Anda di halaman 1dari 41

Diabetes Melitus

Surmita, S.Gz., M.Kes


Politeknik Kesehatan Bandung
Pokok Pembahasan

 Diabetes Melitus meliputi : patogenesa, etiologi,


gambaran klinik, laboratorium dan
penatalaksanaannya
 Kaitan status gizi/kebiasaan makan/ indikasi terapi
diet pada DM dan masalah gizi
 Interaksi obat dan metabolisme zat gizi pada DM
Pendahuluan

 Diabetes = Diabere = Tabung utk mengalirkan cairan


 Melitus = Madu
 Diabetes Melitus = Suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yg disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosadarah ) /
hiperglikemia akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya)
Epidemiologi

 Pd bangsa kulit putih kulit putih 3 – 6%


 Kekerapan diabetes di Indonesia 1,4 -1,6 %
 Pada tahun 1995, Indonesia urutan ke 7 (4,5 juta
penderita DM)
 Pada tahun 2025, Indonesia urutan ke 5 (12,4 juta
penderita DM)
Cont..Epidemiologi
 Prediksi WHO untuk penderita DM Tipe 2 di Indonesia
 8,4 juta pd tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030
 Prediksi IDF (International Diabetes Federation ) untuk
penderita DM Tipe 2 di Indonesia
 10,3 juta pd tahun 2013-2017 menjadi 16,7 juta pada tahun 2045
 Prediksi berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar
Kemenkes RI )
 Riskesdas 2013  Prevalensi DM 14,7% di urban dan 7,2% di rural
area , tahun 2030 diperkirakan 28 juta penyandang DM di urban
dan 13,9 juta di rural area.
 Riskesdas 2018  prevalensi DM 8,5 % atau 20,4 juta di
Indonesia
Jenis Diabetes

 IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau


DMTI (DiabetesMelitus Tergantung Insulin) atau DM
Tipe 1
 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
atau DMTTI (DiabetesMelitus Tidak Tergantung
Insulin) atau DM Tipe 2
 Jenis lain : Diabetes Gestasional, Malnutrition Related
DM
Patofisiologi

Penurunan
sekresi insulin

Penurunan
sensitifitas
insulin
Hormon Insulin
Pengaturan homestatis gula darah
Patofisiologi
 11 organ penting dalam gangguan toleransi glukosa (the egregious
eleven)—sebelumnya ominous octet
1. Kegagalan sel beta pancreas : penurunan fungsi sekresi insulin
2. Disfungsi sel alfa pankreas : Sel alfa berfungsi pada sintesis glukagon
yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan
meningkat. Peningkatan ini menyebabkan produksi glukosa hati
(hepatic glucose production) dalam keadaan basal meningkat secara
bermakna dibanding individu yang normal.
3. Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak
bebas (free fatty acid (FFA)) dalam plasma. Peningkatan FFA akan
merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi
insulin di hepar dan otot, sehingga mengganggu sekresi insulin.
Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai
lipotoksisitas.
4. Otot : Pada penyandang DM tipe 2 didapatkan gangguan kinerja
insulin yang multipel di intramioselular, yang diakibatkan oleh
gangguan fosforilasi tirosin, sehingga terjadi gangguan transport
glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan
penurunan oksidasi glukosa.
5. Hepar : Pada penyandang DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang
berat dan memicu glukoneogenesis sehingga produksi glukosa
dalam keadaan basal oleh hepar (hepatic glucose production)
meningkat.
6. Otak : Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada
individu yang obese baik yang DM maupun non-DM, didapatkan
hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari
resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru
meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak.
7. Kolon/Mikrobiota : Perubahan komposisi mikrobiota pada
kolon berkontribusi dalam keadaan hiperglikemia. Mikrobiota
usus terbukti berhubungan dengan DM tipe 1, DM tipe 2, dan
obesitas sehingga menjelaskan bahwa hanya sebagian
individu berat badan berlebih akan berkembang DM.
8. Usus halus : Glukosa yang ditelan memicu respons insulin jauh
lebih besar dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek
yang dikenal sebagai efek inkretin ini diperankan oleh 2
hormon yaitu glucagon-like polypeptide-1 (GLP-1) dan glucose-
dependent insulinotrophic polypeptide atau disebut juga
gastric inhibitory polypeptide (GIP). Pada penyandang DM tipe
2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap hormon
GIP
9. Ginjal : Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan
dalam patogenesis DM tipe 2. Ginjal memfiltrasi sekitar
163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari
glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran
enzim sodium glucose co-transporter (SGLT-2) pada
bagian convulated tubulus proksimal, dan 10% sisanya
akan diabsorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus
desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada
glukosa dalam urin. Pada penyandang DM terjadi
peningkatan ekspresi gen SGLT-2, sehingga terjadi
peningkatan reabsorbsi glukosa di dalam tubulus ginjal
dan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah.
10. Lambung : Penurunan produksi amilin pada diabetes
merupakan konsekuensi kerusakan sel beta pankreas.
Penurunan kadar amilin menyebabkan percepatan
pengosongan lambung dan peningkatan absorpsi glukosa di
usus halus, yang berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa postprandial.
11. Sistem Imun : Sitokin menginduksi respons fase akut
(merupakan bagian dari aktivasi sistem imun bawaan/innate)
yang berhubungan kuat dengan patogenesis DM tipe 2 dan
berkaitan dengan komplikasi seperti dislipidemia dan
aterosklerosis. DM tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin
perifer dan penurunan produksi insulin, disertai dengan
inflamasi kronik derajat rendah pada jaringan perifer seperti
adiposa, hepar dan otot.
Kelompok berisiko DM
 BB berlebih , IMT > 23 kg/m2
 a. Aktivitas fisik yang kurang.
 b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam
keluarga).
 c. Kelompok ras/etnis tertentu (Asia, Afrika)
 d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4
kg atau mempunyai riwayat diabetes melitus gestasional (DMG).
 e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk
hipertensi).
 f. HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.
 g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
 h. Riwayat prediabetes, akantosis nigrikans (gangguan
kulit/penggelapan bag kulit tertentu)
 i. Obesitas berat
 j. Riwayat penyakit kardiovaskular.
 Usia > 45 tahun
Etiologi
 Penyakit autoimun
 Gangguan genetik
 Karena obat atau zat kimia
 Infeksi
 Endokrinopati
Gejala DM
Khas Tidak
DM Khas Lemas
Kesemutan
1. Poliuri
Luka sulit sembuh
2. Polidipsi Gatal
3. Polifagia Mata kabur
4. BB turun tanpa Disfungsi ereksi
sebab
Pruritus vulva
Kriteria Diagnosis

Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah


kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.(B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2-jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan
klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP). (B)
Kadar tes Lab untuk Diagnosis

HB A Ic (%) Glukosa darah Glukosa 2 jam


puasa (mg/dl) TTGO (mg/dl)
Diabetes S 6,5 S 126 S 200

Pre-Diabetes 5,7 – 6,4 100 – 125 140 – 199

Normal < 5,7 70 – 99 70 – 139


Gambar 2. Cara Pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)

• Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang cukup)
1. dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari - hari
• Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
2. putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan
• Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
3.
• Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 g/kgBB (anak - anak), dilarutkan
4. dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit
• Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
5. minum larutan glukosa selesai
• Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
6.

• Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
7.
Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan


kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan
meliputi :
 Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko
komplikasi akut.
 Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
 Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan
profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.
Penatalaksanaan

 Edukasi
 Pola hidup sehat (Terapi nutrisi medis dan aktifitas
fisik)
 Intervervensi farmakologis
 Obat hiperglikemia oral (OHO)
 Suntikan
Edukasi
 Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Primer yang meliputi:
 o Materi tentang perjalanan penyakit DM.
 o Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
 o Penyulit DM dan risikonya.
 o Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
 o Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
 o Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau
urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
 o Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
 o Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
 o Pentingnya perawatan kaki.
 o Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
 Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi:
 o Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
 o Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
 o Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
 o Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi).
 o Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari
sakit).
 o Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi
mutakhir tentang DM.
 o Pemeliharaan/perawatan kaki.
Terapi Gizi Medis
 Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM
hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu.
 Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai
pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin
atau terapi insulin itu sendiri.
 Kebutuhan kalori basal perhari
 perempuan sebesar 25 kal/kgBB
 pria sebesar 30 kal/kgBB.
 Perhitungan berat badan ideal (BBI)
 Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
 Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan
wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi:
 Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
 Kebutuhan kalori dipengaruhi juga oleh
 Aktifitas fisik –(ditambah sesuai dg AF)
 Usia –(40-5 d9ikurangi 5%, 60-69 dikurangi 10%, >70 dikurangi
20%)
 Stress metabolik
Komposisi Makanan
 Karbohidrat
 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
 Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang
lain.
 o Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.

 o Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti

glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian


(Accepted Daily Intake/ADI).
 o Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat

diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan


lainsebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Komposisi Makanan
 Lemak
 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total
asupan energi.
 o Komposisi yang dianjurkan: lemak jenuh < 7 %

kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh ganda < 10 %.


selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
 o Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang

banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans


antara lain: daging berlemak dan susu fullcream.
 o Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
Komposisi Makanan
 Protein
 Kebutuhan protein sebesar 10 – 20%
 Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi,
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
 o Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari
atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya
bernilai biologik tinggi.
 Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani
hemodialisis asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB
perhari.
 Natrium
 Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama
dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari(B).
 o Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu

dilakukan pengurangan natrium secara individual(B).


 o Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin,

soda, dan bahan pengawet seperti Na benzoat dan Na nitrit


 Serat
 o Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
 o Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang

berasal
Pemanis buatan
 Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas
aman (Accepted Daily Intake/ADI).
 Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan
pemanis tak berkalori.
 o Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai
bagian dari kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan fruktosa.
 o Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol
dan xylitol.
 o Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena
dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari
makanan seperti buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami.
 o Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame
potassium, sukralose, neotame.
MACAM DIIT DAN INDIKASI PEMBERIAN :
Macam Diit Kalori Protein Lemak Hidrat Arang
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
Contoh menu 1900 kkal

Pagi Nasi 150 g


Telur ayam (dadar) 35 g
Tempe (oseng2) 50 g
Sayuran 100 g
Pkl 10 Buah pepaya 100 g
Siang Nasi 200 g
Pepes ikan 50 g
Tempe goreng 100 g
Sayuran 100 g
Buah Nenas 100 g
Pkl 16 Buah Pisang 100 g

Malam Nasi 200 g


Ayam bakar (tanpa kulita) 50 g
Tahu 50 g
Sayuran 100 g
Buah pepaya 100 g
BAHAN MAKANAN YG DIANJURKAN :
 SUMBER KH KOMPLEKS, SEPERTI NASI, ROTI, MIE,
KENTANG, SINGKONG, UBI.
 SUMBER PROTEIN RENDAH LEMAK: IKAN, AYAM TANPA
KULIT, SUSU SKIM, TEMPE, TAHU, KACANG2AN.
 SUMBER LEMAK DLM JUMLAH TERBATAS. MAKANAN
DIOLAH DG DIPANGGANG, DIKUKUS, DIREBUS, DI BAKAR.
MAKANAN YG TIDAK DIANJURKAN

 MAKANAN YG BANYAK MENGANDUNG


 GULA PASIR, GULA JAWA.
 SIROP, JAM, JELLY, BUAH2AN YG DIAWET DG GULA, SUSU
KENTAL MANIS, MINUMAN BOTOL RINGAN, ES CREAM, DLL.
 KUE2 MANIS, DODOL, CAKE, DSB
 ABON, DENDENG, SARDEN, DSB.
 MENGANDUNG BANYAK LEMAK
 MENGANDUNG BANYAK NATRIUM : IKAN ASIN,
TELUR ASIN, MAKANAN YG DIAWET.
Latihan jasmani
 Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara
teratur
 sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150
menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut
 Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan
jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL
dianjurkan untuk menunda latihan jasmani.
 Kegiatan sehari-hari atau aktivitas seharihari bukan termasuk dalam
latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.
 Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah.
 Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang (50- 70% denyut jantung maksimal)
seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Terapi Farmakologis
 Obat Antihiperglikemia Oral
 Pemacu sekresi insulin (sulfonilurea, Glinid)
 Peningkat Sensitivitas insulin (Metformin,
Tiazolidindion/TZD)
 Penghambat absorpsi glukosa
 Obat Antihiperglikemia Suntik
 Insulin
 https://www.youtube.com/watch?v=HJGjNTJgf48

Anda mungkin juga menyukai