Anda di halaman 1dari 62

TUBERKULOSIS EKSTRA

PARU,
TBC EXTRA PULMONAL

Oleh : dr. Irfan Rahmanto


DEFINISI
Tuberkulosis ekstraparu adalah pasien dengan gambaran klinis
sesuai dengan tuberkulosis aktif atau pasien dengan kelainan
histologis atau pasien dengan satu sediaan dari organ
ekstraparunya menunjukkan hasil bakteri Mycobacterium
tuberculosis.

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru yaitu


saluran napas bagian atas (epiglotis, laring, faring), mulut, tonsil,
lidah, selaput otak, perikardium, kelenjar getah bening, tulang,
sendi, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, usus/peritoneal, mata,
adrenal, kulit dan jaringan di bawah kulit (abses)
EPIDEMIOLOGI
Lebih sering ditemukan di negara berkembang dengan penyakit tuberkulosis
yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.1,3 Kasus total dari
tuberkulosis ekstraparu dari suatu negara ditemukan antara 4000/tahun.
Tuberkulosis ekstraparu terjadi apabila terdapat daya tahan tubuh yang
rendah. Risiko tinggi untuk mendapat tuberkulosis ekstraparu meningkat
pada orang yang terinfeksi HIV, anak-anak, dan pada orang tua. Dari 50%
pasien yang mempunyai tuberkulosis aktif ditemukannya penyakit
tuberkulosis ekstraparu dan 25% dari pasien yang didiagnosis tuberkulosis
ekstraparu biasanya selalu mempunyai riwayat tuberkulosis dan sering
dengan terapi yang tidak adekuat. Penelitian di Amerika membuktikan
bahwa anak-anak dengan usia di bawah 15 tahun, dan orang tua dengan usia
di atas 65 tahun, perempuan, penduduk asing suatu negara lebih mudah
untuk mendapatkan tuberkulosis ekstraparu.
ETIOLOGI
Tuberkulosis ekstraparu disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis

sebagai basil tuberkel merupakan salah satu dari tiga puluh genus

Mycobacterium. Lebih dari 80% Mycobacterium tuberculosis menyerang paru

dan sebagian kecil mengenai organ tubuh lain. Kuman tuberkulosis

berbentuk batang ramping lurus berukuran panjang 0,4 x 3 mm, mempunyai

dinding sel lipid sehingga tahan terhadap asam, ketika dilakukan pewarnaan

Ziehl Neelson kuman berwarna merah dengan latar belakang berwarna biru.

Oleh karena itu kuman ini disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman

tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup

dalam beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh

kuman ini dapat dorman, tertidur lama dalam beberapa tahun.


KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
EKSTRAPARU
1. TUBERKULOSIS PADA SALURAN NAPAS BAGIAN ATAS:
EPIGLOTIS, LARING, FARING
2. TUBERKULOSIS PADA MULUT, TONSIL dan LIDAH
3. TUBERKULOSIS MENINGITIS
4. TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
5. TUBERKULOSIS KELENJAR GETAH BENING
6. TUBERKULOSIS TULANG dan SENDI
7. TUBERKULOSIS GINJAL dan SALURAN KENCING
8. TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA WANITA
9. TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA LAKI-LAKI
10.TUBERKULOSIS USUS/ GASTROINTESTINAL/ PERITONEAL
11.TUBERKULOSIS MATA
12.TUBERKULOSIS ADRENAL
13.TUBERKULOSIS KULIT dan ABSES (Jaringan di Bawah Kulit)
TUBERKULOSIS PADA SALURAN NAPAS
BAGIAN ATAS: EPIGLOTIS, LARING, FARING
Hampir semua tuberkulosis pada traktus
respiratoris atas merupakan komplikasi
penyakit paru. Terapi infeksi secara
hematogen kadang menyebabkan tuberkulosis
laring sering didiagnosis salah sebagai kanker
laring. Kelainan epiglotis dan faring sering
diikuti tuberkulosis laring
TUBERKULOSIS PADA SALURAN NAPAS
BAGIAN ATAS: EPIGLOTIS, LARING, FARING
Gambaran Klinis
 Penderita batuk dan keluar spuntum selama beberapa
waktu karena penyakit laring lebih sering tejadi pada
tuberkulosis lanjut. Penderita menurun berat
badannya.
 Suara serak dan perubahan suara menjadi serak- serak
basah.
 Otalgia
 Odinofagia (sakit telan) biasanya epiglotis terkena.
Rasa sakit dapat berat.
 Pada tingkat lanjut ditemukan ulkus pada lidah
 Penelitian menunjukkan ulkus pada pita suara atau
area lain traktus respiratorius atas.
TUBERKULOSIS PADA SALURAN NAPAS
BAGIAN ATAS: EPIGLOTIS, LARING, FARING
Diagnosis
 Pemeriksaan sputum tuberculosis
 Foto toraks.
 Biopsi.

Diagnosis Banding
Penyakit utama yang dibedakan dari tuberkulosis adalah kanker.
Penyakit keganasan laring jarang mengeluh sakit. Sputum
biasanya positif diagnosis dapat ditegakkan dari pemeriksaan
biopsy pada kasus yang sulit. Jika tidak dapat melakukan biopsi
dan memperkirakan kemungkinan penyakitnya tuberkulosis,
cobalah efek kemoterapi.
Penatalaksanaan
 Tuberkulosis laring mempunyai respon yang baik dengan
kemoterapi. Bila nyeri tidak segera berkurang dengan kemoterapi,
tambahkan prednisolon 10 mg dua kali sehari selama 2 sampai 3
minggu. Sesudah itu turunkan dosis harian 5 mg perminggu.
TUBERKULOSIS PADA MULUT, TONSIL DAN
LIDAH
Tuberkulosis mulut jarang terjadi. Biasanya
terdapat pada gusi, berupa pembengkakan
yang tidak nyeri dan sering kali menjadi ulkus.
Lesi primer disertai pembengkakan kelenjar
limfe regional. Tuberkulosis mulut dan tonsil
penularannya lewat susu yang terinfeksi,
kadang dari makanan maupun droplet lewat
udara. Lesi lidah biasanya merupakan lesi
skunder dari tuberkulosis paru. Lesinya
berbentuk ulkus dan mungkin sangat nyeri.
Respon terhadap kemoterapi baik.
TUBERKULOSIS MENINGITIS
Tuberkulosis meningitis merupakan masalah besar dan penting sebagai
penyebab kematian di beberapa negara. Human Mycobacterium
tuberkulosis merupaka penyebab, tetapi mikobakteria lain terjadi
pada penderita Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

Patogenesis
Adanya focus primer tuberkulosis atau tuberkulosis milier yang
menyebar, menyebabkan adanya tuberkel kecil di otak atau selaput
meningen. Biasanya juga menyebar ke tulang tengkorak atau vertebra.
Bila tuberkel ini pecah ke ruang subaraknoid, menyebabkan:
 Peradangan selaput meningen
 Terbentuknya masa abu-abu seperti jeli di dasar otak
 Peradangan dan penyempitan arteri, sehingga terjadi kerusakan
lokal pada otak.
Ketiga kejadian tersebut menyebabkan tampaknya gejala klinik.
TUBERKULOSIS MENINGITIS
Gejala Klinis
 Biasanya terjadi penurunan keadaan umum 2 sampai 8 minggu, berupa: malaise, kelelahan,
iritabel, perubahan tingkah laku, nafsu makan turun, penurunan berat badan dan demam
ringan. Kemudian karena proses:7,9
 Meningitis menyebabkan nyeri kepala, muntah dan kaku kuduk
 Eksudat abu-abu pada dasar otak menyebabkan gangguan N.II-VIII berupa gangguan
penglihatan, paralisis kelopak mata, pupil anisokor, ketulian. Oedem papil terjadi pada 40%
penderita.
 Kerusakan arteri menyebabkan gangguan berbicara, gangguan motorik anggota gerak.
Beberapa area otak mungkin mengalami kerusakan bersama.
 Kadang terjadi hidrosefalus. Ini terjadi karena tersumbatnya saluran cairan serebrospinal
oleh eksudat. Hidrosefalus merupakan penyebab utama gangguan kesadaran. Kerusakan yang
ditimbulkan mungkin permanen dan merupakan tanda prognosis yang buruk.
 Blockade spinal oleh eksudat dapat menyebabkan kelemahan ’upper motor neuron’ atau
paralisis tungkai.
 Perlu dicari tuberkulosis di lain tempat diseluruh tubuh:
 Tuberkulosis kelenjar getah bening
 Dari pemeriksaan foto rontgen dapat ditemukan tuberkulosis paru, tuberkulosis milier.
 Pembesaran hati dan lien.
 Tuberkulosis koroid, tuberkel terlihat pada pemeriksaan retina.

