Anda di halaman 1dari 14

PERADILAN NIAGA

PERTEMUAN 1
Oleh : Iswi Hariyani,S.H.,M.H.
Fakultas Hukum
Universitas Jember
2021
A.Dasar terbentuknya Pengadilan Niaga

Latar belakang dibentuknya pengadilan niaga sebagai pegadilan


khusus yaitu:
1. UU No. 14 Tahun 1970 – Pasal 13
2. UU No. 4 Tahun 2004 – Pasal 15
3. UU No. 48 Tahun 2009 – Pasal 27 : Pengadilan Khusus hanya
dapat di bentuk dalam salah satu lingkungan peradilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 yang diatur dengan
Undang-Undang
Oleh karena itu Pengadilan Niaga sebagai Pengadilan Khusus
tetap harus dalam pengawasan Ketua MA
B. Dasar Pembentukan Pengadilan Niaga
1. UU No. 4 Tahun 1998 – Pasal 80
2. UU No. 97 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Pengadilan Niaga
3. UU No. 37 Tahun 2004 – Pasal 300
C. Prinsip Hukum dalam Pengadilan Niaga
1. Prinsip Kesinambungan
 Ketua MA menjamin terselenggaranya persidangan secara
berkesinambungan (terus menerus).
2. Prinsip Persidangan yang baik
 Tersedianya prosedur peradilan niaga yang cepat, efektif, dan
terekam dengan baik.
3. Prinsip Putusan yang baik
 Putusan harus didasari pertimbangan hukum dan tertulis
4. Prinsip Kearsipan yang baik
 Setiap putusan harus diarsip dan diterbitkan secara berkala
(agar bisa diakses oleh umum).
D. Tugas dan wewenang Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga merupakan lembaga peradilan yang berada di bawah
lingkungan Peradilan Umum yang mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Memeriksa dan memutuskan permohonan pernyataan pailit


2. Memeriksa dan memutus permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang
3. Memeriksa perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya
ditetapkan dengan Undang-Undang, misalnya sengketa di bidang HaKI;
4. Lembaga Penjamin Simpanan (terjadi saat proses likuidasi bank)

5. Rahasia dagang bukan di Pniaga ya penyelesainnya


Mengenai Tugas dan wewenang Pengadilan Niaga ini pada UU No. 4
Tahun 1998 – Pasal 280, sedangkan dalam UU No. 37 tahun 2004-Pasal
300.
E. Kekuasaan Kehakiman pada Pengadilan Niaga
1. Hakim  Hakim Karier : Diangkat oleh Ketua
Pengadilan Niaga untuk memeriksa dan
memutus perkara kepailitan dan
PKPU serta perkara lain di bidang perniagaan.
(Pasal 302 ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004).
2. Hakim Ad-Hoc : Seorang ahli dan berpengalaman di
bidangnya minimal 10 tahun  diangkat oleh
Presiden atas usul Ketua MA (Pasal 302 ayat (3) UU
No. 37 Tahun 2004, Perma No. 2 Tahun 2000
Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (1)
Masa Jabatan 3 tahun dan dapat diperpanjang satu kali
Bekerja (ditetapkan) dalam 1 Majelis Hakim
3. Hakim Pengawas  Hakim yang ditunjuk oleh Ketua
Pengadilan Niaga untuk mengawsi pengurusan dan pemberesan
harta pailit yang dilakukan oleh kurator
Dasar hukum  Pasal 15 (1) UU No. 37 Tahun 2004
Pasal 225 ayat (3) UU No. 37 Tahun 2004
Pasal 185 UU No. 37 Tahun 2004

4. Panitera  membantu hakim dalam persidangan (menulis


berta acara jalannya persidangan) dan menerima dan
mendaftarkan setiap perkara yang diajukan pada Ketua
Pengadilan Niaga
5. Panitera Pengganti  Tugasnya sama dengan Panitera
hanya bedanya panitera pengganti bertugas bila panitera
tidak dapat menjalankan tugasnya karena kesibukan.

6. Juru sita/ Jurus sita Pengganti:


1. menyampaikan surat panggilan sidang kepada
para pihak yang berperkara dengan surat kilat tercatat
2. melakukan penyitaan dan penyegelan dengan
ditemani 2 saksi (lurah)  penyegelan bisa
dilakukan sebelum dan sesudah putusan pailit
sebelum  kalau sudah ada permohonan sita
jaminan
F.Kompetensi Pengadilan Niaga
Kompetensi = Kewenangan Pengadilan Niaga menangani perkara

Kompetensi Pengadilan Niaga terbagi :


1. Kompetensi Absolut
2. Kompetensi Relatif

Kompetensi Absolut : Peradilan Niaga yang erwenang memeriksa dan


memutus perkara pailit dan PKPU, juga berwenang
memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan.
(Pasal 3 ayat (1) UU Kepailitan).
• Kompetensi Absolut merupakan kewenangan memeriksa dan
mengadili antar badan peradilan
• Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman mengatur tentang badan peradilan
beserta kewenangan yang dimiliki.
• Pengadilan Niaga merupakan pengadilan khusus yang berada di
bawah Lingkup Peradilan Umum yang diberi kewenangan
untuk memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
• Selain itu, menurut Pasal 300 ayat (1) Undang-Undang Nomor
37 tahun 2004, Pengadilan Niaga juga berwenang pula
memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan
yang penetapannya dilakukan dengan Undang-Undang.
Kompetensi Absolut, memeriksa dan memutus:
a. Perkara Kepailitan
b. Perkara PKPU
c. Perkara di bidang HKI  Merk
 Hak Cipta
 Paten
 Desain Industri
 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
d. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS : UU No. 24 Tahun 2004)
Perkara Derivatif (‘hal-hal lain’) yaitu : Pasal 3 ayat (1) UU Kepailitan
a. Perkara Actio Pauliana
b. Perlawanan Pihak Ketiga Terhadap Penyitaan
c. Perkara dimana Debitor, kreditor, Kurator dan Pengurus menjadi salah
satu pihak dalam perkara yang berkaitan dengan harta pailit.
d. Gugatan Kurator terhadap direksi yang menyebabkan perseroan
dinyatakan pailit.
• Kompetensi Relatif merupakan kewenangan atau kekuasaan mengadili
antar Pengadilan Niaga
• Pengadilan Niaga sampai saat ini baru ada lima. Pengadilan Niaga tersebut
berkedudukan sama di Pengadilan Negeri.
• Pengadilan Niaga hanya ebrwenang meemriksa dan memutus perkara pada
daerah hukumnya masing-masing.
• Pasal 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 :
Putusan atas permohonan pernyataan pailit diputus oleh Pengadilan Niaga
yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum Debitor,
apabila debitor telah meninggalkan wilayah negara Republik Indonesia,
maka Pengadilan yang ebrwenang menjatuhkan putusna atas permohonan
pernyataan pailit adalah Pengdilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan hukum terakhir Debitor. Dalam hal Debitor adalh persero suatu
firma, Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
hukum persero atau firma tersebut juga berwenang memutuskan.
2. Kompetensi Relatif
1. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat :
DKI, Lampung, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, Sumatera
Selatan, bangka Belitung
2. Pengadilan Niaga Semarang :
Jawa Tengah, DIY
3. Pengadilan Niaga Ujung Pandang (Makassar):
Sulawesi Selatan, Irian Jaya (Papua) Papua Barat, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, dan
Maluku utara
4. Pengadilan Niaga Medan :
DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat,
Bengkulu, Jambi
5. Pengadilan Niaga Surabaya:
Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah
G.Asas Pengadilan Niaga
1. Adil
2. Cepat
3. Terbuka
4. Efektif
(Penjelasan Umum Alinea ke 6)

5. Adil (Keadilan dan Kepastian Hukum


Pengadilan Niaga harus dapat memberikan perlindungan hukum yang seimbang dan
tidak memihak baik pada Debitor, Kreditor, masyarakat dan Stake Holder 
Tujuan Hukum Kepailitan (kenapa ada word “masyarakat & stake holder” krn
memang kepailitan kan menyangkut perusahaan yg menyangkut pegawai a.ka
msy gitu, contoh ada employ yg di fired)
2. Cepat (Kepastian Hukum)
a. Proses Peradilannya Cepat dan tepat waktu (maksimal 60 hari) sejak
didaftarkan harus sudah diputus  baik itu di tingkat pertama dan kasasi (Pasal
8 ayat 5, Pasal 13 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan)
b. Tidak ada Upaya Banding  langsung Kasasi (Pasal 11 ayat (1) Undang-
Undang Kepailitan.

Anda mungkin juga menyukai