Anda di halaman 1dari 90

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Antonius Budiono
Widyaiswara Utama

disampaikan pada Diklat Uji Coba Penyelenggaraan Bangunan Gedung


Semarang, 28 Februari 2017
Diskripsi Singkat Mata
Diklat:
Hasil Belajar:
Indikator Hasil
Belajar:
SUMBER
SUMBERDAYA AIR
DAYAAIR

JALAN
JALAN & JEMBATAN
& JEMBATAN

JASA
GEDUNG
PENATAAN

BANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG

PERKIM
PERKIM& RUSUN
&RUSUN

JASAKONSTRUKSI
PENATAANRUANG

KONSTRUKSI
RUANG

NEGARA
penyelenggaraan PU

RUMAH
RUMAH NEGARA
Undang-undang yang melandasi
PENGATURAN BANGUNAN GEDUNG

UNDANG-UNDANG
UNDANG-UNDANGNO
NO28
28TH
TH2002
2002TENTANG
TENTANGBANGUNAN
BANGUNAN
GEDUNG
GEDUNG

PP
PPNO.
NO.36
36TAHUN
TAHUN2005
2005TENTANG
TENTANG
PERATURAN
PERATURANPELAKSANAAN
PELAKSANAANUUBG
UUBG

PEDOMAN
PEDOMANTEKNIS
TEKNISdan
dan PERATURAN
PERATURANDAERAH
DAERAHTENTANG
TENTANG
STANDAR TEKNIS BANGUNAN
STANDAR TEKNIS BANGUNANGEDUNG
GEDUNG

Permen
PermenPUPU29/2006
29/2006ttg
ttg
pedoman
pedomanpersyaratan KONDISI
persyaratan KONDISISOSIAL,
SOSIAL,BUDAYA,
BUDAYA,EKONOMI,
EKONOMI,
teknis
teknisBangunan
BangunanGedung DAN
Gedung DANGEOGRAFI
GEOGRAFIDAERAH
DAERAH
6
Asas, Tujuan, Lingkup UUBG

ASAS: kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta


keserasian BG dengan lingkungannya.

TUJUAN:
1. mewujudkan BG yang fungsional dan sesuai dengan
tata BG yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2. mewujudkan tertib penyelenggaraan BG yang
menjamin keandalan teknis BG dari segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;
3. mewujudkan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan BG.

LINGKUP: fungsi, persyaratan, penyelenggaraan, peran


masyarakat, dan pembinaan.
PERATURAN PEMERINTAH
BCI
UU No. 28 Tahun 2002 ttg BG PPBG
10 Bab, 49 Pasal, 149 Ayat 9 Bab, 120 pasal
21 Pasal/ayat tentang Fungsi, FUNGSI dan
Persyaratan
Persyaratan Administrasi
Administrasi && Teknis
Teknis dan
dan 33 PERSYARATAN
Pasal/ayat
Pasal/ayat tentang
tentang Sanksi
Sanksi BANGUNAN GEDUNG

4 pasal/ayat tentang PENYELENGGARAAN


Penyelenggaraan BANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG
GEDUNG
dan
dan 33 Pasal/ayat
Pasal/ayat tentang Sanksi

1 Pasal/ayat tentang Peran PERAN


PERAN MASYARAKAT
MASYARAKAT
Masyarakat Dlm Penyelenggaraan BG

PEMBINAAN
1 Pasal/ayat tentang Pembinaan Dalam Penyelenggaraan
Bangunan
Bangunan Gedung
Gedung
1 8
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

 Fungsi BG merupakan ketetapan pemenuhan


persyaratan teknis bangunan gedung;
meliputi fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha,
fungsi sosial dan budaya, serta fungsi khusus;

 satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu


fungsi
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

FUNGSI HUNIAN
 rumah tinggal tunggal
fungsi utama sebagai
tempat tinggal manusia  rumah tinggal deret
 rumah tinggal rusun
 rumah tinggal sementara
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

FUNGSI KEAGAMAAN

fungsi utama tempat  masjid, musholla


melakukan ibadah
 gereja, kapel
 pura
 vihara
 kelenteng
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

FUNGSI USAHA

fungsi utama sebagai  perkantoran


tempat melakukan  perdagangan
kegiatan usaha
 perindustrian
 perhotelan
 wisata dan rekreasi
 terminal
 penyimpanan
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

FUNGSI SOSIAL & BUDAYA

 pelayanan pendidikan
fungsi utama tempat
melakukan kegiatan  pelayanan kesehatan
sosial dan budaya  kebudayaan
 laboratorium
 pelayanan umum
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

FUNGSI KHUSUS

fungsi utama sebagai tempat  Istana presiden


melakukan kegiatan yang
mempunyai tingkat  instalasi pertahanan dan
kerahasiaan tinggi , nilai keamanan
strategis nasional atau yang
penyelenggaraannya dapat  reaktor nuklir
membahayakan masyarakat  depot/gudang amunisi
di sekitarnya dan/atau
mempunyai risiko bahaya  bangunan sejenis yang
tinggi diputuskan oleh menteri
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

KLASIFIKASI BG

 Klasifikasi fungsi  kompleksitas

 permanensi

 risiko kebakaran

 zonasi gempa

 lokasi

 ketinggian

 kepemilikan
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

KLASIFIKASI BG

 BG sederhana
 Tingkat Kompleksitas  BG tidak sederhana
 BG khusus
 BG permanen
 Tingkat  BG semi permanen
Permanensi
 BG darurat/sementara

 tinggi
 Tingkat Resiko Kebakaran  sedang
 rendah
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

KLASIFIKASI BG

 ditetapkan oleh instansi berwenang


 Tingkat Zonasi Gempa
zg i s/d zg vi
 BG di lokasi padat
 Lokasi  BG di lokasi sedang
 BG di lokasi renggang

 BG bertingkat tinggi
 Ketinggian  BG bertingkat sedang
 BG bertingkat rendah

 BG milik negara

 Tingkat Kepemilikan  BG milik badan usaha

 BG milik perorangan
KLASIFIKASI BG sesuai Permen PU No. 29/prt/m/2006

 Klas 1: BG hunian biasa


 Klas 2: BG hunian terdiri 2 atau lebih unit unian
 Klas 3: BG hunian diluar Klas 1 dan Klas 2
 Klas 4: BG hunian campuran
 Klas 5: BG perkantoran
 Klas 6: BG perdagangan
 Klas 7: BG tempat penyimpanan/gudang
 Klas 8: BG laboratorium, industri, pabrik,bengkel
 Klas 9: BG umum: sosial budaya & keagamaan
 Klas 10: BG sarana BG yang dibangun terpisah
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

FUNGSI DAN KLASIFIKASI BG :

 harus sesuai peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW


kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL.
 diusulkan oleh pemilik BG dalam pengajuan
permohonan izin mendirikan bangunan gedung

 Pemda menetapkan fungsi dan klasifikasi BG dalam izin


mendirikan bangunan gedung berdasarkan RTRW
kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL, kecuali untuk
BG fungsi khusus oleh Pemerintah
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

PERUBAHAN FUNGSI DAN KLASIFIKASI BG :

 dapat dilakukan melalui permohonan baru izin


mendirikan bangunan gedung.
 diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencana teknis
bangunan gedung sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam RTRW kabupaten/kota, RDTRKP,
dan/atau RTBL.
 harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis BG
 ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam izin
mendirikan bangunan gedung, kecuali bangunan
gedung fungsi khusus ditetapkan oleh Pemerintah.
PERSYARATAN
BANGUNAN GEDUNG
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

 Setiap BG harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis


sesuai dengan fungsi BG

administrasi teknis
Status
Status Hak
Hak atas
atas Tanah
Tanah Tata
Tata Bangunan
Bangunan Keandalan
Keandalan BG
BG

Status Peruntukan
Peruntukan dan
dan Intensitas
Intensitas
Status Kepemilikan
Kepemilikan BG
BG Keselamatan
Keselamatan
BG
BG

Perizinan
Perizinan (IMB)
(IMB) Arsitektur
Arsitektur BG
BG Kesehatan
Kesehatan

Pembangunan
Pembangunan BG
BG di
di atas
atas Tanah
Tanah Milik
Milik Pengendalian
Pengendalian Dampak
Dampak Kenyamanan
Kenyamanan
Orang/Pihak
Orang/Pihak Lain
Lain dengan
dengan Lingkungan
Lingkungan
Perjanjian
Perjanjian Tertulis
Tertulis Kemudahan
Kemudahan

Persyaratan administratif dan teknis untuk BG adat, BG semi permanen, BG darurat, dan BG yang
dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh PEMDA sesuai kondisi sosial dan budaya
setempat
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

Penetapan persyaratan untuk BG  ketentuan peruntukan


adat, mempertimbangkan
 kepadatan dan ketinggian

 wujud ars tradisional setempat


 dampak lingkungan

 Persy. keselamatan dan kesehatan pengguna dan


lingkungannya

Penetapan persyaratan untuk BG  keselamatan dan kesehatan pengguna dan


semi-permanen dan darurat, lingkungan
mempertimbangkan
 waktu maksimum pemanfaatan bangunan gedung
yBS

 fungsi bangunan gedung


Penetapan persyaratan untuk BG di
lokasi bencana, mempertimbangkan  keselamatan pengguna dan kesehatan bangunan
gedung
 sifat permanensi bangunan yang diperkenankan.

Pengaturan diatur dalam peraturan daerah dengan mengacu pada pedoman dan standar
teknis yang berkaitan dg BG ybs
24
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

Persyaratan Administratif Bangunan Gedung

STATUS HAK ATAS TANAH

BG harus didirikan pada tanah yang STATUS KEPEMILIKANNYA JELAS,


baik milik sendiri maupun milik pihak lain

Dalam hal tanahnya milik pihak lain, BG hanya dapat didirikan dengan izin
pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah/pemilik tanah dalam
bentuk PERJANJIAN TERTULIS

memuat paling sedikit hak dan kewajiban para pihak,


luas, letak, dan batas-batas tanah, serta fungsi
PERJANJIAN bangunan gedung dan jangka waktu pemanfaatan
TERTULIS tanah
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

KEPEMILIKAN BANGUNAN GEDUNG


 dibuktikan dgn surat bukti kepemilikan BG
STATUS KEPEMILIKAN

 BG fungsi khusus oleh Pemerintah

 berdsrkan hasil kegiatan pendataan BG

KEPEMILIKAN  dapat dialihkan kepada pihak lain

PEMILIK BG BUKAN  pengalihan hak harus mendapat persetujuan pemilik


PEMILIK TANAH tanah

SURAT BUKTI  diatur lebih lanjut dalam PERATURAN PRESIDEN


KEPEMILIKAN BG

PEMDA  mendaftar BG tersebut untuk keperluan sistem


informasi bangunan gedung

KETENTUAN & TATA  diatur lebih lanjut dengan PERATURAN MENTERI


CARA PENDATAAN
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

KEPEMILIKAN BANGUNAN GEDUNG

 untuk BG-baru dilakukan bersamaan dengan proses


KEGIATAN PENDATAAN izin mendirikan bangunan gedung

 wajib memberikan data yang diperlukan oleh PEMDA


PEMILIK BG dalam melakukan pendataan BG

 mendaftar BG tersebut untuk keperluan sistem


PEMDA informasi bangunan gedung

KETENTUAN & TATA  diatur lebih lanjut dengan PERATURAN MENTERI


CARA PENDATAAN
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG


Setiap orang yang akan mendirikan BG wajib memiliki izin mendirikan bangunan gedung

diberikan oleh PEMDA, kecuali BG fungsi khusus oleh Pemerintah, melalui proses
permohonan izin mendirikan bangunan gedung.

wajib memberikan surat keterangan rencana kabupaten/kota (KRK)


PEMDA untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan
mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung

Dalam surat keterangan rencana kabupaten/kota (KRK) dapat juga dicantumkan


ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan

Keterangan rencana kabupaten/kota digunakan sebagai dasar penyusunan rencana teknis


bangunan gedung.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

surat keterangan rencana kabupaten/kota (KRK) merupakan


ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi:
fungsi bangunan yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan;

ketinggian maksimum bangunan yang diizinkan;


jumlah lantai/lapis bangunan di bawah permukaan tanah dan KTB
yang diizinkan;

garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan yang diizinkan;

KDB maksimum yang diizinkan;

KLB maksimum yang diizinkan;

KDH minimum yang diwajibkan;

KTB maksimum yang diizinkan; dan

jaringan utilitas kota


PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

Pengajuan permohonan izin mendirikan bangunan gedung harus


dilengkapi dengan:
1. tanda bukti status 3. rencana teknis BG
kepemilikan hak atas
tanah/tanda bukti perjanjian 4. hasil analisis mengenai dampak
pemanfaatan tanah lingkungan bagi BG yang
menimbulkan dampak penting
2. data pemilik BG terhadap lingkungan

proses pemberian perizinan bagi BG yang menimbulkan dampak penting


terhadap lingkungan harus mendapat pertimbangan teknis dari TABG
dan dengan mempertimbangkan pendapat publik
Permohonan izin mendirikan bangunan gedung yang telah memenuhi
persyaratan administratif dan teknis disetujui dan disahkan oleh
bupati/walikota
Untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta oleh Gubernur, untuk BG fungsi
khusus oleh Pemerintah dalam bentuk izin mendirikan bangunan gedung.
PROSES
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

PEMERINTAH DAERAH

TABG PM
PERHITUNG PENGESAHAN
AN BIAYA
IMB

SURAT Y
KETERANGAN
RENCANA
PERMOHONAN IMB PEMERIKSAAN OK? IMB
KOTA
T

PEMBERITAHUAN PEMBERITAHUAN

PENYUSUNAN
RENCANA DOK PERBAIKI/LENGKAPI BAYAR IMB
TEKNIS BG

PEMILIK BANGUNAN GEDUNG


32
Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan

PERUNTUKAN LOKASI BG
Peruntukan &
Intensitas BG
INTENSITAS BG

PENAMPILAN BG

Arsitektur BG TATA RUANG DALAM

KESEIMBANGAN, KESERASIAN, &


KESELARASAN

Pengendalian DAMPAK PENTING


Dampak
Lingkungan UKL DAN UPL
Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan

TINDAK LANJUT RTRW & RDTRKP

RTBL MUATAN MATERI RTBL

PENYUSUNAN RTBL

BG DI ATAS P/S
Pembangunan di
atas/bawah BG DI BWH TANAH MELINTASI P/S
Tanah/Air/
Prasarana/sarana BG DI BAWAH/ATAS AIR
Umum
DI BAWAH SUTET/
MENARA TELKOM/MENARA AIR
Persyaratan Keandalan BG

STRUKTUR dan BAHAN

INSTALASI GAS PEMBAKARAN

PROTEKSI KEBAKARAN
(PASIF, AKTIF, MPK)

SISTEM KELISTRIKAN
Keselamatan
BG SISTEM KEAMANAN THD BAHAN
LEDAK

SISTEM PROTEKSI PETIR

KOMUNIKASI DARURAT DALAM


BG
PENCAHAYAAN DARURAT, TANDA
ARAH, SISTEM PERINGATAN
BAHAYA
Persyaratan Keandalan BG

VENTILASI

PENCAHAYAAN

SANITASI

Kesehatan INSTALASI GAS MEDIK


BG
PENYALURAN AIR HUJAN

SAMPAH

BAHAN BANGUNAN
Persyaratan Keandalan BG

KENYAMANAN RUANG GERAK

KONDISI UDARA

Kenyamanan
KENYAMANAN PANDANGAN
BG
KENYAMANAN GETARAN

KENYAMANAN KEBISINGAN
Persyaratan Keandalan BG

HUBUNGAN HORIZONTAL

HUBUNGAN VERTIKAL

Kemudahan SARANA EVAKUASI


BG
AKSESIBILITAS

PRASARANA/SARANA DALAM BG
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

PERSYARATAN TEKNIS TATA BANGUNAN

persyaratan peruntukan & intensitas BG

arsitektur BG

persyaratan pengendalian dampak lingkungan


PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung


PERSY. PERUNTUKAN BG:
merupakan persyaratan peruntukan lokasi yang bersangkutan sesuai
dengan RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL

PERSY. INTENSITAS BG:

Persy. kepadatan & ketinggian persyaratan jarak bebas


KDB, KDH, KLB GSB, GSJ, Jarak bebas
JARAK BEBAS DAN INTENSITAS
BANGUNAN
3m 3m
BANGUNAN
JARAK BEBAS
BELAKANG 5m

PERUNTUKAN
BATASAN
KETINGGIAN
KDB BANG
KLB KDB/KLB
JARAK BEBAS
SAMPING
GSB

GSJ
RENCANA JALAN RENCANA JALAN
GSJ
KETENTUAN TENTANG JARAK BEBAS
dan JLH LAPIS BANGUNAN
Rumus Jarak Bebas Batas Lahan
(Y)n=(3.50+n/2)m
Lt>32
n = jumlah lapis
Y = jarak bebas (m)

15 m
Lt. 32

12 m
Lt. 16

6m
Lt. 4

4m

Lantai dasar / lantai 1


Jarak Bebas dan Ketinggian Bangunan
(Perda 4/1975 dan Perda 7/1991 dan SK. Gub 678/1994)
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

persyaratan peruntukan BG

Fungsi BG harus sesuai peruntukan lokasi dalam RTRW kab/kota, RDTR,


dan/atau RTBL.
BG di atas, dan/atau di bawah tanah, air, dan/atau prasarana dan sarana
umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung
kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang bersangkutan

Daerah yang belum memiliki RTRW kab/kota, RDTRKP, dan/atau


RTBL, PEMDA dapat memberikan persetujuan mendirikan bangunan gedung
pada daerah tersebut untuk jangka waktu sementara
Apabila RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL untuk lokasi yang
bersangkutan telah ditetapkan, fungsi BG yang telah ada harus disesuaikan

Dalam hal terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota, RDTR dan/atau


RTBL yang mengakibatkan perubahan peruntukan lokasi, fungsi BG harus
disesuaikan
Terhadap kerugian yang timbul akibat perubahan peruntukan lokasi ,
PEMDA memberikan penggantian yang layak kepada pemilik bangunan
gedung sesuai dengan peraturan PER-UU-AN
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

PERSYARATAN KEPADATAN DAN KETINGGIAN BG

Setiap BG didirikan tidak boleh melebihi ketentuan maksimal kepadatan dan


ketinggian yang ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau
RTBL
Persyaratan kepadatan ditetapkan dalam bentuk Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) maksimal
Persyaratan ketinggian maksimal ditetapkan dalam bentuk Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) dan/atau jumlah lantai maksimal
Penetapan KDB didasarkan pada luas kaveling/persil, peruntukan atau fungsi
lahan, dan daya dukung lingkungan
Penetapan KLB dan/atau jumlah lantai didasarkan pada peruntukan lahan,
lokasi lahan, daya dukung lingkungan, keselamatan dan pertimbangan
arsitektur kota
tata cara penentuan besaran kepadatan dan ketinggian BG diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

PERSYARATAN JARAK BEBAS BG

Setiap BG yang didirikan tidak boleh melebihi ketentuan minimal jarak bebas bangunan gedung
yang ditetapkan dalam RTRW kab/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL

PERSY. JARAK BEBAS Ditetapkan dalam:

jarak antara BG dengan batas-batas persil, jarak


garis sempadan BG dengan as jalan, tepi
antar BG dan jarak antara as jalan dengan pagar
sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau
halaman yang diizinkan pada lokasi yang
jaringan tegangan tinggi;
bersangkutan;

yang diberlakukan per kaveling, per persil, dan/atau per kawasan

Penetapan garis sempadan BG dengan tepi jalan, tepi sungai, tepi pantai, tepi danau, jalan kereta
api, dan/atau jaringan tegangan tinggi didasarkan pada pertimbangan keselamatan dan kesehatan

Penetapan jarak antara BG dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan dan pagar
halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan harus didasarkan pada pertimbangan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penentuan besaran jarak bebas bangunan gedung
diatur dengan Peraturan Menteri
PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG

persyaratan penampilan bangunan gedung

tata ruang-dalam

keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya

pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat


terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG

persyaratan penampilan bangunan gedung

mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur, dan


lingkungan yang ada di sekitarnya

penampilan bangunan gedung di kawasan cagar budaya, harus dirancang dengan


mempertimbangkan kaidah pelestarian

penampilan bg yang didirikan berdampingan dengan bg yang dilestarikan, harus


dirancang dengan mempertimbangkan kaidah estetika bentuk dan karakteristik dari
arsitektur bangunan gedung yang dilestarikan

PEMDA dapat menetapkan kaidah-kaidah arsitektur tertentu pada bg untuk suatu


kawasan setelah mendapat pertimbangan teknis tim ahli bangunan gedung, dan
mempertimbangkan pendapat publik
PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG

persyaratan tata ruang dalam

mempertimbangkan fungsi ruang, arsitektur bangunan gedung, dan keandalan


bangunan gedung

Pertimbangan fungsi ruang diwujudkan dalam efisiensi dan efektivitas tata ruang-
dalam

Pertimbangan arsitektur bg diwujudkan dalam pemenuhan tata ruang-dalam terhadap


kaidah-kaidah arsitektur bangunan gedung secara keseluruhan

Pertimbangan keandalan bangunan gedung diwujudkan dalam pemenuhan


persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan tata ruang-dalam
PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG

keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan


lingkungannya
harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka
hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya

Pertimbangan terhadap terciptanya ruang luar bangunan gedung dan ruang terbuka
hijau diwujudkan dalam pemenuhan persyaratan daerah resapan, akses
penyelamatan, sirkulasi kendaraan dan manusia, serta terpenuhinya kebutuhan
prasarana dan sarana di luar bangunan gedung
PERSYARATAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

hanya berlaku bagi BG yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap


lingkungan

Setiap mendirikan BG yang menimbulkan dampak penting, harus didahului dengan


menyertakan analisis mengenai dampak lingkungan sesuai peraturan perundang-
undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup
PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

merupakan pengaturan persyaratan tata bangunan sebagai tindak lanjut RTRW


kabupaten/kota dan/atau RDTRKP

digunakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang suatu kawasan

sebagai panduan rancangan kawasan untuk mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas
bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan

Berisi :

 materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan

 rencana investasi

 ketentuan pengendalian rencana

 pedoman pengendalian pelaksanaan


PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

disusun oleh PEMDA atau berdasarkan kemitraan PEMDA, swasta, dan/atau masyarakat sesuai dengan
tingkat permasalahan pada lingkungan/kawasan yang bersangkutan

didasarkan pada pola penataan BG dan lingkungan yang meliputi perbaikan, pengembangan kembali,
pembangunan baru, dan/atau pelestarian untuk :

 kawasan terbangun

 kawasan yang dilindungi dan dilestarikan

 kawasan baru yang potensial berkembang; dan/atau

 kawasan yang bersifat campuran

dilakukan dengan mendapat pertimbangan teknis TABG dan dengan mempertimbangkan pendapat publik

ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota, dan untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan peraturan Gubernur

pedoman umum penyusunan RTBL diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum

BG yang dibangun di atas dan/atau di bawah tanah, air, atau prasarana dan sarana umum pengajuan
permohonan izin mendirikan bangunan gedungnya dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari
pihak yang berwenang.

BG yang dibangun di bawah tanah yang melintasi prasarana dan/atau sarana umum

 sesuai dengan RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL

 tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal

 tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada di bawah tanah

 memenuhi persyaratan kesehatan sesuai fungsi bangunan

 memiliki sarana khusus untuk kepentingan keamanan dan keselamatan bagi pengguna
bangunan; dan

 mempertimbangkan daya dukung lingkungan


Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum

BG yang dibangun di bawah dan/atau di atas air

 sesuai dengan RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL

 tidak mengganggu keseimbangan lingkungan, dan fungsi lindung kawasan

 tidak menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan

 tidak menimbulkan pencemaran; dan

 telah mempertimbangkan faktor keselamatan, kenyamanan, kesehatan, dan kemudahan


bagi pengguna bangunan
Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum

BG yang dibangun di atas prasarana dan/atau sarana umum

 sesuai dengan RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL

 tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada di bawahnya dan/atau
di sekitarnya

 tetap memperhatikan keserasian bangunan terhadap lingkungannya; dan

 memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan sesuai fungsi bangunan gedung.

Izin mendirikan bangunan gedung untuk pembangunan BG diatas wajib mendapat


pertimbangan teknis TABG dan dengan mempertimbangkan pendapat publik

Ketentuan lebih lanjut tentang pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah
tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum mengikuti standar teknis yang berlaku
Persyaratan Teknis Keandalan Bangunan Gedung

Persyaratan teknis keandalan BG meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan,


kenyamanan, dan kemudahan.

Persyaratan keselamatan meliputi:

A. persyaratan kemampuan BG untuk mendukung beban muatan

 strukturnya harus direncanakan kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban
& memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability)

 mempertimbangkan fungsi BG, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya

 diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang


mungkin bekerja baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul akibat
gempa dan angin
Persyaratan keselamatan

persyaratan kemampuan BG untuk mendukung beban muatan

 semua unsur struktur bangunan gedung, baik bagian dari sub struktur maupun struktur gedung,
harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gempanya

 Struktur BG harus direncanakan secara daktail sehingga apabila terjadi keruntuhan kondisi
strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna BG menyelamatkan diri

 Ketentuan mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa bumi dan/atau angin, dan perhitungan
strukturnya mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku
Persyaratan keselamatan

PROTEKSI KEBAKARAN,
kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran

 Setiap BG, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus dilindungi
terhadap bahaya kebakaran dengan sistem proteksi pasif dan proteksi aktif

 Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran,


geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni
dalam bangunan gedung.

 Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian,
volume bangunan, dan/atau dalam bangunan gedung.

 Setiap bangunan gedung dengan fungsi, klasifikasi, luas, jumlah lantai, dan/atau dengan
jumlah penghuni tertentu harus memiliki unit manajemen pengamanan kebakaran.

 Ketentuan mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem


proteksi pasif dan aktif serta penerapan manajemen pengamanan kebakaran mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan keselamatan

PROTEKSI PETIR

 Setiap bangunan gedung berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk, ketinggian, dan
penggunaannya berisiko terkena sambaran petir harus dilengkapi instalasi penangkal
petir

 Sistem penangkal petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara nyata
risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan gedung dan peralatan
yang diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, pemeliharaan instalasi
sistem penangkal petir mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

INSTALASI LISTRIK

 Setiap bangunan gedung yang dilengkapi dengan instalasi listrik termasuk


sumber daya listriknya harus dijamin aman, andal, dan akrab lingkungan.

 Ketentuan mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, pemeriksaan dan pemeliharaan


instalasi listrik mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku
Persyaratan keselamatan

Sistem pengamanan terhadap bahan peledak

 Setiap bangunan gedung untuk kepentingan umum, atau bangunan gedung fungsi khusus harus
dilengkapi dengan sistem pengamanan yang memadai untuk mencegah terancamnya
keselamatan penghuni dan harta benda akibat bencana bahan peledak.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, pemeliharaan instalasi
sistem pengamanan mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan Kesehatan meliputimeliputi persyaratan sistem penghawaan,


pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung.

Persyaratan Penghawaan

 Setiap BG harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi


mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya

 BG tempat tinggal, BG pelayanan kesehatan khususnya ruang


perawatan, BG pendidikan khususnya ruang kelas, dan bangunan
pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan permanen,
kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang
dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.

 Ventilasi alami harus memenuhi ketentuan bukaan permanen, kisi-


kisi pada pintu dan jendela, sarana lain yang dapat dibuka dan/atau
dapat berasal dari ruangan yang bersebelahan untuk memberikan
sirkulasi udara yang sehat
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan penghawaan
 Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi
syarat.

 Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan


prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan gedung.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,


pemasangan, dan pemeliharaan sistem ventilasi alami dan
mekanik/buatan pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan pencahayaan

Persyaratan pencahayaan alami

 Setiap BG harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk


pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.

 BG tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum harus
mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami

 Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan fungsi
masing-masing ruang di dalam bangunan gedung.
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan pencahayaan

Persyaratan pencahayaan buatan

 Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang


dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam BG dengan mempertimbangkan efisiensi,
penghematan energi yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau
pantulan.

 Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang pada BG
dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.

 Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus
dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang
mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.

 Ketentuan mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem


pencahayaan pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan sistem sanitasi

Setiap BG untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi harus dilengkapi dengan sistem air bersih,
sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan

SISTEM AIR BERSIH

 Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan


mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya.

 Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan


dan/atau sumber air lainnya serta yang memenuhi persyaratan
kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.

 Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan gedung harus


memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,


dan pemeliharaan sistem air bersih pada bangunan gedung mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan sistem sanitasi

SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR

 Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus


direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis
dan tingkat bahayanya.

 Pertimbangan jenis air kotor dan/atau air limbah diwujudkan


dalam bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan
penggunaan peralatan yang dibutuhkan.

 Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah


diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan
pembuangannya. .

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,


pemasangan, dan pemeliharaan sistem pembuangan air kotor
dan/atau air limbah pada bangunan gedung mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan sistem sanitasi

SISTEM PEMBUANGAN KOTORAN DAN SAMPAH

 Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus


direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan
tingkat bahayanya.

 Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk


penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-
masing bangunan gedung, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi
bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah

 Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk


penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak
mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,


dan pengelolaan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah pada
bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan sistem sanitasi

SISTEM PENYALURAN AIR HUJAN

 Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan
ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan drainase
lingkungan/kota.

 Setiap BG dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.

 Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah pekarangan
dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Persyaratan Kesehatan

Persyaratan sistem sanitasi

SISTEM PENYALURAN AIR HUJAN


 Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka
penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang
berwenang.

 Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan
penyumbatan pada saluran.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
Persyaratan Kesehatan

PENGGUNAAN BAHAN BANGUNAN

 Setiap bangunan gedung harus menggunakan bahan bangunan yang aman


bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan

 Penggunaan bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna BG harus tidak
mengandung bahan-bahan berbahaya/ beracun bagi kesehatan, aman bagi pengguna
BG

 Penggunaan bahan bangunan yang tidak berdampak negatif terhadap


lingkungan harus:

 menghindari timbulnya efek silau dan pantulan


bagi pengguna bangunan gedung lain,
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya

 menghindari timbulnya efek peningkatan suhu


lingkungan di sekitarnya
Persyaratan Kesehatan

PENGGUNAAN BAHAN BANGUNAN

 mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; dan

 mewujudkan bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan


lingkungannya

 Pemanfaatan dan penggunaan bahan bangunan lokal harus sesuai dengan kebutuhan
dan memperhatikan kelestarian lingkungan

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan bahan bangunan mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kenyamanan

Persyaratan kenyamanan meliputi meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan


antarruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat
kebisingan

Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak

 Untuk mendapatkan kenyamanan ruang gerak dalam bangunan gedung, dengan


mempertimbangkan:

 fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan, aksesibilitas ruang, di dalam


bangunan gedung; dan

 persyaratan keselamatan dan kesehatan


Persyaratan Kenyamanan

Persyaratan Kenyamanan Hubungan Antarruang

 Untuk mendapatkan kenyamanan hubungan antarruang harus mempertimbangkan:

 fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah pengguna dan perabot/peralatan di dalam
bangunan gedung;

 sirkulasi antarruang horizontal dan vertikal; dan

 persyaratan keselamatan dan kesehatan.

 Ketentuan mengenai tata cara


perencanaan kenyamanan ruang gerak
dan hubungan antarruang pada
bangunan gedung mengikuti pedoman
dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kenyamanan

Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara Ruang di Dlm BG

 Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam bangunan gedung harus
mempertimbangkan temperatur dan kelembaban

 Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat
dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan:

 fungsi bangunan gedung/ruang, jumlah pengguna, letak,


volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan bahan
bangunan;

 kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan

 prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian


lingkungan.
Persyaratan Kenyamanan

Persyaratan Kenyamanan Pandangan

 Untuk mendapatkan kenyamanan pandangan harus mempertimbangkan kenyamanan


pandangan dari dalam bangunan ke luar dan dari luar bangunan ke ruang-ruang tertentu dalam
BG

 Kenyamanan pandangan dari dalam bangunan ke luar harus mempertimbangkan:

 gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata


ruang-dalam dan luar bangunan, dan rancangan
bentuk luar bangunan;

 pemanfaatan potensi ruang luar bangunan


gedung dan penyediaan ruang terbuka hijau;
dan

 pencegahan terhadap gangguan silau dan


pantulan sinar.
Persyaratan Kenyamanan

Persyaratan Kenyamanan Pandangan

 Kenyamanan pandangan dari luar ke dalam bangunan harus mempertimbangkan:

 rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan luar bangunan, dan rancangan bentuk luar
bangunan gedung; dan

 keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang akan ada di sekitarnya.
Persyaratan Kenyamanan

Persyaratan Tingkat Kenyamanan Terhadap Getaran

 Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan


gedung harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan,
dan/atau sumber getar lainnya baik yang berada pada bangunan gedung
maupun di luar bangunan gedung

 Ketentuan mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan terhadap getaran


pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Kenyamanan

Persyaratan Tingkat Kenyamanan Terhadap Kebisingan

 Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada BG harus


mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber
bising lainnya baik yang berada pada bangunan gedung maupun di luar
bangunan gedung.

 Setiap BG dan/atau kegiatan yang karena fungsinya menimbulkan dampak


kebisingan terhadap lingkungannya dan/atau terhadap BG yang telah ada, harus
meminimalkan kebisingan yang ditimbulkan sampai dengan tingkat yang diizinkan.
Persyaratan Kemudahan

Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan
gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung

PERSYARATAN KEMUDAHAN MELIPUTI KEMUDAHAN HUBUNGAN KE,


DARI, DAN DI DALAM BANGUNAN GEDUNG

 Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung meliputi tersedianya fasilitas
dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat
dan lanjut usia.

 Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas harus mempertimbangkan tersedianya


hubungan horizontal dan vertikal antarruang dalam bangunan gedung, akses
evakuasi, termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

 Kelengkapan prasarana dan sarana disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung


dan persyaratan lingkungan lokasi bangunan gedung.
Persyaratan Kemudahan

PERSYARATAN KEMUDAHAN HUBUNGAN HORIZONTAL

 Setiap BG harus memenuhi persyaratan kemudahan hubungan horizontal


berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang memadai untuk
terselenggaranya fungsi bangunan gedung tersebut

 Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan


fungsi ruang dan aspek keselamatan.

 Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang dipertimbangkan berdasarkan


fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna.
Persyaratan Kemudahan

PERSYARATAN KEMUDAHAN HUBUNGAN VERTIKAL

 Setiap BG bertingkat harus menyediakan sarana hubungan vertikal


antarlantai yang memadai berupa tersedianya tangga, ram, lif,
tangga berjalan/eskalator, dan/atau lantai berjalan/travelator.

 Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus


berdasarkan fungsi BG, luas bangunan, dan jumlah pengguna
ruang, serta keselamatan pengguna bangunan gedung.

 Setiap BG dengan ketinggian di atas lima lantai harus menyediakan


sarana hubungan vertikal berupa lif.

 Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif sebagai sarana hubungan


vertikal dalam bangunan gedung harus mampu melakukan
pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan,
sesuai dengan fungsi dan jumlah pengguna BG
Persyaratan Kemudahan

PERSYARATAN KEMUDAHAN HUBUNGAN VERTIKAL


(LIF KEBAKARAN)

 Setiap bangunan gedung yang


menggunakan lif harus tersedia lif
kebakaran

 Lif kebakaran dapat berupa lif khusus


kebakaran atau lif penumpang biasa atau lif
barang yang dapat diatur pengoperasiannya
sehingga dalam keadaan darurat dapat
digunakan secara khusus oleh petugas
kebakaran
Persyaratan Kemudahan

SARANA EVAKUASI

 Setiap BG, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus
menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi
pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi yang dapat menjamin
kemudahan pengguna BG untuk melakukan evakuasi menyelamatkan diri
dari dalam BG secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.

 Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat,


dan jalur evakuasi disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan
gedung, jumlah dan kondisi pengguna bangunan gedung, serta jarak
pencapaian ke tempat yang aman

 Sarana pintu keluar darurat dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda
arah yang mudah dibaca dan jelas.
Persyaratan Kemudahan

SARANA EVAKUASI

 Setiap BG dengan fungsi, klasifikasi, luas, jumlah lantai, dan/atau jumlah


penghuni dalam bangunan tertentu harus memiliki manajemen penanggulangan
bencana atau keadaan darurat
Persyaratan Kemudahan

FASILITAS DAN AKSESIBILITAS

 Setiap BG, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus
menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya
kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk dan keluar ke dan
dari BG serta beraktivitas dalam BG secara mudah, aman, nyaman dan
mandiri

 Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, telepon umum, jalur
pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi penyandang
cacat dan lanjut usia

 Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas, dan


ketinggian bangunan gedung
Persyaratan Kemudahan

KELENGKAPAN PRASARANA DAN SARANA

 Setiap BG untuk kepentingan umum harus menyediakan kelengkapan


prasarana dan sarana pemanfaatan BG, meliputi ruang ibadah, ruang ganti,
ruang bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi
dan informasi untuk memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan
gedung dalam beraktivitas dalam bangunan gedung

 Penyediaan prasarana dan sarana disesuaikan


dengan fungsi dan luas bangunan gedung, serta
jumlah pengguna bangunan gedung
KETERKAITAN FUNGSI/KLASIFIKASI
DENGAN PERSYARATAN

BANGUNAN GEDUNG HUNIAN BANGUNAN GEDUNG USAHA


KLASIFIKASI SEDERHANA KLASIFIKASI SEDERHANA
KETERKAITAN FUNGSI/KLASIFIKASI
DENGAN PERSYARATAN

BANGUNAN GEDUNG HUNIAN BANGUNAN GEDUNG HUNIAN


KLASIFIKASI SEDERHANA KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA
KETERKAITAN FUNGSI/KLASIFIKASI
DENGAN PERSYARATAN

BANGUNAN GEDUNG HUNIAN BANGUNAN GEDUNG USAHA


APARTEMEN PERHOTELAN
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai