Oleh
MAHRUP, SP, MM
3.2. Tujuan
a) mengetahui kinerja usaha perkebunan;
b) mengetahui kepatuhan usaha perkebunan terhadap
peraturan dan ketentuan yang berlaku;
c) mendorong usaha perkebunan untuk mematuhi baku
teknis dalam memaksimalkan kinerja;
d) mendorong usaha perkebunan untuk memenuhi
kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku; dan
e) penyusunan program dan kebijakan pembangunan
usaha perkebunan
3.3. Ruang Lingkup …..
3.3. Ruang Lingkup
a. pelaksanaan penilaian usaha perkebunan;
b. penetapan hasil penilaian usaha perkebunan;
c. pengawasan pembinaan usaha perkebunan; dan
d. sanksi administrasi.
4.1. Penilaian
melalui pendekatan sistem dan usaha agribisnis (keterkaitan sub
sistem penyediaan saprodi, produksi, pengolahan dan pemasaran serta jasa
penunjnag);
dilakukan terhadap perusahaan yang memiliki izin (SPUP, IUP, IUP-B
atau IUP-P);
dilakukan pada tahap pembangunan dan tahap operasional.
4.2. Penilai
Bupati/Walikota, untuk usaha perkebunan yang lokasi kebun
dan/atau bahan baku dalam satu wilayah kab/kota;
Gubernur, untuk usaha perkebunan yang lokasi kebun
dan/atau bahan baku lintas wilayah kab/kota;
DirjenBun, untuk usaha perkebunan yang lokasi kebun
dan/atau bahan baku lintas wilayah prov.
Bupati/Walikota, Gubernur, DirjenBun, dalam melakukan
penilaian dibantu oleh Penilai Usaha Perkebunan ; dan
Penilaian usaha perkebunan oleh Tim (ditunjuk oleh
Bupati/Walikota, Gubernur atau DirjenBun sesuai kewenangan).
4.3. Pelaksanaan Penilaian, Jangka Waktu, dan Tanggung Jawab
Tim Penilai
Jangka waktu penilaian oleh Tim ditetapkan oleh Bupati/Walikota,
Gubernur atau DirjenBun;
Apabila Tim dalam jangka waktu yang ditetapkan belum
menyelesaikan penilaian, diberikan peringatan oleh Bupati/Walikota,
Gubernur atau DirjenBun;
Apabila 30 hari kerja sejak peringatan, tidak menyelesaikan
penilaian, dapat diusulkan pencabutan sertifikat penilai usaha perkebunan
kepada DirjenBun. Usul pencabutan sertifikat dilakukan oleh
Bupati/Walikota atau Gubernur.
Pelaksanaan penilaian yang belum dilakukan oleh Bupati/Walikota
atau Gubernur, DirjenBun dapat menunjuk petugas penilai usaha
perkebunan pengganti;
Tim Penilai bertanggung jawab (teknis, yuridis) atas hasil
penilaiannya;
Tim Penilai melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepada
Bupati/Walikota, Gubernur atau DirjenBun sesuai kewenangan;
Kinerja Penilai dievaluasi paling kurang setiap tiga
tahun sekali oleh DirjenBun;
Ketentuan mengenai persyaratan
pengangkatan/pemberhentian, pelatihan penilaian usaha
perkebunan dan penerbitan sertifikat Penilai Usaha
Perkebunan lebih lanjut diatur dalam peraturan tersendiri;
Biaya penilaian dibebankan pada APBD (kabupaten
Kota, Prov) dan APBN.
Hasil penilaian Tim (Kab/Kota) disertai saran dan pertimbangan disampaikan
kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan DirjenBun
paling lambat dua minggu setelah selesai penilaian.
Hasil penilaian Tim (Provinsi) disertai saran dan pertimbangan disampaikan
kepada Gubernur dengan tembusan kepada Bupati/Walikota dan Dirjen
Perkebunan paling lambat dua minggu setalah penilaian.
Hasil penilaian Tim (Pusat) disertai saran dan pertimbangan disampaikan
kepada Dirjen Perkebunan dengan tembusan kepada Bupati/Walikota dan
Gubernur paling lambat dua minggu setalah penilaian.
Hasil penilaian perkebunan :
* Tahap pembangunan ditetapkan dalam kelas A, B, C, D dan E.
* Tahap operasional ditetapkan dalam kelas I, II, III, IV dan V.
Penetapan kelas dilakukan oleh Bupati/Walikota, Gubernur atau Dirjen
Perkebunan berdasarkan hasil Tim Penilai paling lambat dua bulan setelah
diterimanya hasil penilaian.
Apabila dalam waktu dua bulan penetapan kelas kebun belum dilakukan, usaha
perkebunan dianggap kelas A dan/atau kelas I.
Penetapan ….
Penetapan kelas usaha dan saran tindak lanjut oleh Bupati/Walikota, Gubernur atau
Dirjen Perkebunan disampaikan kepada perusahaan dengan ditembuskan kepada
Bupati/Walikota, Gubernur atau Dirjen Perkebunan.
Saran tindak lanjut untuk kelas D dan E (tahap pembangunan) dan/atau kelas IV
dan V (tahap opersional) wajib segera dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan.
Apabila saran tindak lanjut kelas D dan E atau IV dan V tidak dilaksanakan maka :
Kelas D diberi peringatan tiga kali dengan selang waktu empat bulan.
Kelas E diberi peringatan satu kali dengan selang waktu empat bulan.
Kelas IV diberi peringatan tiga kali dengan selang waktu empat bulan.
Kelas V diber peringatan satu kali dengan selang waktu empat bulan.
• Pengawasan pelaksanaan penilaian dan pelaksanaan saran
tindak lanjut dilakukan oleh Bupati/Walikota, Gubernur
dan Dirjen Perkebunan.
• Pengawasan dilakukan secara langsung dan/atau tidak
langsung, dan
• Pelaksanaan pengawasan penilaian dan pengawasan saran
tindak lanjut paling kurang satu kali dalam satu tahun atau
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
• Perusahaan yang tidak bersedia dinilai dinyatakan kelas E
atau V
• Perusahaan kelas D dan E atau IV dan V dalam jangka
waktu peringatan belum dilaksanakan saran tindak lanjut,
izin usaha perkebunannya dicabut.
• Proses penetapan kelas perusahaan yang sedang berjalan sebelum
Permentan ini dilakukan, diselesaikan dengan Kepmentan nomor
167/Kpts/KB.110/03/1990 dan Kepmentan nomor
486.1/Kpts/OT.100/10/2003.
• Perusahaan perkebunan yang telah memperoleh penetapan kelas
kebun sebelum Permentan ini diberlakukan dinyatakan masih tetap
berlaku.
Dengan berlakunya Permentan ini, maka