Anda di halaman 1dari 29

REVIEW

JURNAL
INSTRUMEN ANALISA FARMASI
OUR TEAM:
Kelompok 1

Adel Zilvia Natasha


Afrah Hafizah
Dellaviana Ariska
REVIEW JURNAL
Judul : Metoda cepat untuk penentuan etanol dalam min
uman alkohol menggunakan kapiler Kromatografi
Gas
Peneliti : Mei-ling Wang, Youk-men Choong, Nan-wei Su&
Min-hsiung Lee
Tahun : 2013
Sumber : Journal of Food and Drug Analisis, Vol. 11, No. 2,
Latar Belakang
Di negara Taiwan, minuman beralkohol dikenakan pajak sesuai de
ngan kadar etanol yang terdapat dalam minuman tersebut. Se
makin tingg kadar etanolnya maka akan semakin mahal pula p
ajak minuman terseebut. Sehingga produsen minuman beralko
hol tsb memerlukan suatu metoda analisa yang sederhana, ak
urat dan kuantitatif untuk penentuan konsentrasi alkohol yang
digunakan sebagai kontrol kualitas minuman tsb.
Penentuan kadar etanol dalam minuman beralkohol dapat dilakuk
an dengan berbagai macam alat dan metoda. Namun, hanya d
engan metoda Kromatografi Gas (GC) yang paling tepat dan c
epat utuk penentuan isi etanol dalam minuman beralkohol den
gan isinya yang rumit dan jumlah sampel yang sedikit
Material
dan Metoda
Material dan Metoda
Material(Bahan-bahan):
1. 26 minuman beralkohol, yang terdiri dari
- 12 yang telah di suling atau destilasi (Wiski, B
rendi, Kaoliang, MizhiuTou, dan obat-obatan a
nggur)
-14 tanpa disuling atau destilasi (Millel wine, G
rape wine, Fruits wine, Shaosing wine dan Bee
r)
2. Etanol. Asetonitril, I-propanol, Isopropanol aseton,
1-butanol. t-butanol.
Material dan Metoda
Metoda:
1. Persiapan Larutan Standar Dan Larutan Standar
Dan Larutan Internal
2. Faktor Respon Relatif (RRF) Etanol Menjadi Eta
nol Asetonetil
3. Penentuan Etanol Kuantitatif
4. Batas Kuantitasi (LOQ) Etanol Oleh GC-FID
5. Recovery
6. Validasi Metode Analisis
7. Keadaan GC
1. Persiapan larutan standar dan larutan standar dan larutan internal

10 gram etanol dan asetonitril ditambahkan ke da


lam 1000 mL botol volumetrik, kemudian ditamb
ahkan air suling hingga tanda batas 1000 mL
2. Faktor respon relatf etanol terhadap asetonitril

Etanol, 1% (b / v), dicampur dengan 1% (b / v) acetonitrile


dalam berbagai rasio (etanol : asetonitril = 15: 1, 10: 1, 5: 1,
2: 1, 1: 1, 1: 2, 1: 5, 1:10, dan 1:15). Sehingga dihasilkan fak
tor respon relatif (RRF) atau kemiringan garis regresi
3. Penentuan Etanol Kuantitatif

01 Penyuntikan langsung pada metoda Kromatografi


Gas
02
Metoda Oksidasi Dikromat

03
Metoda distilasi hidrometri
01 Penyuntikan langsung pada metoda Kromatografi
Gas

Sampel minuman (0,5 ml) dalam botol tertutup ditambahka


n 5ml dari larutan standar (1%), lalu 0,1 µL larutan sam
pel disuntikkan langsung ke GC dengan syringe.

Kandungan etanol dihitung berdasarkan :


Etanol (mg / mL) = (AS/ AIS) x (WIS/ RRF) x 1 / V;
di mana, V = volume sampel (mL).
02 Metoda Oksidasi Dikromat

-Sampel minuman (1-5ml) di destilasi uap dan di p


eroleh eluat alkohol (>50ml) kemudian di oksid
asi dengan dikromat yang di asamkan
- Kelebihan Kalium dikromat dititrasi dengan besi.
Kandungan etanol dalam sampel minuman diper
oleh dengan menghitung volume Kalium dikrom
at sampel dengan kontrol (baku standar)
03 Metoda Distilasi Hidrometri

Alkohol yang terdapat dalam sampel minuman di


pisahkan oleh distilasi uap dan di ukur dengan h
idrometer. Kadar dari etanol kemudian dirubah.
4. Batas kuantitasi (LOQ)

Larutan standar Etanol(10 mg / mL) diencerkan dengan air s


uling lalu dibuat konsentrasi 50, 25, 10, 5, 2, 1, 0,5, 0,1, dan
0,05 g / mL, dan kemudian larutan larutan blanko ditambahk
an ke setiap konsentrasi.
Kemudian seri konsentrasi yang telah dibuat disuntikkan lan
gsung ke GC, yang dilengkapi dengan detektor FID. Sinyal F
ID ditetapkan pada kisaran = 1, dan rendemen= 1. Koefisien
variasi (CV,%) pemulihan etanol ditetapkan sebesar 15%. Ini
adalah LOQ etanol(28, 31). Setiap analisis dilakukan dalam rang
kap tiga.
5. Recovery

-5 mL dan 10 mL larutan standar etanol 1% (w / v) (setara de


ngan 50 mg, dan 100 mg) lalu ditambahkan kedalam 0,5 mL
anggur merah dan wiski (dalam 20 mL botol), ; dan kemudia
n 5 mL larutan larutan blanko 1% (b / v) ditambahkan.
-Setelah tercampur dengan baik, 0,1 L larutan sampel disunti
kkan ke GC dengan syringe untuk penentuan kadar etanol. Se
tiap analisis dilakukan dalam rangkap tiga. Sampel kosong di
analisis pada saat yang sama.
6. Valdasi metoda Analisa

Larutan standar etanol (500 mg / mL) diencerkan dengan air suling untuk m
embuat konsentrasi dalam 500, 250, 100, 50, 20, dan 10 mg / mL. Setiap lar
utan (0,5 mL) disalurkan ke dalam botol 20-mL tertutup. Setelah pencampur
an lembut dengan 5 mL larutan larutan blanko 1% (b / v) (setara dengan 50
mg), 0,1 L larutan campuran disuntikkan ke GC dengan syringe. Setiap kons
entrasi larutan standar etanol diukur dalam rangkap tiga dalam 1 hari atau d
alam 3 hari berturut-turut. REM dihitung berdasarkan persamaan:

REM (%) = [(nilai terukur – nilai sebenarnya ) ÷ (nilai sebenarnya) x 1


00%].
7. Kondisi GC
-Penelitian ini menggunakan Trace GC 2000 (TermoQuest, Milan, Italia), ya
ng dilengkapi dengan perangkat lunak integrator komputer (Chrom-Card ve
rsi 1.06 untuk Trace GC, TermoQuest, Milan, Italia) dan detektor FID.
- Laju aliran H2 dan udara ditetapkan masing-masing pada 30 dan 300 mL /
menit,
-. Suhu detektor FID dan port injeksi ditetapkan masing-masing pada 285ºC,
dan 225ºC.
-Nitrogen (N2) dalam laju alir 2 mL / menit digunakan sebagai gas pembawa
-Kolom pemisahan CP-Wax 58 CB (30 m x 0,53 mm, Chrompack, Belanda)
digunakan.
- Oven temperature ditetapkan awalnya pada 45ºC, dan kemudian meningka
t menjadi suhu akhir dari 245ºC. Suhu meningkat 45ºC / menit.
-Volume ijeksi 0,1 L dan model injeksi Splittless injection.
HASIL
1. Kondisi GC
Gambar 1.
• Kromatogram gas dari (A) etanol
dan senyawa asli asetonitril
• (B) etanol yang tidak disuling
(anggur merah)
• (C) etanol yang disuling (wiski)
dengan metode injeksi tanpa celah.
• Puncak 1 = etanol
• Puncak 2 = asetonitril
• Dalam pemilihan larutan blanko(standar internal), alkohol yang disuli
ng (mis. wiski) dan alkohol yang tidak disuling (misalnya anggur mera
h) ditambahkan dengan 1-propanol, 2-propanol, asetonitril, aseton, 1
-butanol, dan t-butanol. Hasilnya menunjukkan retensi masing-masing
dari 6 larutan standar adalah 4,43, 4,37, 3,32, 4,06, 5,96, & 5,72 menit
• Ketika kromatogram GC dari alkohol yang disuling dibandingkan deng
an alkohol yang tidak disuling, tidak ada tumpang tindih puncak GC
asetonitril yang diamati. Sementara itu, GC puncak asetonitril dan eta
nol lebih dekat satu sama lain dari senyawa lainnya. Asetonitril kemud
ian dipilih sebagai larutan blanko karena tidak mungkin ada asetonitril
yang berada pada minuman beralkohol(tidak mempengaruhi sampel)
• Untuk pemilihan kondisi GC, awalnya suhu rendah, 45 ˚ C selama 2 m
enit, dan kemudian meningkat dengan cepat (pada tingkat 45 ˚C / me
nit) menjadi 245 ˚C dalam 6 menit. Etanol dan asetonitril dielusi pada
80 ˚C dan 100 ˚C, masing-masing. Melalui proses ini, komponen samp
el akan dielusi sangat cepat dan memakan waktu 7-8 menit tiap samp
el.
2. Faktor Respon Relatif Etanol Terhadap Standar Internal
Dalam studi ini, asetonitril sebagai standar internal untuk penentuan
kuantitatif dari isi etanol dalam minuman beralkohol. Untuk mend
apatkan kuantifikasi yang akurat, nilai RRF etanol terhadap aseton
itril perlu ditentukan, maka isi etanol bisa dihitung berdasarkan
persamaan:
Etanol (mg / mL) = (AS/ AIS) x (WIS/ RRF) x 1 / V

Ketika rasio AUC dari etanol ke asetonitril (sumbu Y) diplot terhada


p rasio konsentrasi etanol menjadi asetonitril (sumbu X), linear pe
rsamaan regresi (Y = 0,952 X) dihasilkan (R2 ≥ 0,999). Kemiringan
garis regresi linier, 0,952, adalah RRF etanol ke standar internal. Li
nearitas dari garis regresi yang disesuaikan adalah dalam kisaran
0-500 mg / mL
3. Pengaruh volume standar internal terhadap akurasi kuantifikasi kandun
gan etanol untuk berbagai minuman beralkohol

• Pada pengujian ini dilakukan penentuan kandungan etanol dalam berba


gai minuman beralkohol menggunakan metode GC kapiler yang cepat d
an membutuhkan sampel yang kecil serta prosedurnya sederhana. Setel
ah dilakukan pengujian, untuk mendapatkan hasil dengan konsistensi ya
ng tinggi, dibutuhkan 10 kali larutan standar untuk ditambahkan kedala
m etanol dalam minuman beralkohol.

• Jadi, disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil dengan konsistensi y


ang tinggi dengan waktu yang cepat dan jumlah sampel yang sedikit da
pat diperoleh mencampurkan 10x sampel dari 1% larutan standar intern
al
4. Batas kuantitasi (LOQ) dari etanol oleh
GC-FID
Dari hasil penelitian
didapatkan LOQ
etanolnya berkis
ar 0.5 g/ml.
5. Validasi metode analisis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa %recovery etanol dengan 50 dan 10
0 mg tingkat fortifikasi dalam 0,5 mL anggur merah dan wiski berada diki
saran 99 ~ 104%, dan 99 ~ 101%, masing-masing, dengan koefisien vari
abel (CV) kurang dari 3,4%. Ketika 6 sampel etanol dengan konsentrasi y
ang diketahui (10 ~ 500 mg / mL) dianalisis menggunakan metode saat i
ni, koefisien varian (CV,%) untuk intraday (1 hari) dan interday (berturut-t
urut 3 hari) analisis adalah 1,0 ~ 4,7 %, dan 1,5 ~ 3,6%, masing-masing.

Hasil ini menunjukkan bahwa ketepatan metode penelitian sangat tinggi.


Selain itu, REM dari intraday dan interday analisis adalah -3,5 ~ 4,2% dan
-1,0 ~ 3,0%, masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa metode studi
memiliki akurasi yang sangat baik dan hanya Dibutuhkan 7 ~ 8 menit un
tuk menyelesaikan analisis. Metode penelitian ini adalah salah satu meto
de yang paling sederhana, cepat, dan akurat diterbitkan untuk penentua
n kuantitatif isi etanol dalam minuman beralkohol.
6. Perbandingan metode studi dengan metode oksidasi
dichromate dan metode destilasi hidrometrik

Hasil ini menunjukkan bahwa metode penelitian ini memiliki presisi


yang lebih baik dari metode AOAC. Selain itu, pada metode AO
AC diperlukan pengenceran dan destilasi sebagai prosedur peng
ukuran.
Penyimpangan tinggi dapat ditemukan jika tabung koneksi tidak d
iamankan dengan kuat, efisiensi kondensasi rendah, atau sampel
mengandung kandungan tinggi senyawa volatil (misalnya asam a
setat atau sulfur dioksida) dalam proses destilasi. Dan juga,reage
n sangat beracun yang digunakan dalam oksidasi dikromat meto
de membuat operasi dan disposisi limbah merepotkan & berbaha
ya.
7. Kandungan Etanol dalam Minuman beralkohol komersial
Kandungan etanol alkohol
komersial minuman biasanya
diberi label dalam volume persen
(%, v / v).
Kandungan etanol dari 26
alkohol komersial minuman (12
alkohol yang disuling dan 14
alkohol yang tidak disuling) yang
dianalisis dengan metode studi
(Hasil terlihat pada tabel)
menghasilkan bahwa kandungan
etanol dari minuman beralkohol
ini konsisten dengan label
mereka, tanpa ditemukannya
penipuan .
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan metoda Kro
matografi Gas dapat dilakukan analisa kadar etanol dalam minu
man beralkohol dengan waktu yang cepat, akurasi yang tinggi,
metoda nya yang sederhana,serta jumlah sampel yang di gunak
an dalam pengukuran sedikit.
Hal ini tentu akan bermanfaat bagi produsen alkohol dalam menen
tukan kadar etanol dalam minuman beralkohol yang mereka pas
arkan.
Seperti hal nya di Taiwan yang mana pajak minuman tergantung d
engan kadar etanol nya, jelas metoda ini akan sangat bermanfaa
t. Dengan metoda ini, produsen dapat mengatur kadar nya dan
mengkolerasikan dengan pajak yang akan dibayarkan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai