Anda di halaman 1dari 28

Presentasi kasus

Regional Anestesia Pada Laparatomi

dr. Andri, Sp.An

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi


Periode 31 Agustus – 26 September 2020
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Asesment Pre Anestesi

• Tanggal : 4 September 2020


• Jam : 10. 45 WIB
Identitas pasien
Nama : Tn. N
Tempat, tanggal lahir : 12 – 08 - 1972
Alamat rumah : Jakarta Timur
Suku : Jawa
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan sehari-hari : Pensiunan
Status perkawinan : Menikah

BB : 60
TB : 170 cm
BMI : 20.76 cm/kg2
Tanggal masuk RS : 30 Agustus 2020
Tanggal operasi : 4 September 2020
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bawah sejak 5 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang

• 1HSMRS pada siang hari keluhan nyeri perut berpindah dari ulu hati ke perut bagian kanan
bawah. Nyeri dirasakan terus - menerus, nyeri memberat jika pasien beraktivitas terutama berjalan
dan berdiri lama.

• Nyeri sedikit berkurang jika pasien tiduran dengan posisi meringkuk. Pasien juga mengeluh
adanya demam. Demam dirasakan terus menerus sepanjang hari. Tetapi pasien tidak mengukur
berapa suhu tubuhnya ketika pasien merasakan tubuhnya demam. Keluhan mual masih ada, akan
tetapi muntah disangkal. Karena keluhan dirasa mulai memberat sehingga pasien dibawa ke klinik
terdekat dari rumah. Diklinik tersebut pasien mendapatkan obat, tetapi pasien lupa nama obat yang
didapat dari klinik tersebut. Setelah minum obat keluhan nyeri berkurang dan demam turun.

• HMRS pada pagi hari keluhan demam sudah tidak ada. Mual muntah disangkal. Akan tetapi
keluhan nyeri pada perut kanan bawah muncul kembali. Pada sore hari keluhan nyeri perut bagian
kanan bawah dirasakan semakin memberat. Sehingga pada malam hari pasien dibawa oleh
keluarganya ke IGD RS TK 1. Raden Said Soekanto. Keluhan BAB disangkal, BAB terakhir pada
2HSMRS. Keluhan saat BAK disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat asma, hipertensi, diabetes mellitus dan gangguan pembekuan
darah. Pasien juga menyangkal adanya alergi obat-obatan maupun makanan. Tidak ada riwayat
operasi sebelumnya.

Riwayat Pengobatan

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit keluarga


Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis (E4M6V5) GCS 15
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 87 kali/menit, reguler
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
SpO2 : 100 %
Status Generalis

Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), ikterik (-)/(-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Telinga : Deformitas (-), sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir basah, mallampati score 1, tonsil tidak membesar, orofaring
hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), leher pendek (-), leher kaku (-)
Thorax : Pulmo vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan di Mc Burney (+), Rovsing’s sign (-), Psoas sign (-), Obturator sign
(-)
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)/(-), capillary refill time <2 detik,
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)/(-), capillary refill time <2 detik
Status Anestesi
Breathing : Brain :
• Airway tidak ada hambatan jalan nafas • GCS 15
• Mallampati 1 • Composmentis
• Gerakan leher baik kesegala arah, tidak ada • Keadaan umum sedang
kekakuan dan nyeri pada leher
• Respiration rate 20 kali permenit Bladder :
• Thorax Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/- • Kateter urin 100 cc warna kuning jernih

Blood : Bowel :
• Blood pressure 110/80 mmHg • Bising usus (+) supel, nyeri tekan Mc
• Heart rate 87 kali permenit Burney (+)
• SpO2 100 %
• CRT < 2 seconds Bone :
• Tidak ada gigi palsu dan gigi goyang
• Tidak ada fraktur dan deformitas
Pemeriksaan Penunjang 29/8/2020

Hemoglobin : 13.4 g/dL Anti HCV : Non Reaktif


Hematokrit : 41 % HbSAg : Non Reaktif
Leukosit : 14.920/µL
Trombosit : 220.000/µL
SGOT : 21.7 U/L
SGPT : 23.4 U/L
Ureum : 32 mg/dL
Kreatinin : 0.9 mg/dL
Asesmen Anestesi
Setuju anestesi
ASA I
Puasa 8 jam
Rencana tindakan Laparotomi

Rencana Anestesi
Teknik anestesi/sedasi : Anestesi regional melalui spinal
Obat : Bupivacaine, dosis 15 mg, intratekal
Monitoring : SpO2, tekanan darah, nadi, pernapasan
Laporan Anestesi/Sedasi Moderat Dan Dalam

ASESMEN PRE INDUKSI

 Tanggal : 4 September 2020


 Jam : 11.00 WIB
Diagnosis Prabedah

Peritonitis ec Appendisitis akut perforasi

Jenis Pembedahan

Laparatomi

Diagnosis Pasca Bedah

Sesuai

Kamar operasi

Bagian

Bedah Umum
Monitoring Intra Anestesi

V
V
V V
MEDIKASI INTRAOPERASI

1. Bupivakain, 15 mg, intratekal (ANESTESI)


2. Ondancetron, 4 mg, IV
3. Ketorolac, 30 mg, IV
4. Asam Tranexamat, 250 mg, IV

LAMA ANESTESI : ± 90 MENIT


LAMA OPERASI : ± 60 MENIT

CAIRAN INTRAOPERASI : KRISTALOID 1.500 ml

Teknik: Spinal
Lokasi: Lumbal, L3-4
Jenis Obat: Bupivakain, 15 mg, intratekal
Posisi Pasien Intraoperasi: Supine
Oksigen: Nasal canul
POST OPERASI DI RUANG PEMULIHAN

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
Saturasi O2 : 100 %
Post Anestesi dan Care Unit

1. Observasi tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan


2. Observasi perdarahan
3. Observasi diuresis
4. Puasa 48 Jam
5. IVFD ringer laktat 500 cc + tramadol 100 mg
6. Ondansentron 4 mg, IV
7. Ceftriaxon inj 2x1 gram
8. Asam tranexamat 500 mg, IV
Anestesi Regional
Definisi
• Anestesi regional  hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh untuk
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu
bagian tubuh diblokir untuk sementara atau dapat kembali seperti
semula
Pembagian Anestesi Regional
• Blok sentral atau blok neuroaksial  blok spinal, epidural, dan kaudal
• Blok perifer atau blok saraf  anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok
lapangan, dan analgesia regional intravena.
Anestesi Spinal / blok spinal intradural/
subarachnoid
• Anestesi spinal adalah pemberian
obat anesteti lokal ke dalam ruang
subarachnoid
• Untuk mencapai cairan
serebrospinal, maka jarum suntik
akan menembus kutis  subkutis
 Lig. Supraspinosum  Lig.
Interspinosum  Lig. Flavum 
ruang epidural  durameter 
ruang subarachnoid
Kontra Indikasi Anestesi Spinal
Indikasi Anestesi Spinal • Pasien menolak
• Bedah ekstremitas bawah • Infeksi pada tempat suntikan
• Bedah panggul • Hipovolemia berat atau syok
• Tindakan sekitar rektum • Koagulapatia atau mendapat terapi
perineum koagulan
• Bedah obstetrik-ginekologi • Tekanan intrakranial meningkat
• Bedah urologi • Fasilitas resusitasi minimal
• Bedah abdomen bawah • Kurang pengalaman tanpa
didampingi konsulen anestesi
• Terdapat perdarahan intra atau
ekstra kranial
Persiapan anestesi • Peralatan anestesi spinal
Spinal • Monitor  TD, Nadi, Saturasi, Dll
• Perlatan resusitasi
• Inform consent  kita tidak boleh • Jarum spinal - Jarum spinal
memaksa pasien untuk menyetujui dengan ujung tajam (ujung bambu
anestesi spinal runcing/quinckebacock) atau jarum
• Px fisik  tidak dijumpai adanya spinal dengan ujung pinsil (pencil
point whitecare
kelainan tulang belakang, obesitas,
• Pc lab anjuran  Hemoglobin,
Hematokrit, PT (Prothrombine
Time), PTT (Partial
Thromboplastine Time), BT
(Bleeding Time), dan CT (Clotting
Time
Anestestik lokal untuk anestetik spinal
Yang sering di gunakan :
• Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik,
dosis 20-100 mg (2-5 ml)
• Lidokaine (xylocain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis
1.033, sifat hiperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
• Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik,
dosis 5-20mg (1-4ml)
• Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027,
sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
Teknik Anestesi Spinal
• Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral
dekubitus. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya
tulang belakang stabil dan Buat pasien membungkuk maximal agar
processus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk
• Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista
iliaka, misal L2-L3, L3-L4, L4-L5.
• Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol
• Beri anestesi lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-
2% sebanyak 2-3 ml
• Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2 cm agak sedikit ke arah sefal,
kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum
tersebut.
• Kalau yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor
tidak keluar, putar arah jarum 90º biasanya likuor keluar
• Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan
keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan
pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk
meyakinkan posisi jarum tetap baik
Komplikasi tindakan anestesi spinal Komplikasi pasca pembedahan
• Hipotensi berat • Nyeri tempat suntikan
• Bradikardia • Nyeri punggung
• Hipoventilasi • Nyeri kepala karena kebocoran likuor
• Trauma pembuluh saraf • Retensio urine
• Trauma saraf • Meningitis
• Mual-muntah
• Blok spinal tinggi atau spinal total
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai