Disusun oleh:
Armiko Bantara
712019002
Pembimbing:
Dr. Septi Nadra I, SpM
I.Anatomi Media Refraksi
• Emetropia
Mata dengan sifat emetrop adalah
mata tanpa adanya kelainan refraksi
pembiasan sinar mata dan berfungsi
normal. Daya bias mata adalah
normal, dimana sinar jauh difokuskan
sempurna didaerah makula lutea
tanpa bantuan akomodasi
III. Kelainan Refraksi
• Ametropia
Dalam bahasa yunani ametros berarti tidak
sebanding atau seimbang, ops berarti mata.
Dikenal beberapa bentuk:
– Ametropia aksial : terjadi akibat sumbu bola mata lebih
panjang atau lebih pendek sehingga bayangan benda
difokuskan didepan atau dibelakang retina
– Ametropia refraktif : terjadi akibat kelainan sistem
pembiasan sinar dalam mata. Bila daya bias kuat maka
bayangan benda terletak didepan retina (miopia) atau
bila daya bias kurang maka bayangan benda akan
terletak dibelakang retina (hipermetropia refraktif)
III. Kelainan Refraksi
Yang termasuk dalam ametropia:
• Miopia
Miopia • Hipermetropia
• Astigmatism
Kelainan
Presbiopi Refraksi Hipermetropia
Astigmatism
III.1. Miopia
• Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat)
Miopia aksial
Miopia Indeks
• Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus
Hipermetropia
Hipermetropia Hipermetropia
fisiologi ringan
Hipermetropia Hipermetropia
patologis sedang
Hipermetropia
berat
III.2.c. Manifestasi Klinik Hipermetropia
Manifestasi klinik:
• Gejala subyektif
– Penglihatan kabur bila melihat
dekat dan jauh
– Astenopia akomodativa : sakit
kepala, mata cepat lelah, cepat
mengantuk sesudah membaca dan
menullis
• Gejala obyektif
– Terjadi strabismus
– COA dangkal, karena hipertofi otot-
otot siliaris
– Ambliopia pada mata yang tanpa
akomodasi; tidak pernah melihat
obyek dengan baik
III.2.d. Diagnosis Hipermetropia
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
– Visus dasar dengan
snellen chart, visus
dengan pinhole
– Refraksi subyektif dengan
cara trial and error
3. Pemeriksaan penunjang
– Funduskopi
– Refraktometer
III.2.e. Tatalaksana Hipermetropia
• Non bedah
– Koreksi dengan lensa sferis terbesar
yang memberikan visus terbaik dan
dapat melihat dekat yanpa kelelahan
– Tidak diperlukan lensa sferis positif
pada hipermetropia rinagn, tidak ada
astenopia akomodatif, tidak ada
strabismus
• Bedah
– LASIK (Laser in situ keratomileusis)
– LASEK (Laser sebepithelial
keratomileusis)
– PRK
III.2.f. Komplikasi Hipermetropia
• Strabismus (Esotropia)
• Glaukoma sekunder
III.3. Astigmatisme