● Berikanlah dorongan kepada pasien agar ia mau mengutarakan pikiran dan perasaan
tentang kejadian yang dialaminya itu.
● Telusurilah situasi yang menyebabkan pasien demikian gelisah dan lepas kendali (out of
control)
ALAT-ALAT UNTUK KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

Alat fiksasi kaki dan Straight jacket: untuk Alat injeksi : spuit 3 cc
tangan: pasien dgn hiperaktifitas
• Kain yg kuat & halus motorik
• 40 cm x 20 cm x 0,5 cm
Selimut
• 2 tali pengikat: utk
manset & ke tempat
tidur
• 4 buah: utk lengan &
tungkai
SEDIAAN OBAT-OBATAN

● ORAL INJEKSI

• Haloperidol tablet 1,5 mg, dan 5 mg • Haloperidol injeksi 5 mg/ml (kerja singkat).

• Klorpromazin tablet 25 mg, 100 mg Catatan: Bukan haloperidol decanoas 50

• Risperidon tablet 2 mg mg/ml (depo, kerja panjang), tidak untuk

• kegawatdaruratan.
Diazepam tablet 5 mg
• Diazepam injeksi 10 mg
• Lorazepam 1 mg, 2 mg
• Klorpromazine injeksi 25 mg
• Propanolol 10 mg, 40 mg
• Difenhidramin injeksi 25 mg/ml
• Triheksifenidil 2 mg
• Sulfas atropin injeksi 0,25 mg/ml
PRINSIP WAWANCARA
HAL YANG PERLU DILAKUKAN
• Lakukan pengkajian pada area yang tertutup (privasi)
• Ciptakan hubungan terapeutik
• Yakinkan bahwa pasien berada di tempat yang aman
• Lakukan komunikasi terapeutik :
o Bicara dengan tenang, ajak pasien untuk tenang
o Vokal jelas dan nada suara tegas
o Intonasi rendah
o Gerakan tidak tergesa-gesa
o Pertahankan posisi tubuh
o Hargai dan bicara dengan sopan kepada pasien
PRINSIP WAWANCARA
HAL YANG HARUS DIHINDARI
• Mengancam dan merasa terancam
• Menertawakan pasien saat melakukan wawancara
• Merasa tidak adekuat ataupun sangat tidak pasti
• Menghakimi
• Marah terhadap keluarga yang membawa
Kegawatdaruratan
Psikiatri

Algoritma Utama
Kegawatdaruratan
Psikiatri
SNPPDI 2019

3B (Kegawatdaruratan)
• Gangguan stres pasca trauma
• Percobaan bunuh diri
• Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM)
• Gaduh gelisah organik (delirium, demensia, penggunaan zat psikoaktif)
• Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
01
GANGGUAN
STRESS PASCA
TRAUMA
DEFINISI

• Suatu sindrom yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat di dalam,


atau mendengar stresor traumatik yang esktrim yang menimbulkan rasa
takut dan tidak berdaya sehingga menghindari mengingat hal-hal tersebut
(Sadock dan Sadock, 2003).
• Jika waktu berlangsung kurang dari 4 minggu maka diarahkan ke diagnosis
reaksi stress akut, dan apabila berlangsung lebih dari 4 minggu (dan
biasanya sampai 6 bulan) maka diarahkan ke diagnosis PTSD.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

• Stresor seperti pengalaman berperang, penyiksaan, bencana alam,


penyerangan, perkosaan, dan kecelakaan serius lainnya.
• Ego defence mechanism imatur seperti regresi, represi, penyangkalan, dan
reaksi formasi.
• Ketidakseimbangan neurotransmiter seperti downregulation reseptor
adrenergik, penurunan kadar endorfin, serta penurunan kortisol plasma dan
urin.
TATALAKSANA

SSRI: Sertralin, Antipsikotik Psikoterapi


paroksetin  (pada kasus berupa terapi
efektivitas, agresi dan perilaku,
tolerabilitas, agitasi berat) kognitif dan
tingkat hiponosis
keamanan
yang baik
02
PERCOBAAN
BUNUH DIRI
DEFINISI

• Kata bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium” yang berarti
“membunuh diri sendiri”.
• Bunuh diri adalah tindakan melukai diri sendiri disertai dengan beberapa
bukti untuk mengakhiri hidup
• 4 Kelompok bunuh diri
1.Orang yang berhasil melakukan bunuh diri
2.Orang yang mengancam melakukan bunuh diri
3.Orang yang telah menjalankan tingkah laku bunuh diri
4.Mereka yang menghancurkan diri (self destruction)
ALASAN SESEORANG PADA PERILAKU BUNUH
MEMILIH BUNUH DIRI: DIRI DAPAT DIJUMPAI:

1. Tidak dapat mengendalikan stres maupun 1. Anxietas dan depresi


krisis
2. Minum alkohol
2. Situasi kehidupan yang sangat sulit dan
3. Adanya penyakit kronik
penuh dengan stress
4. Harga diri yang rendah
3. Tidak mampu mencari jalan keluar yang
lebih baik 5. Kemarahan
4. Adanya halusinasi

5. Waham bersalah
Tanda Perilaku • Perubahan perilaku drastic
Tanda Fisik • Menarik diri • Impulsif
• Tidak memedulikan penampilan diri • Tidak tertarik dengan hal-
• Kehilangan hasrat seksual hal yang dulu disukai • Melukai diri
• Penyalahgunaan alkohol • Mengembalikan semua
• Gangguan tidur
atau zat barang-barang, mengubah
• Kehilangan nafsu makan, BB menurun • Perilaku yang tidak surat wasiat, menitipkan
• Keluhan kesehatan fisik menentu hal-hal yang dicintai

Tanda Pikiran
Tanda Perasaan
• “Saya tidak membutuhkan apa-apa lagi” • Putus asa
• “Saya tidak bisa berbuat apa pun yang baik” • Marah
• “Saya tidak bisa berpikir benar” • Rasa bersalah
• • Kesepian
“Saya berharap saya mati”
• Tidak berarti
• “Segalanya akan lebih baik tanpa saya”
• Sedih
• “Semua masalah saya akan berakhir secepatnya” • Tidak ada harapan
• “Tidak ada yang dapat menolong saya” • Tidak Tertolong
PENILAIAN GAWAT DARURAT UNTUK RESIKO BUNUH DIRI
1. Wawancara untuk mengkaji penyebab
2. Wawancara untuk mengkaji faktor resiko dan faktor protektif
3. Lakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda
Hal yang harus dilakukan
dan dihindari
MANAJEMEN PENCEGAHAN BUNUH DIRI
1. Awasi, jangan biarkan pasien sendirian.

2. Simpan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri

3. Pastikan obat psikiatri diminum dalam jumlah yang sesuai.

4. Buat kontrak dengan pasien bahwa ia tidak akan melakukan tindakan bunuh diri dalam

jangka waktu tertentu

5. Tegakkan hubungan saling percaya dengan pasien

6. Jangan menghakimi perilaku pasien.

7. Tingkatkan harga diri pasien

8. Kerahkan dukungan keluarga atau orang terdekat.

9. Ajak pasien untuk mengenali potensi penyelesaian masalah


TATALAKSANA
Pada keadaan yang mengancam Farmakologi
nyawa
1. Periksa tanda vital 1. Antidepresan (fluoxetine, sertraline,
2. Keadaan umum menurun/ syok: segera berikan fluvoxamine, escitalopram, amitripitin)
infus NaCl 2. Gelisah tapi tidak psikotik  injeksi diazepam
3. Identifikasi cara bunuh diri dan lakukan 10 mg IM atau IV bisa diulang
tindakan life saving 3. Keadaan psikotik  injeksi klorpromazin 100
4. Konsultasikan ke dokter spesialis mg IM atau lebih, inj haroperidol

5. Evaluasi tindakan bunuh diri selama 2 x 24 jam


6. Tempatkan pasien pada perawatan yang aman
7. Ciptakan rasa percaya antara pasien dan petugas
kesehatan
03
SINDROM
NEUROLEPTIK
MALIGNA
DEFINISI
• Merupakan reaksi idiosinkratik mengancam jiwa yang berkaitan dengan penggunaan obat
antagonis dopamine reseptor atau withdrawal obat-obatan dopaminergik, atau obat
antipsikotik.

• Gejala yang dapat muncul berupa demam, perubahan status mental, rigiditas otot, disfungsi
otonom, diaforesis yang profuse, tekanan darah abnormal (hipertensi, hipotensi, atau naik
turun drastis)
Obat-obatan yang dapat
menyebabkan NMS
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
• Syok: tatalaksana syok, dan berikan suntikan nor-adrenalin (Jangan berikan suntikan
adrenalin!)

• Tatalaksana dystonia, parkinsonisme, akatisia, dan NMS

• Psikoedukasi pasien dan keluarga: informasikan gejala efek samping obat pada anggota
keluarga

• Dosis obat anak dan remaja

• Difenhidramin: 12,5-25 mg, IM. Diulang setiap 30 menit sampai dosis maksimal 100 mg/hari.

• Trihexifenidill: Dosis inisial: 0,1-0,2 mg/kgBB/hari; bisa ditingkatkan sampai 0,75


mg/kgBB/hari.
04
GADUH
GELISAH
DEFINISI
Keadaan gaduh gelisah bukan suatu diagnosis, tetapi gambaran perilaku kacau, suara keras
(berteriak-teriak), jalan mondar-mandir, sering melakukan tindak pengrusakan (destructive) dan
permusuhan (hostile).

ETIOLOGI
1.Psikosis Organik
2.Psikosis Fungsional
3.Kecemasan atau Reaksi stress akut
TANDA DAN GEJALA
• Aktivitas motorik yang berlebihan, tidak sesuai dan
tidak bertujuan
• Menyerang
• Kontrol impuls yang buruk
• Postur tegang dan condong ke depan
• Ketakutan dan/atau anxietas yang berat
• Iritabilitas yang dapat meningkat intensitasnya
menjadi perilaku yang mengancam
• Ketidakmampuan untuk menilai situasi dengan baik
• Isi pembicaraan berlebihan dan bersifat menghina
• Tekanan suara keras dan menuntut
• Marah-marah, merasa tidak aman
TATALAKSANA
Oral
Haloperidol
• 2 x 2,5 mg (untuk pasien yang baru pertama kali minum obat antipsikotik)
• 2x 5 mg (untuk pasien yang pernah mendapatkan antipsikotik

Injeksi
• Haloperidol 2,5 - 10 mg (I.M.) diulang setiap 30 menit hingga mencapai dosis maksimal 30
mg
• Diazepam 10 mg (I.V. lebih baik, dapat diberikan I.M. bila I.V sulit dilakukan,kontraindikasi
pada penurunan kesadaran) yang dapat diulang setiap 30 menit hingga mencapai dosis
maksimal 20 mg.
05
DEMENSIA
DEFINISI

• Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat
kronik – progresif

• Terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel (multiple higher cortical function),
termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap (comprehension),
berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai (judgement).

• Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemrosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.
PEDOMAN DIAGNOSTIK DEMENSIA MENURUT PPDGJ III
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan
harian seseorang (personal activities of daily living) seperti : mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, buang air besar dan kecil
2. Tidak ada gangguan kesadaran (clear consiousness).
3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
PENILAIAN
1. Tanyakan pada keluarga/pelaku rawat apakah pernah berobat untuk demensia atau adakah
tanda dan gejala demensia yang mengganggu fungsi sehari-hari.
2. Perhatikan perilaku pasien selama pemeriksaan, adakah tanda-tanda berikut:
a. Tampak bingung/disorientasi
b. Banyak menjawab “tidak ingat/tidak tahu”
c. Meminta keluarga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya
d. Kesulitan menemukan kata, menggunakan kata yang tidak tepat atau tidak dapat
dipahami
e. Kesulitan mengikuti pembicaraan
PENILAIAN
3. Lakukan pemeriksaan status mental & kognitif serta status fungsional (ADL)
4. Lakukan anamnesis singkat dengan fokus pada kemungkinan penyebab agitasi pada demensia
(delirium, nyeri, penggunaan zat/obat, masalah psikososial, sindrom neuropsikiatrik, atau
akibat langsung demensia).
5. Lakukan pemeriksaan fisik, status mental serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi untuk
memastikan penyebab agitasi.
ALGORITMA DEMENSIA
ALGORITMA PEMILIHAN TERAPI AGITASI PADA DEMENSIA
Pemilihan obat untuk
subtype agitasi
INTERVENSI NON FARMAKOLOGIS
Untuk Semua Agitasi
1. Edukasi keluarga tentang demensia dan agitasi
2. Berikan aktivitas terstruktur & rutin
3. Hindari stimulant kurang/berlebihan
4. Gunakan pengaman, batasi akses ke pintu
5. Kurangi isolasi, sering ajak bicara.

Terutama pada agitasi ringan Terutama pada agitasi berat


1. Gunakan cahaya terang di siang hari dan lampu 1. Supervisi kontinu oleh pelaku rawat
malam untuk tidur 2. Bila perlu, lakukan fiksasi termonitor
2. Berikan stimulus orientasi
3. Biarkan pasien mondar mandir selama tidak
mengganggu, ciptakan ruang aman
4. Beri penerangan
06
DELIRIUM
DEFINISI

• Merupakan suatu kondisi dimana kesadaran pasien nampak berkabut (clouded state of
conciousness), penurunan kejernihan kesadaran akan lingkungan

• Keadaan ini ditandai oleh kesukaran memusatkan, memindahkan dan mempertahankan


perhatian pada stimulus luar.

Didapatkan sedikitnya 2 dari gejala-gejala berikut:

• Gangguan persepsi: salah tafsir, ilusi, atau halusinasi

• Pembicaraan kadang-kadang inkoheren

• Gangguan siklus tidur bangun, dengan insomnia malam hari atau mengantuk pada siang hari

• Bertambah atau berkurang aktivitas motorik


PENILAIAN

• Pada pasien yang mengalami perubahan mendadak dalam fungsi fisik (penurunan mobilitas,
perubahan nafsu makan, sulit tidur, gelisah), kognitif (bingung, sulit konsentrasi, respons
lambat), persepsi (halusinasi visual atau auditorik), dan perilaku sosial (tidak kooperatif), cek
apakah ada faktor risiko predisposisi delirium.

• Lakukan pemeriksaan fisik (status generalis, status neurologis) yang cermat serta lakukan
pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit, kimia darah (glukosa sewaktu,
tes fungsi hati, fungsi ginjal), urinalisis, EKG, dan foto toraks untuk menyingkirkan faktor
presipitasi delirium.
PENILAIAN

• Untuk membantu menegakkan diagnosis delirium dapat digunakan instrumen CAM


(Confusion Assessment Method), yaitu:

o Adanya awitan akut dan perjalanan penyakit yang berfluktuasi DAN


o Inatensi DISERTAI
o Disorganisasi proses pikir ATAU
o Perubahan tingkat kesadaran

• Mengingat sifat delirium yang fluktuatif, sebaiknya pemeriksaan dilakukan serial/beberapa


kali dengan memperhitungkan variasi diurnal dan info dari berbagai sumber (keluarga,
perawat, dll).
07
NAPZA
DEFINISI

• NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang jika masuk
ke dalam tubuh menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya yang
disebabkan intoksikasi dan putus penggunaan NAPZA.
• Intoksikasi adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh penggunaan Napza dalam dosis
cukup tinggi
• Gejala Putus Zat (Withdrawal) adalah kumpulan gejala yang terjadi setelah menghentikan atau
mengurangi penggunaan Napza.
• Etiologi:
1. Faktor Individu
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor NAPZA
NARKOTIKA PSIKOTROPIKA
1. Narkotika Golongan I: Narkotika yang 1. Psikotropika Golongan I  Contoh:
hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu ekstasi, shabu, LSD
pengetahuan (Contoh : heroin/putauw, 2. Psikotropika Golongan II  Contoh:
kokain, ganja). amfetamin, metilfenidat atau ritalin
2. Narkotika Golongan II: Narkotika yang 3. Psikotropika Golongan III  Contoh:
berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pentobarbital, Flunitrazepam.
pilihan terakhir (Contoh : morfin, petidin)
4. Psikotropika Golongan IV  Contoh:
3. Narkotika Golongan III: Narkotika yang diazepam, bromazepam, Fenobarbital,
berkhasiat pengobatan dan banyak klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam,
digunakan dalam terapi (Contoh : kodein) seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum,
MG.
ZAT ADIKTIF LAIN Tingkat Pemakaian Napza
1. Minuman berakohol
1. Pemakaian coba-coba (experimental use)
Ada 3 golongan minuman berakohol,
yaitu : 2. Pemakaian sosial/rekreasi
(social/recreational use)
• Golongan A : kadar etanol 1-5%,
(Bir) 3. Pemakaian Situasional (situasional use).
• Golongan B : kadar etanol 5-20%,
(Berbagai jenis minuman anggur) 4. Penyalahgunaan (abuse)
• Golongan C : kadar etanol 20-45%,
(Whiskey, Vodka, TKW, Manson 5. Ketergantungan (dependence use)
House, Johny Walker, Kamput
2. Inhalasia (contoh: Lem, thinner,
penghapus cat kuku, bensin)
3. Tembakau
Perubahan Fisik Perubahan Sikap dan Perilaku
• Pada saat menggunakan NAPZA: jalan sempoyongan, • Prestasi sekolah menurun
bicara pelo, apatis, mengantuk, agresif,curiga • Pola tidur berubah
• Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak,denyut • Sering berpegian sampai larut malam
jantung dan nadi lambat, meninggal. • Sering mengurung diri
• Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan • Sering berbohong dan minta banyak uang dengan
hidung berair,menguap terus menerus, rasa sakit berbagai alasan tapi tak jelas penggunaannya
diseluruh tubuh,kejang, kesadaran menurun. • Sering bersikap emosional
• Pengaruh jangka panjang: penampilan tidak sehat, tidak
peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak Perubahan terhadap Lingkungan Sosial
terawat dan kropos. • Gangguan mental, anti-sosial dan dikucilkan oleh
lingkungan
• Merepotkan keluarga
• Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
TATALAKSANA Terapi Intoksikasi Kokain dan Amfetamin:
Tatalaksana Umum
• Bila suhu naik: kompres dengan air hangat
• Pemantauan tanda-tanda vital
• Untuk mencegah kejang berikan diazepam 10-30
• Evaluasi tingkat kesadaran, serta jalan nafas pasien mg per oral/parenteral diulang 15-20 menit
• Observasi tanda vital setiap 15 menit selama 4 jam • Bila ada gejala psikotik berikan haloperidol 3 x 2.5-
• Evaluasi pemberian oksigen 5 mg
• Pasien dipuasakan untuk menghindari aspirasi • Bila terjadi takikardi berikan propanolol 10-20 mg

Terapi Intoksikasi Opioid: Terapi Intoksikasi Kanabis:


• Nalokson 0,2-0,4 mg (1 cc) atau 0,01 mg /kg berat • Ciptakan suasana yang tenang
badan IV, IM, atau subkutan, bila belum berhasil dapat • Ajak bicara tentang apa yang dialami
diulang sesudah 3-10 menit sampai 2-3 kali dan pasien
• Jelaskan kondisi ini bersifat sementara dan dalam
dipantau selama 24 jam
waktu 4-8 jam akan menghilang
• Apabila tidak ada naloksonmaka diberikan terapi
simptomatik • Diazepam 10-30 mg per oral atau parenteral,
diulang setiap jam bila diperlukan (hati-hati depresi
• Mengatasi penyulit sesuai dengan kondisi klinis pernafasan, dosis maksimal pemberian diazepam
• Bila kondisi fisik membutuhkan perawatan intensif parenteral adalah 20 mg/hari)
maka dirujuk ke rumah sakit • Apabila gejala psikotik menonjol maka dapat
diberikan haloperidol 1-2 mg peroral
TATALAKSANA Terapi Intoksikasi Sedatif-Hipnotik:
Langkah I : Mengurangi efek Sedatif-Hipnotik:
Terapi Intoksikasi Alkohol:
• Pemberian Flumazenil (Antagonis Benzodiazepin, apabila
• Kondisi hipoglikemi maka berikan 50 ml Dextrose 40% ada): 1 mg IV selama 1-3 menit
• Injeksi thiamine 100 mg IV untuk profilaksis terjadinya • Tindakan suportif termasuk : -Pertahankan jalan nafas,
berikan pernafasan buatan bila diperlukan -Perbaiki
Wernicke Encephalopathy gangguan elektrolit bila ada
• Apabila pasien gelisah maka dapat diberikan • Diuresis dapat berikan furosemid atau manitol untuk
mengeluarkan obat
antipsikotik, haloperidol 5 mg IM, yang dapat diulang per
Langkah II : Mengurangi absorbsi lebih lanjut:
30 menit, sampai dosis maksimal 30 mg/hari • Rangsang muntah, bila baru terjadi pemakaian.
• Apabila kesadaran menurun maka rujuk pasien ke rumah Langkah III : Mencegah komplikasi:
• Perhatikan tanda-tanda vital, periksa kemungkinan adanya
sakit depresi pernafasan, aspirasi dan edema paru
• Bila pasien ada usaha bunuh diriditempatkan di tempat
Terapi Intoksikasi Inhalansia: khusus dengan pengawasan yang ketat
• Pertahankan Oksigenasi • Rujuk pasien ke rumah sakit apabila dibutuhkan
• Simptomatik perawatan intensif
• Pasien dengan gangguan neurologik bermakna, misalnya
neuropati atau persistent ataxia, harus mendapatkan Terapi Intoksikasi Halusinogen:
evaluasi formal dan observasi ketat, sehingga pasien • Lingkungan yang nyaman
harus dirujuk • Pemberian antiansietas yaitu diazepam 10-30 mg
oral atau Lorazepam 1-2 mg
TATALAKSANA PUTUS ZAT

Tatalaksana Umum Terapi Putus Alkohol:


• Atasi kondisi gelisah dengan golongan benzodiazepin
• Penanganan kondisi medik umum
(diazepam 5 mg IM atau IV yang dapat diulang tiap
• Pemantauan tanda-tanda vital
30 menit sampai dosis maksimal 20 mg/hari)
• Bila ada kejang akibat putus zat maka atasi dengan
benzodiazepin (diazepam 5 mg yang disuntikan IV
Terapi Putus Zat Opioid: secara perlahan)
• Terapi simptomatik dengan menggunakan analgetik bila • Dapat juga diberikan thiamine 100 mg ditambah 4 mg
ada rasa nyeri, atau bila pasien gelisah maka dapat magnesium sulfat dalam 1 liter 5% Dextrose/normal
diberikan golongan benzodiazepin, diazepam 3 x 5 mg saline selama 1-2 jam
(per oral) atau antipsikotik dosis rendah haloperidol 2 x 2- • Bila terjadi Delirium Tremensharus dirujuk
5 mg (per oral)
• Apabila pasien sangat gelisah berikan suntikan (sesuai Terapi Putus Kokain, Amfetamin Atau Zat Yang
dengan bab gaduh gelisah) Menyerupai:
• Tempatkan pada suasana tenang
• Berikan benzodiazepin misalnya diazepam 3 x 5
mg untuk
PREVENSI SEKUNDER
Non Psikofarmaka:
1. Komunikasiterapeutik
• Bicara dengan tenang
• Gunakan kalimat singkat dan jelas
2. Jika ditemukan gejala putus zat hindarkan pasien dari stimulus lingkungan yang berlebihan
misalnya pencahayaan yang terlalu terang atau lingkungan yang berisik
3. Berikan edukasi mengenai kondisi pasien secara jelas dan singkat
4. Persuasi pasien untuk tidak gelisah
5. Edukasi pasien dan keluarga untuk melanjutkan pengobatan untuk masalah penyalahgunaan
Napza di institusi yang terkait
6. Psikoterapi suportif dengan memberikan pujian kepada pasien apabila ia bersikap tenang
7. Observasi adanya tanda-tanda risiko bunuh diri pada pasien
PROGRAM REHABILITASI MEDIK
Macam-macam terapi rehabilitasi tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2415/MENKES/PER/XII/2011 yaitu:
1. Rawat Jalan Rumatan (Metadon/ Buprenorfin) untuk pecandu heroin/opiate;
2. Rawat Jalan Non Rumatan (terapi simtomatik dan psikososial) untuk pengguna ganja,
shabu, ekstasi tanpa komplikasi fisik/ psikiatris;
3. Rawat Inap Jangka Pendek atau Panjang untuk pengguna atau pecandu dengan komplikasi
fisik/psikiatris
Thankyou
DAFTAR PUSTAKA
1. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Psikiatrik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP)
2. Clinical Manual of Emergency Psychiatry (American Psychiatric Publishing)
3. Kaplan and Sadock's Synopsis of Psychiatry
4. Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III, DSM-5)
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1627/Menkes/Sk/Xl/2010

Anda mungkin juga menyukai