Kelompok 11
Kelompok 11
- REZA REOPRATAMA
- RENDY ILHAM DOMUT
- MUH.RISKIYADI
- MUH SYAHRIL
DEFINISI BENCANA
Bencana Pesisir adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Letusan Gunung Berapi
◦ Terdapat tiga jenis erupsi berdasarkan pergerakan magma dari dalam ke permukaan bumi.
a. Erupsi Freatik
◦ Terjadi ketika magma segar mulai naik dari dapur magma ke tubuh gunung. Pada fase ini magma
berinteraksi dengan air bawah tanah dan menyebabkan penguapan. Ketika intensitas uap makin tinggi dan
memiliki tekanan yang cukup tinggi, uap mampu membobol bebatuan pembekuan magma tua yang
menyumbat kawah.
◦ Oleh karena itu, material vulkanik yang disemburkan oleh erupsi freatik lebih didominasi uap air
bercampur gas-gas vulkanik lainnya. Material vulkaniknya memiliki suhu kurang dari 200º C dan saat tiba di
kaki gunung sudah setara suhu lingkungan.
◦ Erupsi freatik sama sekali tidak memuntahkan magma segar. Intensitas erupsinya juga umumnya kecil.
Jenis letusan gunung berapi
B. Erupsi Freatomagmatik
◦Erupsi ini biasanya terjadi setelah erupsi freatik berlalu. Letusan ini terjadi ketika magma segar
naik ke tubuh gunung namun belum mencapai lubang letusan. Magma mulai bersentuhan langsung
dengan air bawah tanah.
◦Persentuhan dengan air yang lebih dingin membuat permukaan magma segar sontak mendingin
cepat, membentuk butiran-butiran pasir hingga kerikil dengan komposisi khas. Sebaliknya air bawah
tanah langsung menguap dengan frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi.
◦Selain menyemburkan uap air dan gas-gas vulkanik lainnya, erupsi freatomagmatik pun
menyemburkan debu, pasir hingga kerikil. Namun kali ini mayoritas berasal dari magma segar yang
membeku cepat. Intensitas erupsinya akan lebih besar dari erupsi freatik dan material vulkanik yang
dimuntahkannya pun lebih panas.
Jenis letusan gunung berapi
C. Erupsi Magmatik
◦Ini adalah puncak erupsi, sebab magma segar sudah keluar dari lubang letusan. Erupsi magmatik
secara umum terbagi menjadi dua: eksplosif (ledakan) dan efusif (leleran).Erupsi magmatik eksplosif
umumnya melibatkan magma segar yang bersifat asam karena banyak mengandung silikat (SiO2).
◦ Sementara pada erupsi magmatik yang efusif, magma segar yang keluar lebih bersifat basa (basaltik).
Magmanya lebih encer dan kurang mengandung gas
Mitigasi Bencana / penanggulangan bencana
◦ Dalam rangka meningkatkan upaya mitigasi bencana, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) melakukan pemasangan alat pendeteksi tsunami buoy Merah Putih di kawasan Gunung Anak
Krakatau. Pemasangan buoy generasi ketiga itu pun dilakukan oleh Tim Teknis BPPT di area gunung
tersebut pada April 2019. jika kondisi lautan dalam keadaan normal, buoy itu akan mengirimkan data
secara real time tiap satu jam. Sebaliknya, jika bencana seperti tsunami terjadi, maka alat itu tentunya
secara otomatis akan mengirimkan data lebih cepat, yakni tiap 15 detik.Alat pendeteksi ini
memungkinkan penyampaian peringatan lebih dini (early warning system) bagi masyarakat sekitar.
Masyarakat sebaiknya harus mendapatkan sosialisasi terhadap keberadaan early warning system dan
langkah yang dapat mereka tempuh segera setelah warning diterima. Tentunya warning harus dapat
diakses oleh seluruh masyarakat pesisir di sekitar selat sunda
Mitigasi Bencana / penanggulangan bencana
◦ Usaha-usaha yang ditempuh dalam menekan sekecil mungkin bahaya yang timbul dapat dilakukan secara
1) Pra-disaster planning, yaitu perencanaan penanggulangan jenis bencana yang mungkin terjadi secara
dini. Sitem ini membutuhkan banyak informasi dan data tentang kondisi sumber bencana setempat,
keadaan alam, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat disekitarnya.
2) Emergency planning, yaitu perencanaan penanggulangan bahaya apabila terjadi bencana secara
mendadak serta bagaimana dan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memperkecil kerugian
dan korban bagi manusia pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam bentuk “Sistem Pemberitahuan
Dini” (Early Warning System)
Bencana Angin Topan/Badai
◦ Analisis bahaya angin topan/badai ditujukan untuk mengidentifikasi lokasi yang sering mengalami
bencana angin topan/badai. Bahaya angin topan/badai pada suatudaerah dapat diketahui melalui
perkiraan angin topan/badai yang akan terjadi.
◦ Bencana angin topan/badai maupun bencana alam lainnya yang terjadi pada masa lalu telah banyak
menghancurkan maupun merusak sarana dan prasarana kota dan desa serta menyebabkan kehilangan
jiwa, harta dan benda, selain tentunya telah menyebabkan penderitaan bagi masyarakat yang tertimpa
bencana. Beberapa faktor penyebab banyaknya korban jiwa serta kerugian harta benda terutama adalah
kurangnya kemampuan pemahaman mengenai bencana serta kesiapan dalam mengantisipasi bencana.
◦ Analisa kerentanan didasarkan beberapa aspek, antara lain tingkat kepadatan pemukiman di daerah rawan angin
topan/badai, keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi maupun penyelamatan serta keterbatasan akses
komunikasi. Selain itu, industri berbahaya yang dibangun di kawasan rawan anin topan/badai seperti industri bahan
kimia, apabila tidak diantisipasi dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya dampak ikutan berupa terjadinya
pencemaran lingkungan serta munculnya berbagai macam penyakit.
◦ Analisis tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan Pemerintah serta Masyarakat pada umumnya
untuk merespon terjadinya bencana angin topan/badai sehingga mampu mengurangi dampaknya. Analisis tingkat
ketahanan tersebut dapat diidentifikasi dari 3 (tiga) aspek, yaitu
◦ Upaya struktural dalam menangani bencana angin topan/badai adalah upaya teknis yang bertujuan untuk
mencapai lingkungan yang lebih tahan bencana angin topan/badai. Upaya penanggulangan secara fisik
yang dapat
◦ dilakukan antara lain: low cost roof retrofitting, terutama struktur atapnya yang rentan terhadap
kerusakan akibat angin topan/badai
◦ Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan
tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya
lainnya.
Upaya penanggulangan secara non strukural yang dapat dilakukan antara lain: