Anda di halaman 1dari 43

Nasofaring

ec Susp.
Karsinoma
Nasofaring
Pembimbing : dr. Yoan Levia Magda, Sp. T.H.T.K.L

Kelompok B :
Novia Rahmawati, S.Ked 04054822022066
Nyayu Zianatul Khoiriyah, S.Ked 04054822022066
Dyah Nur Chasanah, S.Ked 04054822022066
OUTLINE
STATUS
PASIEN
TINJAUA
N ANALISIS
PUSTAKA KASUS
01
Status Pasien
Identitas Pasien
Nama : Tn. YK
Status Poliklinik : THT-KL
Pekerjaan : Pekerja tani sawit
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Veteran, Palembang
Keluha
n
Utama
Benjolan di leher kiri
yang semakin
membesar sejak ±1
bulan SMRS
Perjala Sejak ± 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan benjolan di
leher sebelah kiri yang semakin membesar.
Awalnya benjolan hanya sebesar biji jagung, namun 8
bulan kemudian benjolan lama kelamaan semakin

nan membesar hingga saat ini berukuran sebesar kepalan


tangan. Pada benjolan leher kiri dirasakan nyeri dan
hilang timbul, nyeri timbul ketika bergesek dengan

Penyaki
kerah baju. Terdapat benjolan baru di leher sebelah
kanan sebesar kelereng, nyeri pada benjolan leher
kanan tidak ada.
Telinga kiri berdenging ada, nyeri telinga tidak ada, rasa

t
penuh di telinga ada.
Pasien merasa pendengaran telinga kanan lebih jelas dari
pada telinga kiri. Penglihatan kabur (-), Sakit kepala
(-). Nafsu makan menurun (-). BB berkurang (-),
demam (-).
± 2 bulan yll pasien mengeluh mimisan dari hidung
sebelah kiri.
Penya
• Riwayat DM disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat merokok dari umur 15 thn kit
sehari sebungkus
• Riwayat minum alcohol disangkal
• Riwayat keluhan yang sama pada yang
keluarga disangkal

Perna
h
Riway
• Riwayat makan ikan asin jarang
at
Kebias
aan
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Baik
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,6 C
Nadi : 88 x/menit
Status Lokalis Telinga
Ada Ada

Lapang

Tidak ada
DIAGNOSIS BANDING

• Kolesteatoma eksterna
• Keratosis obturans
• Benda asing di telinga
• Otitis eksterna

DIAGNOSIS KERJA

Impaksi Serumen (Serumen Prop)


PENGOBATAN

Irigasi (Spoeling Telinga)

NASIHAT
Tidak disarankan melakukan pembersihan telinga dengan cotton bud karena
pada dasarnya serumen akan keluar sendiri, apabila ingin menggunakan
cotton bud gunakan yang kecil. Penggunaan earphone sebaiknya dibatasi
selama 1 jam dalam sehari dengan volume maksimal 60%

PROGNOSIS
Dubia ad bonam
02
Tinjauan
Pustaka
Anatomi Nasofaring

Moore, K. L.; Dalley, A. F.; Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy. 8th ed. Vol. 282, Wolters Kluwer. Philadelphia; 2018. 1045–1059
Definisi
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah karsinoma sel
skuamosa yang berasal dari epitel permukaan nasofaring
dan biasanya berkembang di sekitar ostium tuba
Eustachius di dinding lateral nasofaring.
Epidemiologi
● Insiden laki-laki : perempuan  2:1.
● Memiliki penyebaran bimodal (dua puncak/modus) yaitu pada akhir
masa anak dan pada orang dewasa berusia 50-60 tahun.
● Kejadian karsinoma nasofaring cukup tinggi pada ras mongoloid
terutama pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam,
Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
● Daerah Cina bagian selatan merupakan tempat dengan kejadian
karsinoma nasofaring terbanyak, yaitu dengan 2.500 kasus baru per
tahun untuk provinsi Guangdong.

• Wijaya FO, Soeseno B. Deteksi Dini Dan Diagnosis Karsinoma Nasofaring. Cdk-254. 2017;44(7):478–81.
• Rizky MM, Imanto M. Peran Latent Membrane Protein ( LMP ) dan Micro RNA dalam Patogenesis Karsinoma Nasofaring yang disebabkan oleh Virus Epstein-Barr
The Role of Latent Membrane Protein ( LMP ) and MicroRNA in the Pathogenesis of Nasopharyngeal Carcinoma Caused by Epstein-B. Majority. 2017;7(1):149
Etiologi Faktor Risiko

 Jenis kelamin  pria


Genetik  Ras  Asia dan Afrika
Utara
Lingkungan
 Umur
Ebstein-Barr Virus  Makanan yang diawetkan
 Riw. keluarga

• Primadina MA, Imanto M. Tumor Nasofaring dengan Diplopia Pada Pasien Usia 44 Tahun. Jurnal Medula. 2017;7(4):181–6.
• Komite Penganggulangan Kanker Nasional. Kanker Nasofaring. Jakarta; 2017.
Klasifikasi

3 bentuk karsinoma (epidermoid) pada nasofaring, yaitu:

01 02 03

Karsinoma sel skuamosa Karsinoma tidak Karsinoma tidak


(berkeratinisasi) berkeratinisasi berdiferensiasi

PERHATI-KL. Panduan Praktik Klinis Prosedur Tindakan Clinical Pathways. Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia. 2016;2–3.
Klasifikasi TNM pada KNF menurut The American Joint Committee on Cancer (AJCC):
Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor terbatas hingga nasofaring, atau melibatkan orofaring dan/atau rongga hidung tanpa adanya
keterlibatan parafaringeal
T2 Tumor dengan keterlibatan parafaringeal, dan/atau keterlibatan jaringan lunak yang berdekatan
(pterygoid medial, pterygoid lateral, otot prevertebral)
T3 Tumor melibatkan struktur tulang basis kranii, vertebra servikalis, struktur pterygoid, dan/atau sinus
paranasal
T4 Tumor dengan keterlibatan daerah intracranial, melibatkan saraf kranial, hipofaring, orbit, kelenjar
parotid, dan/atau infiltrasi jaringan lunak di luar permukaan lateral otot pterygoid lateral
Kelenjar Getah Bening (N)
NX Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening
N1 Metastasis unilateral pada KGB servikal dengan dimensi ≤6 cm di atas tepi kaudal kartilago krikoid
N2 Metastasis bilateral KGB servikal, dengan dimensi ≤6 cm di atas tepi kaudal kartilago krikoid
N3 Metastasis unilateral atau bilateral KGB servikal dengan dimensi >6 cm dan/atau perpanjangan ke
bawah tepi kaudal kartilago krikoid
Metastasis jauh (M)
cM0 Tidak ada metastasis jauh
cM1 Metastasis jauh
pM1 C, Fritz
Edge S, Byrd D, Compton Metastasis jauh
A. AJCC Cancer dikonfirmasi
Staging Manual. 8thsecara mikroskopis
ed. American Joint Committee on Cancer. New York: Springer International Publishing;
Klasifikasi stadium pada KNF menurut The American Joint Committee on
Cancer (AJCC):

Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
II T0-T1 N1 M0
  T2 N0-N1 M0
III T0-T3 N2 M0
  T3 N1-N2 M0
IVA T4 N0-N2 M0
  T0-T4 N3 M0
IV B T0-T4 N0-N3 M1

Edge S, Byrd D, Compton C, Fritz A. AJCC Cancer Staging Manual. 8th ed. American Joint Committee on Cancer. New York: Springer International Publishing;
Patogenesis

Shary K. Patogenesis , Patofisiologi , dan Manifestasi Klinis Kanker Nasofaring. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2018;1–8.
Manifestasi Klinis
 Gejala dini:
• gejala telinga (tinnitus, gangguan
pendengaran, otitis media
serosa),
• gejala hidung (epistaksis,
sumbatan hidung).
 Gejala lanjut: pembesaran kelenjar limfe
leher yang tidak nyeri.
 Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan
sekitar seperti gangguan beberapa saraf
kranialis.
Ariani S, Saputra RB, Sudiasa IP. Diagnosa Dan Penatalaksanaan Karsinoma
Nasofaring. Jurnal Kedokteran. 2019;3(2):595.
Penegakkan Diagnosis
Diagno
1. Limfoma maligna ● Anamnesis

sis
2. Proses non keganasan (TB
kelenjar)
● Pemeriksaan Fisik
● Pemeriksaan Penunjang

bandin
3. Metastasis (tumor sekunder)

g
• Komite Penganggulangan Kanker Nasional. Kanker Nasofaring. Jakarta; 2017.
• Wijaya FO, Soeseno B. Deteksi Dini Dan Diagnosis Karsinoma Nasofaring. Cdk-254. 2017;44(7):478–81.
 Anamnesis
Gejala yang muncul dapat berupa telinga terasa penuh, tinnitus, otalgia,
hidung tersumbat, lendir bercampur darah
 Pemeriksaan Fisik
 Dilakukan pemeriksaan status generalis dan
status lokalis.
 Pemeriksaan nasofaring:
o Rinoskopi posterior
o Nasofaringoskop ( fiber / rigid )
o Laringoskopi
o Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI
(Narrow Band Imaging)
 Pemeriksaan Penunjang
 Serologi  CT Scan
 Sitologi dan biopsy  Positive Emission
 Rontgen toraks Tomography (PET)
 MRI  Skor Digby
 Audiogram
• Wijaya FO, Soeseno B. Deteksi Dini Dan Diagnosis Karsinoma Nasofaring. Cdk-254. 2017;44(7):478–81.
• Sinha S GA. Cancer, Nasopharynx [Internet]. StatPearls. 2019 [cited 2021 Apr 22]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459256
• Chen Y, Chan A, Le Q, Blanchard P, Sun Y, Ma J. Nasopharyngeal Carcinoma. Lancet. 2019;349(10192):64–80.
• Simo R, Robinson M, Lei M, Sibtain A, Hickey S. Nasopharyngeal carcinoma: United Kingdom National Multidisciplinary Guidelines. J Laryngol Otol. 2016;130(2):97–103.
Skor Digby
Diagnosis KNF dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis
dan juga pemeriksaan penunjang. Adapun kriteria Digby:

Gejala Nilai
Massa terlihat pada nasofaring 25

Gejala khas di hidung 15


Gejala khas pendengaran 15
Sakit kepala unilateral atau bilateral 5

Gangguan neurologik saraf otak 5

Eksoftalmus 5
Limfadenopati leher 25
Nilai mencapai 50  diagnosis klinik KNF
Biopsi mutlak dilakukan

Primadina MA, Imanto M. Tumor Nasofaring dengan Diplopia Pada Pasien Usia 44 Tahun. Jurnal Medula. 2017;7(4):181–6.
Penatalaksanaan karsinoma nasofaring berdasarkan National Comprehensive Cancer
Network (NCCN) tahun 2021, yaitu
TATALAKSANA

National Comprehensive Cancer Network. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology - Head and Neck Cancers. Occup Cancers. 2021;
Pilihan terapi sistemik harus bersifat individual berdasarkan karakteristik
pasien (misalnya, PS, tujuan terapi).

National Comprehensive Cancer Network. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology - Head and Neck Cancers. Occup Cancers. 2021;
Prinsip radioterapi KNF:
a. Terapi definitif:
Hanya radioterapi (untuk T1, N0 atau pasien yang tidak dapat menerima kemoterapi)
• PTV (planning target volume)
o Risiko tinggi: tumor primer dan keterlibatan KGB
 70-70.2 Gy (1.8-2.0 Gy/fraksi); setiap senin-jumat selama 6-7 minggu
 69.69 Gy (2.12 Gy/fraksi) setiap senin-jumat selama 6-7 minggu
• Risiko rendah - sedang:
o 44-50 Gy (1.6-1.8 Gy/fraksi)
a. Terapi sistemik konkuren/Radioterapi (biasanya pada pasien yang dapat dilakukan kemoterapi)
• PTV (target planning volume)
o Risiko tinggi: 70-70.2 Gy (1.8-2.0 Gy/fraksi) setiap senin-jumat selama 7 minggu
o Risiko rendah-sedang: 44-50 Gy (2.0 Gy/fraksi) sampai 54-63 Gy (1.6-1.8 Gy/fraksi)

IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy) direkomendasikan pada karsinoma nasofaring. Terapi proton dapat dipertimbangkan ketika pembatas
jaringan normal tidak dapat ditemukan dengan photon-based therapy.

National Comprehensive Cancer Network. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology - Head and Neck Cancers. Occup Cancers. 2021;
Setelah dilakukan terapi sistemik atau radioterapi, dilakukan kontrol rutin dilakukan meliputi
konsultasi & pemeriksaan fisik yang dilakukan pada:
1. Tahun pertama: setiap 1-3 bulan
2. Tahun kedua: setiap 2-6 bulan
3. Tahun ketiga sampai kelima: setiap 4-8 bulan
4. > 5 tahun: setiap 12 bulan
5. TSH setiap 6-12 bulan jika leher diradiasi
6. Evaluasi gigi untuk rongga mulut dan tempat yang terkena perawatan radiasi intraoral
yang signifikan.
7. Pertimbangkan pemantauan DNA EBV untuk karsinoma nasofaring.

National Comprehensive Cancer Network. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology - Head and Neck Cancers. Occup Cancers. 2021;
Perawatan suportif dan rehabilitasi:
1. Evaluasi dan rehabilitasi bicara / pendengaran dan menelan seperti yang diindikasikan
secara klinis.
2. Evaluasi nutrisi dan rehabilitasi seperti yang diindikasikan secara klinis sampai status
nutrisi stabil
3. Pengawasan berkelanjutan untuk depresi
4. Berhenti merokok dan konseling alkohol seperti yang diindikasikan secara klinis
5. Integrasi perawatan penyintas dan rencana perawatan dalam 1 tahun, melengkapi
keterlibatan berkelanjutan dari kepala dan leher.

National Comprehensive Cancer Network. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology - Head and Neck Cancers. Occup Cancers. 2021;
EDUKASI
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi
pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah dengan
risiko tinggi, edukasi mengenai perilaku hidup sehat,
penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,
serta melakukan tes serologic IgA-anti VCA dan IgA anti EA
secara massal di masa yang akan dating akan bermanfaat
dalam menemukan karsinoma nasofaring secara dini.

Rizky MM, Imanto M. Peran Latent Membrane Protein ( LMP ) dan Micro RNA dalam Patogenesis Karsinoma Nasofaring yang disebabkan oleh Virus Epstein-Barr The Role of
Latent Membrane Protein ( LMP ) and MicroRNA in the Pathogenesis of Nasopharyngeal Carcinoma Caused by Epstein-B. Majority. 2017;7(1):149.
 Komplikasi
Keganasan di daerah nasofaring sering menyebabkan gangguan atau
komplikasi neurologis karena letaknya dekat basis kranii yang
memiliki celah atau lubang tempat keluar saraf kranial. Lesi pada
saraf kranial dapat menjadi penanda lokasi infiltrasi tumor.

 Prognosis
Prognosis pada pasien karsinoma sangat bergantung pada agresivitas
tumor, karakteristik pasien dan intervensi terapi. Penyebaran invasi
lokal, kelenjar limfatik regional yang terlibat, serta metastasis yang
direfleksikan dalam stadium TNM menjadi faktor prognosis paling
penting dari KNF.

 SKDI
Karsinoma nasofaring termasuk dalam SKDI tingkat kemampuan 2.
• Sinha S GA. Cancer, Nasopharynx [Internet]. StatPearls. 2019 [cited 2021 Apr 22]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459256
• Chen Y, Chan A, Le Q, Blanchard P, Sun Y, Ma J. Nasopharyngeal Carcinoma. Lancet. 2019;349(10192):64–80.
• Marlinda Adham, Soehartati Gondhowiardjo, Ratna Soediro. Panduan Penatalaksanaan Kanker Nasofaring. Komite Penanggulangan Kanker Nasional,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta; 2017.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai