11
Modul ke:
Asri Ardiati
Fakultas
Teknik
Program Studi
Teknik
Arsitektur
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Ancaman kebakaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Nyala api
yang tidak terkendali yang diakibatkan oleh terlambatnya memadamkan
awal mula kebakaran akan sangat membahayakan karena sulit
dikendalikan.
b. Api Terbuka
c. Listrik
d. Gesekan
e. Sinar Matahari
f. Peristiwa Alam
g. Unsur Kesengajaan
Untuk dapat memadamkan kebakaran dengan baik dan dengan sedikit kerusakan, perlu
mengetahui prinsip-prinsip pemadaman kebakaran.
Cara pemadaman kebakaran tidak terlepas dari menguraikan segitiga api, sehingga ketiga
unsur tersebut tidak bertemu.
Terdapat tiga cara pemadaman kebakaran yaitu :
a. Cara penguraian
Memadamkan kebakaran dengan cara menghentikan suplai bahan yang dapat terbakar.
b. Cara pendinginan
Memadamkan kebakaran dengan cara menurunkan suhu bahan yang terbakar sampai
dibawah titik nyala dengan cara memberikan suatu media pemadam yang bersifat
menurunkan suhu / panas.
c. Cara isolasi
Memadamkan kebakaran dengan cara membatasi / mengurangi jumlah oksigen, yaitu
dengan cara:
· Menutup setiap aliran udara kearah dimana api / kebakaran terjadi
· Menutup permukaan nyala api yang tidak mudah ditembus oleh aliran oksigen, misalnya
busa kimia, bubuk kimia kering, selimut tahan api (karung basah)
· Mendorong udara dipermukaan nyala api dengan bahan cair yang mudah menguap
misalnya CO2
Jenis Sistem Proteksi Kebakaran :
Pada dasarnya system proteksi kebakaran terdiri dari 2 sistem :
Sistem kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun
melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api,
serta perlindungan terhadap bukaan.
Sistem deteksi kebakaran
Detektor kebakaran adalah sistem yang tidak aktif memadamkan, tetapi hanya bersifat
informasi adanya kebakaran. Detektor kebakaran terdiri dari :
- Detektor panas ( heat detector )
Yaitu sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian
kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti
springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis
bahan kimia, seperti APAR dan pemadam kusus.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR dapat dilayani oleh satu orang untuk memadamkan mula terjadinya kebakaran. Jenis
APAR pada umumnya adalah : air, busa, serbuk kimia kering, gas. Jenis APAR yang akan
dipasang disesuaikan dengan jenis tempat kerja.
Sistem Pemadam Api Instalasi Tetap
Untuk mencegah akibat yang lebih fatal dari suatu kebakaran, maka suatu bangunan atau
tempat terentu serta sesuai ketentuan dianggap penting dipasang peralatan pemadam
instalasi tetap.
Sistem hidran
System hidran adalah sistem pemadam manual yang menggunakan slang penyemprot
dengan cara membuka kran pada hidran pilar / box.
Sistem springkler
Springkier adalah suatu alat yang dapat memancarkan air bertekanan secara otomatis
apabila terjadi kebakaran didalam suatu ruangan. Kepekaan springkler terhadap suhu
ditentukan oleh warna cairan di dalam tabung gelas.
Sarana Emergency dan Evakuasi :
Merupakan sarana penunjang dalam upaya penyelamatan penghuni yang digunakan sebagai
alat untuk mempermudah penyelamatan dan meningkatan keamanan terhadap bahaya
kebakaran. Sarana emergency dan evakuasi tersebut tidak terlepas dari perencanaan bangunan
gedung dan tata ruang, serta disesuaikan dengan peraturan/standar yang beriaku. Alat bantu
evakuasi yang diperlukan pada bangunan gedung, tentunya disesuaikan dengan kondisi dan
fungsi bangunan.
b. Lampu Darurat
· Merupakan lampu penerangan selama sumber listrik utama padam. Lampu darurat
· Pintu membuka kearah tangga terkecuali pintu terakhir pada daerah aman ( paling bawah )
membuka keluar.
Sarana Emergency dan Evakuasi :
· Pintu darurat pada lantai dasar harus membuka keluar bangunan dan didaerah yang bebas.
e. Tangga Kebakaran
· Penempatan dan kekuatan tangga kebakaran harus mengikuti standar/ peraturan yang
berlaku.
· Tangga kebakaran harus tahan api dan tahan asap.
f. Tangga Darurat
· Tangga darurat disiapkan untuk dipergunakan apabila lift tidak berfungsi.
· Tangga darurat harus mudah dicapai
· Pada bangunan tinggi asap kebakaran harus dikendalikan agar tidak membahayakan penghuni.
· Bagian-bagian dari ruangan yang dipergunakan untuk jalur penyelamat harus dibuat bebas
asap.
· Ducting AC harus dipasang penutup otomatis.
h. Lift Kebakaran
· Lift kebakaran hanya boieh dipergunakan oleh petugas dinas kebakaran.
j. Bukaan Penyelamat
· Pada setiap lantai bangunan tinggi harus ada bukaan yang dapat berupa lubang jendela
terjadi kebakaran.
Penghuni harus mengikuti arah petunjuk kemana harus menyelamatkan diri.
· Dipasang pada ruang koridor diatas pintu kebakaran atau tempat lain sebagai sarana
evakuasi.
· Setiap ruangan terdapat lebih dari 10 orang harus dipasang denah evakuasi.