Anda di halaman 1dari 37

TIMBANG TERIMA DAN PENDELEGASIAN TUGAS

DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

ENDANG KURNIAWATI (P1337420419027)


LEVIANA RISNA JIAN N. (P1337420419028)
RACHEL PHILIA ROSA (P1337420419029)
PRADISTI DEWI N. (P1337420419030)
M. ARSYAD MAULANA (P1337420419031)
MUKHAMAD ALI K. (P1337420419032)
YONANDA DIAS ANGESTI (P1337420419033)
SUSI IDA ROYANI (P1337420419036)
 

 
A. TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN

1. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage.
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer
tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Jadi, Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.
2. Tujuan Timbang Terima

 Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).


 Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
 Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
 Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:


 Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
 Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
3. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab
shift selanjutnya meliputi:
 Kondisi atau keadaan pasien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002).
4. Prosedur Dalam Timbang Terima
1. Persiapan , yaitu Kedua kelompok dalam keadaan siap dan kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan , Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat
secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
- Identitas klien dan diagnosa medis.
- Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
- Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
- Intervensi kolaborasi dan dependen.
3. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.
4. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
5. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
6. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:

1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan


tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
2. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu
sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya
komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang datang.
3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari
perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data
informasi pada medical record atau pada pasien langsung.
5. Metode Dalam Timbang Terima

1. Timbang terima dengan metode tradisional


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
 Dilakukan hanya di meja perawat.
 Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
 Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
 Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya
tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover, Menurut Kassean
dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan
model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di samping
tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Handover memiliki
beberapa kelebihan diantaranya:
 Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
 Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
 Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan
aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus
ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang
lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode
pelaksanaan diantaranya:

 Menggunakan Tape recorder


 Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu
berupa one way communication.
 Menggunakan komunikasi Oral atau spoken.
 Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
 Menggunakan komunikasi tertulis –written.
6. Faktor-faktor dalam Timbang Terima & Efek Timbang
Terima dalam Shift Jaga
 Faktor-faktor dalam Timbang Terima :
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga :


1. efek fisiologis
2. efek psikologis
3. efek kinerja
4. efek terhadap kesehatan
5. efek terhadap keselamatan kerja
7. Dokumentasi dalam Timbang Terima
 Identitas pasien.
 Diagnosa medis pesien.
 Dokter yang menangani.
 Kondisi umum pasien saat ini.
 Masalah keperawatan.
 Intervensi yang sudah dilakukan.
 Intervensi yang belum dilakukan.
 Tindakan kolaborasi.
 Rencana umum dan persiapan lain.
 Tanda tangan dan nama terang.
8. Manfaat pendokumentasian adalah:

 Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.


 Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan
lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
 Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai
informasi mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009).
9. Skema Timbang Terima
10. Evaluasi dalam Timbang Terima

1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompokshift timbang
terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian shift yaitu pagi ke sore.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas malam menyerahkan ke perawat primer
berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di
nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi
timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang
sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap
klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien.
B. PENDELEGASIAN TUGAS

1. Pengertian delegasi
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan. Pendelegasian
adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya / bawahannya untuk
melaksanakan bagian dari tugas manajer yangbersangkutan dan pada waktu
bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut,
sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya
serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang
didelegasikankepadanya, ( Manulang,1988)
Pendelegasian merupakan proses penugasan, wewenang dan tanggung
jawab kepada bawahan. ( Sujak, 1990)
2. Alasan pentingnya pendelegasian

 Ada alasan delegasi itu diperlukan, diantaranya adalah :


 Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas
sendiri.
 Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
 Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan.
 Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan.
 Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan
keputusan.
 Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih baik dari
pada semua kegiatan ditangani sendiri.
 Agar organisasi berjalan lebih efisien.
 Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan perhatian
terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting.
3. Kegiatan delegasi wewenang

 Beberapa kegiatan dalam delegasi wewenang adalah :


 Manager perawat/bidan menetapkan dan memberikan tugas dan
tujuannya kepada orang yang diberi pelimpahan;
 Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan;
 Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit
menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab.
 Manajer perawat/bidan menerima pertanggungjawaban
(akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.
4. Prinsip delegasi

