Anda di halaman 1dari 19

PAJAK PENGHASILAN

BADAN

IAI JAWA TIMUR – STIE DEWANTARA- 2021


OUTLINE
PEMBELAJARAN

1 Pengertian Badan, Subjek Pajak 5 Hubungan Istimewa

2 Objek Pajak 6 PhKP,Rekonsiliasi Fiskal,

3 Biaya 7 Kredit Pajak WP Badan

Kompensasi Kerugian Perhitungan PPh Pasal 25/29

4 Penilaian Persediaan, Penyusutan 8 SPT


PENGERTIAN BADAN

Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan


kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha
(Pasal 2 ayat (1) huruf b UU PPh)
JENIS BADAN
PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Ormas, Orsospol, atau
Organisasi Lainnya, Lembaga, BUT, Dan bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif
Dan Bentuk Usaha Tetap
JENIS BADAN

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak
tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari
badan Pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.

Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan,


perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
yang sama.
PERBEDAAN MENDASAR WP OP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA,
KEGIATAN DAN PEKERJAAN BEBAS DENGAN WAJIB PAJAK BADAN

• Bahwa Wajib Pajak Badan • Selain itu Wajib Pajak Badan


berapapun omset (penghasilan) tidak ada pengurang PTKP
wajib melakukan pembukuan sementara di Wajib Pajak
sedangkan Wajib Pajak Orang Orang Pribadi berhak atas
Pribadi boleh memilih memakai PTKP
pembukuan atau memakai
Norma Penghitungan
Penghasilan Netto (untuk omset
tertentu)
SUBJEK PAJAK
SUBYEK PAJAK BADAN

DALAM NEGERI: LUAR NEGERI

Badan didirikan di Badan yg tidak didirikan


Indonesia atau bertempat atau bertempat kedudukan
kedudukan di Indonesia di Indonesia

MENJALANKAN USAHA/ KEGIATAN


MELALUI BUT DI IND

MENERIMA / MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI INDONESIA
TANPA MELALUI BUT
BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
DIDIRIKAN DI INDONESIA
INDONESIA

• Mempunyai tempat kedudukan di Indonesia,


• Berd ketentuan perundang-undangan di
sesuai akta pendirian
Indonesia
• Kantor Pusat di Indonesia
• Didaftarkan di Indonesia, atau • Tempat kedudukan administrasi dan/atau
• Di dalam wilayah hokum Indonesia pusat keuangan di Indonesia
• Kantor Pimpinan di Indonesia, yang
melakukan pengendalian
• Pengurusnya melakukan pertemuan di
Indonesia untuk membuat keputusan strategis
• Pengurusnya bertempat tinggal atau
berdomisili di Indonesia
Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk Usaha yang dipergunakan oleh:

OP yang berada di Badan yang tidak


OP yang tidak Indonesia tidak didirikan dan tidak
bertempat tinggal lebih 183 hari bertempat
di Indonesia dalam jangka kedudukan di
waktu 12 bulan Indonesia

Untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia


BENTUK USAHA TETAP (BUT)
• Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat
berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin mesin, peralatan, gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatan
otomatis (automated equipment) yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan aktivitas usaha melalui internet

• Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

• Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang
bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di
Indonesia

• Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luar Indonesia dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di
Indonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia
melalui pegawai, perwakilan atau agennya di Indonesia. Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa peristiwa yang
mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pihak tertanggung bertempat
tinggal, berada, atau bertempat kedudukan di Indonesia.
SIKLUS SUBJEK PAJAK BADAN DALAM NEGERI

SUBJEK
PAJAK

NE ATAU AKTA
PENGHAPUSAN PENDIRIAN

HAK DAN
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
KEWAJIBAN BADAN SEBAGAI WAJIB PAJAK

• Ketentuan Wajib Pajak Badan pada umumnya sama dengan Wajib Pajak Pribadi yaitu membayar
pajak penghasilan dan membuat laporan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak. Namun Wajib Pajak
Badan memiliki perbedaan kewajiban lain yaitu:

• Menghitung Pajak terutang


• Memungut dan menyetor pajak penghasilan
• Memungut dan menyetor PPN ke kas negara
• Melaporkan SPT Masa PPN
• Menyampaikan SPT Masa/Tahunan PPh
• Menyelenggarakan Pembukuan
JENIS – JENIS PAJAK WAJIB PAJAK BADAN
• Beberapa jenis Pajak Badan yang dikenakan pada Wajib Pajak Badan diatur dalam ketentuan Pajak
Penghasilan berikut:

• PPh Pasal 21/26


• PPh Pasal 23/26
• PPh Final
• PPh Pasal 25
• PPh Pasal 29
• PPN dan PPnBM
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN SUBYEKTIF
SUBYEKTIF WP
WP BADAN
BADAN

No. Subjek Pajak Mulai Berakhir


1 Badan Dalam Negeri Pada saat badan didirikan Pada saat dibubarkan atau tidak
atau bertempat lagi bertempat kedudukan di
kedudukan di Indonesia Indonesia

2 Bentuk Usaha Tetap (BUT) Pada saat badan Pada saat badan tidak lagi
menjalankan usaha atau menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melakukan kegiatan melalui
melalui BUT BUT

3 Luar Negeri Non-BUT Pada saat badan  Pada saat tidak lagi menerima
menerima atau atau memperoleh penghasilan
memperoleh penghasilan dari Indonesia
dari Indonesia
BUKAN SUBYEK PAJAK BADAN
BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING;

PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT SERTA


ORGANISASI INTERNASIONAL DAN PEJABATNYA;
YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA MENJADI
ANGGOTANYA DAN TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN LAIN UNTUK
MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN
KPD PEMERINTAH YG DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA ANGGOTA

UNIT TERTENTU DARI BADAN PEMERINTAH dengan syarat:


 Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
 Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Daerah;
 Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
KETENTUAN TAMBAHAN (S-393/PJ.02/2016)
• Saat dimulainya kewajiban perpajakan adalah saat terpenuhinya
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan sehubungan dengan adanya perbuatan,
keadaan atau peristiwa yang menimbulkan adanya pajak yang terutang
dalam suatu Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
• Kewajiban perpajakannya dimulai sejak saat WP memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkannya
sebagai PKP.
• Dalam hal diperoleh data dan informasi atas kewajiban perpajakan
WP yang menimbulkan adanya pajak yang terutang sebelum
diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP, Direktur
Jenderal Pajak berwenang untuk menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, apabila
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak atas kewajiban
perpajakan tersebut belum melewati daluwarsa penetapan pajak.
• Self assestment > WP diberikan kesempatan menghitung, memperhitungkan,
membayar/menyetor, dan melaporkan dalam SPT

Anda mungkin juga menyukai