Anda di halaman 1dari 31

Perancangan Arsitektur 5

11
Modul ke:

Prinsip Keselamatan dan Evakuasi Kebakaran pada


Bangunan Tingkat Tinggi

Asri Ardiati
Fakultas
Teknik

Program Studi
Teknik
Arsitektur
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Ancaman kebakaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Nyala api
yang tidak terkendali yang diakibatkan oleh terlambatnya memadamkan
awal mula kebakaran akan sangat membahayakan karena sulit
dikendalikan.

Apabila terjadi awal mula kebakaran maka harus segera dipadamkan


sebelum api menjadi besar.
Penyebab Awal Mulai Kebakaran Antara Lain :
a. Nyala Api Rokok
    

b.  Api Terbuka
c. Listrik
    

d. Gesekan
    

e. Sinar Matahari
    

f. Peristiwa Alam
     

g. Unsur Kesengajaan
    

h. Dan masih bayak lagi penyebab terjadinya kebakaran.


    
Klasifikasi Api Kebakaran :
Tujuan dari dibuatnya klasifikasi kebakaran adalah untuk
memudahkan cara pemadaman yang tepat.
Klasifikasi kebakaran dibuat berdasarkan jenis bahan yang terbakar,
yaitu :
Klas A  : Api kebakaran dari bahan padat/serat misalnya kayu,
kertas, textile dll.
Klas B : Api kebakaran dari bahan cair/minyak/pasta misalnya jenis-
jenis minyak bahan bakar, minyak pelumas, gas dll.
Klas C  : Api kebakaran yang disebabkan oleh listrik.
Klas D  : Api kebakaran dari bahan logam misalnya titanium, sodium,
aluminium dll.
Prinsip Pencegahan Kebakaran :
Mencegah kebakaran akan lebih baik dari pada memadamkan kebakaran.

Mencegah kebakaran dapat kita lakukan sebagai berikut :

a.  Mengendalikan setiap bentuk energi yang dapat menimbulkan kebakaran yaitu :


·  Cara menyimpan bahan
·  Cara penanganan bahan
·  Cara mengamankan peralatan / mesin
·  Tata ruang dan tata letak
·  Kebersihan tempat kerja dan lingkungan kerja
b.  Dengan cara memasang / mengadakan system proteksi kebakaran yaitu :
·  Memasang Sistem Pasif Fire Protection
·  Memasang Sistem Aktif Fire Protection
c. Melaksanakan manajemen pencegahan kebakaran ditempat kerja dengan baik, yaitu
dengan melaksanakan kegiatan :
·  Membentuk organisasi penanggulangan kebakaran
·  Mengadakan pelatihan kebakaran bagi personel perusahaan
·  Membuat suatu prosedur kerja aman / izin kerja pada jenis dan tempat kerja tertentu
·  Membuat prosedur tanggap darurat ditempat kerja
Prinsip Dasar Pemadaman Kebakaran :

Untuk dapat memadamkan kebakaran dengan baik dan dengan sedikit kerusakan, perlu
mengetahui prinsip-prinsip pemadaman kebakaran.
Cara pemadaman kebakaran tidak terlepas dari menguraikan segitiga api, sehingga ketiga
unsur tersebut tidak bertemu.
Terdapat tiga cara pemadaman kebakaran yaitu :
a. Cara penguraian
Memadamkan kebakaran dengan cara menghentikan suplai bahan yang dapat terbakar.
b. Cara pendinginan
Memadamkan kebakaran dengan cara menurunkan suhu bahan yang terbakar sampai
dibawah titik nyala dengan cara memberikan suatu media pemadam yang bersifat
menurunkan suhu / panas.
c. Cara isolasi
Memadamkan kebakaran dengan cara membatasi / mengurangi jumlah oksigen, yaitu
dengan cara:
·  Menutup setiap aliran udara kearah dimana api / kebakaran terjadi
·  Menutup permukaan nyala api yang tidak mudah ditembus oleh aliran oksigen, misalnya
busa kimia, bubuk kimia kering, selimut tahan api (karung basah)
· Mendorong udara dipermukaan nyala api dengan bahan cair yang mudah menguap
misalnya CO2
Jenis Sistem Proteksi Kebakaran :
Pada dasarnya system proteksi kebakaran terdiri dari 2 sistem :

a. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif


    

Sistem kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun
melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api,
serta perlindungan terhadap bukaan.
Sistem deteksi kebakaran
Detektor kebakaran adalah sistem yang tidak aktif memadamkan, tetapi hanya bersifat
informasi adanya kebakaran. Detektor kebakaran terdiri dari :
- Detektor panas ( heat detector )
          

- Detektor nyala api ( flame detector )


          

- Detektor asap ( smoke detector )


          

System alarm kebakaran manual elektrik


System alarm kebakaran ini bekerja secara manual dengan menekan tombol alarm apabila
terjadi kebakaran.
Material / bahan bangunan
Material yang dipakai sebagai bahan bangunan maupun isi bangunan sangat berpengaruh
terhadap proses cepat / lambatnya kebakaran serta kerusakan bangunan. Usahakan
material yang sulit terbakar untuk memperlambat menjalarnya api.
Jenis Sistem Proteksi Kebakaran :

b. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif


    

Yaitu sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian
kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti
springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis
bahan kimia, seperti APAR dan pemadam kusus.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR dapat dilayani oleh satu orang untuk memadamkan mula terjadinya kebakaran. Jenis
APAR pada umumnya adalah : air, busa, serbuk kimia kering, gas. Jenis APAR yang akan
dipasang disesuaikan dengan jenis tempat kerja.
Sistem Pemadam Api Instalasi Tetap
Untuk mencegah akibat yang lebih fatal dari suatu kebakaran, maka suatu bangunan atau
tempat terentu serta sesuai ketentuan dianggap penting dipasang peralatan pemadam
instalasi tetap.
Sistem hidran
System hidran adalah sistem pemadam manual yang menggunakan slang penyemprot
dengan cara membuka kran pada hidran pilar / box.
Sistem springkler
Springkier adalah suatu alat yang dapat memancarkan air bertekanan secara otomatis
apabila terjadi kebakaran didalam suatu ruangan. Kepekaan springkler terhadap suhu
ditentukan oleh warna cairan di dalam tabung gelas.
Sarana Emergency dan Evakuasi :
Merupakan sarana penunjang dalam upaya penyelamatan penghuni yang digunakan sebagai
alat untuk mempermudah penyelamatan dan meningkatan keamanan terhadap bahaya
kebakaran. Sarana emergency dan evakuasi tersebut tidak terlepas dari perencanaan bangunan
gedung dan tata ruang, serta disesuaikan dengan peraturan/standar yang beriaku. Alat bantu
evakuasi yang diperlukan pada bangunan gedung, tentunya disesuaikan dengan kondisi dan
fungsi bangunan.

Sarana emergency dan evakuasi yang dianggap penting antara lain:

a. Sumber Listrik Darurat


    

· Merupakan sumber listrik  pengganti apabila  sumber listrik utama padam.


         

· Sumber listrik darurat harus bekerja secara otomatis sesuai ketentuan


         

· Sumber listrik darurat dapat berupa; genset, battery (UPS)


         

b.  Lampu Darurat
· Merupakan lampu penerangan selama sumber listrik utama padam.   Lampu darurat
         

harus dipasang  pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang


akan dilalui pada saat evakuasi.
c.  Pintu Kebakaran
· Pintu kebakaran harus tahan api sekurang-kurangnya 2 jam.
         

· Menutup secara otomatis dan hanya dapat dibuka dari dalam gedung.


         

· Pintu membuka kearah tangga terkecuali pintu terakhir pada daerah aman ( paling bawah )
         

membuka keluar.
Sarana Emergency dan Evakuasi :

d.  Pintu Darurat


· Pintu darurat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai dan dapat
         

mengeluarkan seluruh penghuni dalam waktu 2,5 menit.


· Pintu darurat minimal berjumlah dua buah pada setiap lantai.
         

· Pintu darurat pada lantai dasar harus membuka keluar bangunan dan didaerah yang bebas.
         

e. Tangga Kebakaran
· Penempatan dan kekuatan   tangga   kebakaran   harus mengikuti standar/ peraturan yang
         

berlaku.
· Tangga kebakaran harus tahan api dan tahan asap.
         

· Harus dipasang pengendali asap dan lampu darurat.


         

· Pintu tangga kebakaran harus   tahan api  sesuai ketentuan pintu tahan api.


         

· Tangga kebakaran yang terletak diluar bangunan harus berjarak sekurang-kurangnya 1 meter


         

dari bukaan yang berhubungan dengan tangga kebakaran tersebut.


· Ukuran lebar tangga, anak tangga serta jumlah anak tangga disesuaikan dengan standar.
         

· Tangga kebakaran berakhir pada daerah aman.


         

f.  Tangga Darurat
· Tangga darurat disiapkan untuk dipergunakan apabila lift tidak berfungsi.
· Tangga darurat harus mudah dicapai       
         

· Tangga servis dapat dianggap sebagai tangga darurat


         
Sarana Emergency dan Evakuasi :
g. Sistem Pengendali Asap
   

· Pada bangunan tinggi asap kebakaran harus dikendalikan agar tidak membahayakan penghuni.
         

· Bagian-bagian dari ruangan yang dipergunakan untuk jalur penyelamat harus dibuat bebas
         

asap.
· Ducting AC harus dipasang penutup otomatis.
         

· Pada tempat-tempat tertentu harus dipasang penghisap asap.


         

· AC central harus dapat berhenti secara otomatis bila terjadi kebakaran


         

h. Lift Kebakaran
· Lift kebakaran hanya boieh dipergunakan oleh petugas dinas kebakaran.
         

· Memiliki ruang luncur tersendiri.


         

· Dapat dipakai mengangkut BrandCar.


         

· Memiliki tombol kebakaran ( Fire Man Switch ).


         

· Ruang luncur dan pintu-pintu lift tahan api.


         

i.  Alat Komunikasi Darurat


· Alat komunikasi darurat dapat berupa telpon darurat atau sistem tata suara.
         

· Telpon darurat sistemnya terpisah dari telpon biasa.


         

j.  Bukaan Penyelamat
· Pada setiap lantai bangunan tinggi harus ada bukaan yang dapat berupa lubang jendela
         

dengan daun pintu membuka keluar.


· Bagian atas dari jendela harus dilindungi penonjolan sekurang-kurangnya 50 cm terbuat
         

dari struktur tahan api minimal 2 jam.


Sarana Emergency dan Evakuasi :
k.  Lantai / Ruang Aman
· Merupakan ruangan yang telah disiapkan untuk evakuasi pada lantai-lantai tertentu dan
         

merupakan daerah yang aman


l.    Penunjuk Arah Jalan Keluar
· Penujuk arah merupakan satu-satunya petunjuk menuju daerah penyelamatan bila
         

terjadi kebakaran.
Penghuni harus mengikuti arah petunjuk kemana harus menyelamatkan diri.
· Dipasang pada ruang koridor diatas pintu kebakaran atau tempat lain sebagai sarana
         

evakuasi.
· Setiap ruangan  terdapat lebih  dari   10 orang  harus dipasang denah evakuasi.
         

· Petunjuk arah harus menggunakan 2 sumber listrik yang berbeda.


         

· Penempatan petunjuk arah harus terlihat pada jarak 20 meter.


         

m.  Landasan Helikopter


· Untuk tujuan evakuasi kebakaran penggunaan helikopter masih harus dipikirkan
         

efektifitasnya serta bahaya yang dapat timbul.


n.  Peralatan Bantu Lainnya
·   Untuk kepentingan evakuasi dapat juga dipergunakan selubung  peluncur
maupun  tali  peluncur,   yang  telah disiapkan ditiap-tiap lantai.
Pintu di tangga darurat pada lantai dasar
Sumber:
• PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
JAKARTA, NOMOR 200 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN
TEKNIS AKSES PEMADAM KEBAKARAN
• PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR :
26/PRT/M/2008 TANGGAL 30 DESEMBER 2008 TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA
BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN
• SNI 03-1735-2000 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN AKSES
BANGUNAN DAN AKSES LINGKUNGAN UNTUK PENCEGAHAN
BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG.
Terima Kasih
Asri Ardiati

Anda mungkin juga menyukai