Anda di halaman 1dari 11

Menanggapi Komunikasi

Defensif

Oleh :
Epi Supiadi, Beny SN, Nurani Kusnadi,
Hery Koswara, Sri Widodo, Tukino, Nurjanah,
Rosyikin, Abas Basuni, Eni R, Catur, Ade Subarkah,
Rosilawati

Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 1
Komunikasi defensif

 Seorang pekerja sosial, terutama yang


bekerja dengan klien yang sifatnya
terpaksa, akan menemukan individu yang
defensif dan menjaga komunikasi mereka,
sering karena mereka marah atau takut
atau entah bagaimana merasa terancam.
Klien dapat menggunakan beberapa
manuver defensif untuk menjaga jarak
dengan pekerja sosial dan untuk
menghindari atau meminimalkan interaksi
dan komunikasi yang bermakna.
Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 2
 Defensif memiliki makna bertahan, sikap ini
biasanya akan muncul ketika seseorang berlaku
tidak jujur, menyembunyikan sesuatu, tidak
menerima, dan kehilangan sikap empati kepada
lawan bicara
 Orang yang defensif mengalami hambatan dalam
berkomunikasi cenderung untuk lebih banyak
bertahan dan melindungi diri daripada memahami
pesan yang disampaikan orang lain.
 Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang
bersifat defensif, misalnya perilaku komunikasi
orang lain yang terlalu agresif, maupun yang
bersifat personal, seperti sikap rendah
diri,ketakutan, kecemasan, pengalaman buruk dan
sebagainya.

Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 3
Contoh Komunikasi Defensif

 Penolakan: ". Saya tidak memiliki masalah minum"


 Menyalahkan. "Saya tidak akan memukulnya jika dia
tidak membuat saya sangat marah."
 Pelabelan: "Dia tidak bisa, karena dia terbelakang."
 Penghindaran: "aku sibuk dan lupa tentang janji kita."
 Ketidakberdayaan: "Tidak ada gunanya mencoba, tidak
akan ada perubahan.“
 Menjadi rapuh: “Jika aku mendengar satu keluhan lagi,
aku akan benar-benar gila.”

Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 4
Cara merespon komunikasi
defensif
1. Jangan memberi label atau mengkategorikan klien
Anda.Orang menjadi defensif ketika mereka
mengalami kehilangan individualitas. Juga, tidak
mempermalukan atau menyudutkan klien , baik
secara fisik atau psikologis.

2. Berikan klien kesempatan untuk membuat pilihan


dan tetap mengendalikan apa yang terjadi dalam
hidupnya. Menggunakan kata-kata seperti kita,
kami, bersama-sama, dan akan menjadi keputusan
Anda; ini menandakan adanya kerjasama, rasa
hormat, dan kebebasan memilih antara klien dengan
peksos
Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 5
3. Pekerja sosial harusnya mengubah gaya
mengontrol menjadi model orientasi
problem. Dengan mengajak klien
bersama-sama mengidentifikasi apa yang
menjadi pokok masalah, maka sikap
defensif akan jauh berkurang.
4. Berbicara dengan spontan dan penuh
ketulusan. Tak ada gunanya bicara
dibuat-buat dan memaksa diri bersikap
tertentu jika ternyata itu menimbulkan
perlawanan dan antipati dari klien atau
lawan bicara.

Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 6
5. bergabung dengan perlawanan untuk
menyelaraskan diri Anda dengan perasaan
klien. misalnya, “setelah menunggu lama,
Anda berhak untuk marah. Saya akan marah
juga bila jadi anda.” berikan kesempatan klien
untuk melampiaskan perasaannya.

6. tutuplah pintu debat dan bukalah pintu dialog.


Bedanya apa dialog dan debat. Dialog itu saling
melengkapi, saling membuka, dan saling
berusaha menemukan yang terbaik. Sementara
debat isinya (yang paling mayoritas) adalah
saling mempertahankan diri, saling tidak mau
membuka, dan masing-masing
mempertahankan kebenaran-sendiri versi diri
sendiri
Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 7
UNSUR-UNSUR PERILAKU
PROFESIONAL

Oleh :
Epi Supiadi, Beny SN, Nurani Kusnadi,
Hery Koswara, Sri Widodo, Tukino, Nurjanah,
Rosyikin, Abas Basuni, Eni R, Catur, Ade
Subarkah, Rosilawati

Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 8
 Dikatakan bahwa profesional adalah
seorang yang tahu apa yang harus
dilakukan dan dapat diandalkan untuk
melakukan apa yang perlu dilakukan,
bahkan ketika ia tidak merasa seperti
melakukannya. Itu menunjukkan bahwa
seorang profesional tahu apa yang harus
dilakukan, dapat dipercaya untuk
melakukannya dan tidak membiarkan hal
perasaan kenyamanan pribadi menggangu
kinerjanya.

Epi Supiadi & Tim Dosen Komrel Peksos Poltekesos Bandung, 2019 9
Poin Perilaku Profesional Perilaku Non-Profesional

Sudut pandang Panggilan dan komitmen seumur Pekerjaan yang mudah ditinggalkan
pekerjaan hidup apabila ada yang leih baik

Dasar praktek Berdasarkan kerangka ilmu Pendapat pribadi atau aturan


pengetahuan religius dilembaga

Dasar Fakta, prinsip dan berpikir kritis Perasaan dan kebiasaan


keputusan
Prinsip praktek Mengikuti prinsip yang baik terlepas Tekanan politik dan anggaran yang
dari tekanan memungkinkan

Penyelesaian Menggunakan nilai-nilai profesi, Menggunakan keputusan moral


masalah prinsip dan kode etik pribadi dan penilaian pribadi

Pelayanan Meningkatkan pengetahuan dan Belajar hanya diperlukan untuk


keterampilan yang berkelanjutan menjaga pekerjaan
Tanggungjawab Menciptakan pengetahuan baru dan Menganggap diri sendiri tidak perlu
pekerjaan berbagi dengan rekan-rekan meniptakan pengetahuan baru
Poin Perilaku Profesional Perilaku Non-Profesional
Asumsi Membuat perubahan kebijakan Hanya melakukan pekerjaan yang
tanggungjawab untuk meningkatkan kualitas ditugaskan, tidak bertanggungjwab
pelayanan untuk melakukan perubahan
kualitas
Kualitas kinerja Mengajak rekan-rekan meninjau Menghindar tinjauan rekan
kembali
Dokumentasi Menyimpan catatan yang akurat dan Menghindari catatan yang tidak
laporan lengkap akurat dan tidak lengkap
Perhatian utama Mementingkan kesejahteraan dan Mementingkan kesejahteraan dan
kebutuhan klien kebutuhan pribadi
Hubungan Terarah dan berorientasi dengan Tidak memiliki rasa dan lebih
dengan klien tujuan menyerupai sebuah persahabatan
Kedisiplinan diri Menjaga emosi dibawah kendali Tidak memiliki pengendalian emosi
dan cara yang menyakitkan
Sikap Tidak mengambil hati jika klien Menunjuk klien dengan kemarahan
emosi frustasi

Anda mungkin juga menyukai