Dibawah ini adalah prinsip – prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk
delegasi yang efektif :
1. Prinsip scalar.
 Proses skalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah yang
menghasilkan pertambahan tingkat-tingkat pada struktur organisasi. Proses
skalar dicapai melalui pendelegasian wewenang dan tanggung jawab.
2. Prinsip kesatuan perintah.
 Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip
kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.
Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan
wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepada
serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab
serta pembagian kerja.Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas.
5. Cara melakukan delegasi

Cara manajer dalam melakukan delegasi antara lain :


 Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah.
 Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
 Menyetujui standar kerja
 Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
 Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan tugas dan wewenang
baik secara tertulis maupun lisan.
 Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan mengukur
pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan umpan balik prestasi yang
dicapai.
 Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan - keluhannya.
 Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan ide-ide baru yang
bermanfaat.
 Memberikan ‘reward’ atas hasil yang dicapai.
 Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.
6. Teknik pendelegasian

Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan


tugas-tugas yang dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai
eksekutif departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai
perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup kewenangan untuk
persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas seharusnya
dirangking dengan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan
sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu waktu.
7. Penyebab gagalnya delegasi
 Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan
keputusan.
 Atasan tidak ingin ambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal
dalam menjalankan wewenangnya.
 Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya.
 Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat
baik dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan.
 Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab
yang sudah diterima.
 Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas- tugas dengan benar dan
dikatakan gagal.
 Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih
besar.
8. Hambatan pendelegasian
1. Hambatan hambatan pada delegator
 Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri
 Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian”
 Saya dapat melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri” buah
pikiran yang keliru.
 Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan
 Rasa tidak aman
 Takut tidak disukai
 Penolakan untuk mengakui kesalahan
2. Hambatan- hambatan dalam situasi
 Kebijakan tertuju pada satu orang
 Tidak ada toleransi kesalahan
 Kekritisan keputusan
 Urgensi, tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen]
 Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan.
 Kekurangan tenaga
3. Hambatan- hambatan pada yang diberi delegasi
 Kurangnya pengalaman
 Kurangnya kompetensi
 Menghindari tanggung jawab
 Sangat tergantung dengan boss
 Kekacauan [disorganization]
C. Komunikasi dalam Manajemen
Keperawatan
A. Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna
‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi adalah suatu seni untuk dapat menyusun
dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yag mudah sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima.
Jadi, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara
lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli

Tappen,1995
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang
atau lebih yang saling bekerjasama

Effendy, 2000 : 13
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu
untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan

Handoko, 2002 : 30
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain
Komponen Komunikasi
 Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain.
 Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu
pihak kepada pihak lain.
 Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat
berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
 Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari
pihak lain.
 Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan.
Hambatan dalam komunikasi
Hambatan dalam komunikasi secara
umum:

Hambatan eksternal, adalah


Hambatan internal, adalah hambatan hambatan yang berasal dari luar
yang berasal dari dalam diri individu individu yang terkait dengan
yang terkait kondisi fisik dan psikologis. lingkungan fisik dan lingkungan
Contohnya, jika seorang mengalami sosial budaya. Contohnya, suara
gangguan pendengaran maka ia akan gaduh dari lingkungan sekitar dapat
mengalami hambatan komunikasi. menyebabkan komunikasi tidak
Demikian pula seseorang yang sedang
tertekan (depresi) tidak akan dapat
berjalan lancar. Contoh lainnya,
melakukan komunikasi dengan baik. perbedaan latar belakang sosial
budaya dapat menyebabkan salah
pengertian.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu,
Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan
komunikasi:

1. Gangguan
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya
dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
 Gangguan mekanik : Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi
atau kegaduhan yang bersifat fisik.
 Gangguan semantic : Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.
2. Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan.
3. Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar
dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan.
Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai
dengan motivasinya.
4. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu
kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum
apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi.
Proses Komunikasi

 Proses komunikasi secara primer


Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan
pesan nonverbal.
 Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah prosese penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama.
Prinsip Komunikasi Manajer Keperawtan

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng siapa


yang akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat.
2. Komunikasi harus jelas , sederhana dan tepat.
Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah
CARE: Complete,Acurte,Rapid,English. Artinya setiap melakukan komunikasi (lisan/tulisan)
dengan teman sejawat atau profesi kesehatan lain harus memenuhi ketiga unsur diatas.
Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa
asing, minimal bahasa inggris.
3. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat diterima secara
akurat, salah satu caranya bertanya / mengulangi pesan yang telah disampaikan.
4. Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang disampaikan orang
lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang
disampaikan.
Model Komunikasi

1.
• Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum menulis
Komunikasi • Gunakan kata aktif
• Tulis kata yang sederhana, familier, spesufik dan nyata

tertulis • Atur isi tulisan secara sistematis


• Jelas

• Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun

2. Komunikasi secara informal.


• Tujuan assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu
untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,jujur dan cara yang sesuai tanpa menyinggung
langsung/verbal perasaan orang lain yang diajak komunikasi.
• Hal yang harus dihindari pasif,agresif

3. Komunikasi non
• Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, pergerakan tubuh, dan sikap tubuh (body language)
• Komunikasi non verbal mengandung arti yang lebih signifikan dibandingkan dengan komunikasi verbal.
• Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan, tetapi
akan menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi non verbal diartikan salah tanpa adanya

verbal penjelasan secara verbal.


• Dengan kemudahan sarana
komunikasi memungkinkan manajer
dapat merespon perkembangan dan
4. Komunikasi via masalah dalam organisasi
telepon
• Manajer dansemua staf harus belajar
etika bertelepon, serta menghargai
setiap menjawab telepon.
Aplikasi Komunikasi dalam Askep

Saatklien,
Diperlukan komunikasi yang jelas tentang kebutuhan timbang terima yang
intervensi (operan)
sudah dilakukan dan yang belum, serta respon pasien
Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien

Interview
Suatu komunikasi dengan tujuan tertentu untuk memperoleh / Anamnesa
data tentang keadaan pasien dan melaksanakan tindakan yang akurat
Merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan

Komunikasi melalui komputer


Komputer merupakan alat komunikasi cepat dan akurat pada manajemen keperawatan saat ini
Penulisan data-data pasien dalam computer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan  memberikan intervensi yang tepat.
Melalui komputer informasi-informasi terbaru cepat didapat menggunakan internet bila perawat mengalami kesulitan dalam menangani masalah pasien.

Komunikasi tentang kerahasiaan


Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema dalam menyimpan rahasia pasien, disatu sisi perawat membutuhkan informasi dengan menghubungkan apa
yang dikatakan pasien dengan orang lain, di lain pihak perawat harus memegang janji untuk tidak menyampaikan rahasia pasien kepada orang lain.

Komunikasi melalui sentuhan


Merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat
Sentuhan yang diberikan dapat sebagai terapi/tindakan mandiri perawat untuk mengatasi masalah pasien

Dokumentasi sebagai alat komunikas:


Dokumentasi adalah alat yang digunakan dalam komunikasi keperawatan untuk menvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan lain dan dokumen paten dalam
pemberian asuhan  keperawatan
Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah:
Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat
Mengkomunikasikan kepada perawat dan tenaga kesehatan lain tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.i
Prinsip yang perlu diterapkan perawat dalam komunikasi aplikasi
askep:

1. Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tudak tepat. Ciptakan


suasana yang hangat, kekeluargaan
2. Hindari interupsi / gangguan yang timbul akibat lingkungan yang gaduh
3. Hindari respon dengan kata hanya “ya dan tidak “ mengakibatkan
komunikasi tidak berjalan dengan baik, perawat kelihatan kurang
tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan berkomunikasi
4. Jangan memonopoli pembicaraan
5. Hindari hambatan personal. Jika sebelum komunikasi perawat
menunjukan rasa tidak senang kepada pasien, maka akan berdampak
pada hasil komunikasi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai