Anda di halaman 1dari 28

HUKUM OTONOMI DAERAH

Oleh : Rajaingat Saragih.


Landasan Hukum
1. UUD 1945 : Pasal 18, 18A & 18B.
2. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
A. (UU No. 18 Tahun 2001 Tentang OTSUS bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi
NAD). UU No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.
B. UU No. 21 Tahun 2001 Tentang OTSUS bagi Provinsi Papua.
Pasal 1 :
a. Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi OTSUS dalam kerangka NKRI.
UU No. 35 Tahun 2008 Tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2008 Tentang Perubatan atas UU
No. 21 Tahun 2001 Tentang OTSUS bagi Provinsi Papua menjadi UU.
Pasal 1 :
 a. Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang kemudian menjadi Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat yang diberi OTSUS dalam kerangka NKRI
C. UU No. 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Provinsi DKI sebagai Ibukota NKRI.
D.UU No. 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan DIY.
………………..Pasal 399 UU No. 23 Tahun 2014…………………
Definisi
• Hukum : seperangkat peraturan baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis.
• Otonomi Daerah :
- Otonom : berdiri sendiri.
- Otonomi : pemerintahan sendiri.
- Daerah : wilayah, lingkungan
pemerintah.
Otonomi Daerah.
• KBBI :
hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• UU. No. 23 Tahun 2014 :
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Daerah Otonom
• KBBI :
kelompok sosial yang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya
sendiri. Daerah yang berdiri sendiri, mempunyai batas wilayah tertentu,
mempunyai undang-undang dan peraturan yang khusus berlaku untuk
daerahnya dengan tidak menyalahi undang-undang pemerintahan daerah.
• UU. No 23 tahun 2014 :
Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah, Pemerintah Daerah &
Pemerintahan Daerah
• Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
• Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
• Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UU Tentang Pemda
Yang Pernah Berlaku di Indonesia
1. UU No. 1 Tahun 1945. (dominan sentralisasi)
2. UU No. 22 Tahun 1948. (dominan desentralisasi)
3. UU No. 1 Tahun 1957. (dominan desentralisasi)
4. UU No. 18 Tahun 1965. (dominan desentralisasi)
5. UU No. 5 Tahun 1974. (dominan sentralisasi)
6. UU No. 22 Tahun 1999. (dominan desentralisasi)
7. UU No. 32 Tahun 2004. (mencari keseimbangan)
UU No. 12 Tahun 2008 Ttg Perubahan kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 Ttg
Pemerintahan Daerah.
8. UU No. 23 Tahun 2014 (efektifitas pemerintahan)
UU Pilkada UU Pemda
1. UU No. 22 Tahun 2014 Ttg Pemilihan Gubernur, Bupati dan 1. UU No. 23 Tahun 2014 Ttg Pemerintahan Daerah. 2
Walikota. 30 Sep 2014 – 2 Okt 2014 Okt 2014
(Gubernur, Bupati dan Walikota dipilih DPRD)
Perpu No. 1 Tahun 2014 Ttg Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota. 2 Okt 2014 Perpu No. 2 Tahun 2014 Ttg Perubahan atas UU No.
(Gubernur, Bupati dan Walikota dipilih oleh rakyat tetapi tidak
23 Tahun 2014 Ttg Pemerintahan Daerah. 2 Okt 2014
ikut Wakil-wakilnya/tidak berpasangan)
2. UU No. 1 Tahun 2015 Ttg Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2014 Ttg 2. UU No. 2 Tahun 2015 Ttg Penetapan Perpu No. 2
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi UU. 2 Peb Tahun 2014 Ttg Perubahan atas UU No. 23 Tahun
2015 2014 Ttg Pemerintahan Daerh menjadi UU. 2 Pebruari
3. UU No. 8 Tahun 2015 Ttg Perubahan atas UU No. 1 Tahun 2015 2015.
Ttg Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2014 Ttg Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota menjadi UU. 18 Maret 2015 3. UU No. 9 Tahun 2015 Ttg Perubahan kedua atas UU
(Gubernur, Bupati dan Walikota dipilih rakyat secara langsung No 23 Tahun 2014 Ttg Pemerintahan Daerah. 18
berpasangan dengan Wakil-wakilnya) Maret 2015.
4. UU No. 10 Tahun 2016 Ttg Perubahan kedua atas UU No. 1 Tahun
2015 Ttg Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2014 Ttg Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi UU. 1 Juli 2016
UU No. 23 Tahun 2014.
Pasal 399

Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku juga bagi Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Provinsi Aceh, Provinsi Papua, dan
Provinsi Papua Barat, sepanjang tidak diatur secara khusus dalam Undang- Undang yang
mengatur keistimewaan dan kekhususan Daerah tersebut.

Pasal 3 ayat (1) :


Daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) merupakan Daerah dan
masing-masing mempunyai Pemerintahan Daerah.
Penjelasan Pasal 3 ayat (1) :
Dikecualikan untuk kota administrasi dan kabupaten
administrasi di Provinsi DKI Jakarta.
URUSAN PEMERINTAHAN
Klasifikasi Urusan Pemerintahan
• Urusan Pemerintahan terdiri atas :
a. Urusan pemerintahan absolut,
Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
b. Urusan pemerintahan konkuren,
Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar
pelaksanaan Otonomi Daerah.
c. Urusan pemerintahan umum.
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

 
Urusan Pemerintahan Absolut

Urusan pemerintahan absolut meliputi:


a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut Pemerintah
Pusat:
a. melaksanakan sendiri; atau
b. melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah
atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas
Dekonsentrasi.
Urusan Politik Luar Negeri

Yang dimaksud dengan “urusan politik luar


negeri” misalnya mengangkat pejabat
diplomatik dan menunjuk warga negara untuk
duduk dalam jabatan lembaga internasional,
menetapkan kebijakan luar negeri, melakukan
perjanjian dengan negara lain, menetapkan
kebijakan perdagangan luar negeri, dan
sebagainya.
Urusan Pertahanan

Yang dimaksud dengan “urusan pertahanan”


misalnya mendirikan dan membentuk angkatan
bersenjata, menyatakan damai dan perang,
menyatakan negara atau sebagian wilayah
negara dalam keadaan bahaya, membangun
dan mengembangkan sistem pertahanan
negara dan persenjataan, menetapkan
kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi
setiap warga negara, dan sebagainya.
Urusan Keamanan

Yang dimaksud dengan “urusan keamanan”


misalnya mendirikan dan membentuk
kepolisian negara, menetapkan kebijakan
keamanan nasional, menindak setiap orang,
kelompok atau organisasi yang kegiatannya
mengganggu keamanan negara, dan
sebagainya.
Urusan Yustisi

Yang dimaksud dengan “urusan yustisi” misalnya


mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim
dan jaksa, mendirikan lembaga pemasyarakatan,
menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian,
memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk
undang-undang, peraturan pemerintah pengganti
undang-undang, peraturan pemerintah, dan
peraturan lain yang berskala nasional.
Urusan Moneter dan Fiskal Nasional

Yang dimaksud dengan “urusan moneter dan


fiskal nasional” adalah kebijakan makro
ekonomi, misalnya mencetak uang dan
menentukan nilai mata uang, menetapkan
kebijakan moneter, mengendalikan peredaran
uang, dan sebagainya.
Urusan Agama

Yang dimaksud dengan “urusan agama” misalnya


menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara
nasional, memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu
agama, menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan
kehidupan keagamaan, dan sebagainya.
Daerah dapat memberikan hibah untuk penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan keagamaan sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah
dalam menumbuhkembangkan kehidupan beragama, misalnya
penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), pengembangan
bidang pendidikan keagamaan, dan sebagainya.
Urusan Pemerintahan Konkuren

Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi


kewenangan Daerah terdiri atas :
a. Urusan Pemerintahan Wajib.
- Urusan Pemerintahan yang berkaitan
dengan Pelayanan Dasar.
- Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar.
b. Urusan Pemerintahan Pilihan.
Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan
pelindungan masyarakat; dan
f. sosial.
Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar

a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga;
n. statistik;
o. persandian;
p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan
r. kearsipan.
Urusan Pemerintahan Pilihan

a. kelautan dan perikanan;


b. pariwisata;
c. pertanian;
d. kehutanan;
e. energi dan sumber daya mineral;
f. perdagangan;
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.
Urusan Pemerintahan Umum

Urusan pemerintahan umum meliputi:


a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan
nasional dalam rangka memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
c. pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan
stabilitas kemanan lokal, regional, dan nasional;
d.Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
e.Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
hak asasi manusia, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
g. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Daerah dan tidak dilaksanakan
oleh Instansi Vertikal.
Forkopimda

(1) Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan urusan pemerintahan umum, dibentuk


Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota, dan forum koordinasi pimpinan di
Kecamatan.
 (2) Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota, dan forum koordinasi pimpinan di
Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh gubernur untuk Daerah provinsi,
oleh bupati/wali kota untuk Daerah kabupaten/kota, dan oleh camat untuk Kecamatan.
 (3) Anggota Forkopimda provinsi dan Forkopimda kabupaten/kota terdiri atas pimpinan DPRD,
pimpinan kepolisian, pimpinan kejaksaan, dan pimpinan satuan teritorial Tentara Nasional
Indonesia di Daerah.
 (4) Anggota forum koordinasi pimpinan di Kecamatan terdiri atas pimpinankepolisian dan
pimpinan kewilayahan Tentara Nasional Indonesia di Kecamatan.
 (5) Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota dan forum koordinasi pimpinan di
Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengundang pimpinan Instansi
Vertikal sesuai dengan masalah yang dibahas.
Asas penyelenggaraan pemerintahan negara
1. Kepastian hukum :
asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
2. Tertib penyelenggara negara
asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. Kepentingan umum :
asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Keterbukaan :
asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
 5. Proporsionalitas :
asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
 6. Profesionalitas :
asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Akuntabilitas :
asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Efisiensi :
asas yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber daya dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai hasil
kerja yang terbaik.
9. Efektivitas :
asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.
10. Keadilan :
bahwa setiap tindakan dalam penyelenggaraan negara harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara.

 
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan karena:

a. Berakhir masa jabatannya;


b.Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; (menderita sakit
yang mengakibatkan fisik atau mental tidak berfungsi secara normal yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang berwenang dan/atau
tidak diketahui keberadaannya).
c. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan kepala daerah/wakil kepala daerah;
d.Tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah (menaati seluruh ketentuan peraturan perundang- undangan);
e.Melanggar larangan bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah ( * membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan pribadi,
keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; * membuat
kebijakan yang merugikan kepentingan umum dan meresahkan sekelompok masyarakat atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau
golongan masyarakat lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; * menjadi pengurus suatu perusahaan, baik
milik swasta maupun milik negara/daerah atau pengurus yayasan bidang apa pun; * menyalahgunakan wewenang yang menguntungkan diri
sendiri dan/atau merugikan Daerah yang dipimpin; * melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme serta menerima uang, barang, dan/atau
jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukan; * menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu
perkara di pengadilan * menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya; * merangkap jabatan sebagai pejabat
negara lainnya sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan);
f. Melakukan perbuatan tercela; ( judi, mabuk, pemakai/pengedar narkoba, dan berzina, serta perbuatan melanggar kesusilaan lainnya ).
g. Diberi tugas dalam jabatan tertentu oleh Presiden yang dilarang untuk dirangkap oleh ketentuan peraturan perundang-undangan; 
h. Menggunakan dokumen dan/atau keterangan palsu sebagai persyaratan pada saat pencalonan kepala daerah/wakil kepala daerah
berdasarkan pembuktian dari lembaga yang berwenang menerbitkan dokumen; dan/atau
i. Mendapatkan sanksi pemberhentian.
Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Kepala daerah dan/atau wakil kepala


daerah berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
 

Anda mungkin juga menyukai