Uji tuberkulin mungkin negatif, khususnya pada penyakit stadium lanjut.


TUBERKULOSIS MENINGITIS
Diagnosis
Keadaan yang terutama yang harus dibedakan dengan meningitis bakterial,
meningitis virus dan meningitis kriptokokus yang berhubungan dengan HIV.
Meningitis bakterial dan viral onsetnya lebih akut. Kriptokokus onsetnya lebih lama.
Riwayat keluarga yang tuberkulosis paru atau tuberkulosis lain perlu dicurigai.
Tetapi bukti utama adalah dengan pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi
lumbal. Hal-hal penting:
 Tekanan: biasanya meningkat
 Kejernihan : mula-mula jernih dan kemudian membentuk jaring laba-laba. Mungkin

kekuningan bila terjadi blokade spinal.


 Sel 200-800/m3. Mula-mula banyak sel neutrofil (tapi tidak sebanyak infeksi

baktrial) ada akhirnya banyak limfosit.


 Glukosa: rendah pada 90% penderita, tetapi mungkin normal pada tahap awal. Ini

penting untuk membedakan dengan infeksi virus yang glukosanya normal.


 Bakteriologi: preparat hapus (+) hanya pada 10% penderita, kecuali jika volumenya

banyak (10-12ml) dan disentripus kuat dan lama. Jika diamati selama 30 menit,
maka hampir 90% penderita hasilnya (+). Biakan bias dilakukan bila mungkin.
Biasanya (+), tetapi ini hanya untuk konfirmasi diagnosis yang terlambat karena
prosesnya lama. Diagnosis bakteriologis banya ditegakkan bila dijumpai kuman di
spesimen, seperti sputum dan pus.
TUBERKULOSIS MENINGITIS
Penatalaksanaan
Respon dengan kemoterapi baik ditambah dengan kortikosteroid
(prednisolon) 30 mg dua kali sehari selama 4 minggu, kemudian
diturunkan secara bertahap selama beberapa minggu. Tindakan bedah
dapat diperlukan untuk mengurangi tekanan berlebihan dalam cairan
serebrospinal di dalam ventrikel otak.

Prognosis
Kematian terjadi bila tidak diobati. Semakin dini diagnosis dibuat dan
di obati, semakin baik pemulihannya tanpa disertai kerusakan
permanen. Semakin baik kesadarannya saat awal pengobatan, semakin
baik prognosisnya. Bila penderita koma, prognosisnya untuk pulih
sangat jelek. 10-30% yang selamat biasanya menderita beberapa
kerusakan seperti paralisis (N kranial), serangan epilepsi atau
gangguan intelektual.7 Karena tingginya angka kematian bila diagnosis
terlewatkan, maka obatilah segera bila diagnosisnya mirip atau curiga
meningitis tuberkulosis.
TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
Penyakit ini jarang dijumpai, hanya di daerah
tertentu khususnya bila infeksi HIV tersebar
luas, antara lain di Transkei.

Patogenesis
Kuman mencapai perikardium lewat darah (bila
dijumpai tuberkulosis di organ lain) tetapi
umumnya timbul karena pecahnya kelenjar
getah bening mediastinal ke rongga
perikardial. Jarang terjadi bersamaan dengan
tuberkulosis paru.
TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
Gejala Klinik
Perikarditis kering berupa:
1. Nyeri akut dibelakang sternum, yang akan membaik bila penderita duduk
condong kedepan
2. erdengar suara gesekan pada saat bunyi jantung
3. EKG: perubahan gel-T melebar.
4. Efusi perkardial:
 Sesak napas saat kegiatan (ataupun istirahat)
 Nadi cepat dan paradoksial, atau terjadi penurunan tekanan darahdan tekanan nadi

saat inspirasi. (normalnya tekanan rongga dada yang negatif saat inspirasi akan
memacu darah dari vena ke jantung, tetapi hal ini dihambat oleh cairan efusi). Hal ini
jarang dijumpai;
 Tekanan darah rendah (kadang berat)

 JVP meningkat

 Pembesaran hati

 Cairan dalam rongga perut

 Demam (bervariasi)

 Suara gesekan mungkin hilang bila cairannya banyak, tapi biasanya tetap terdengar.

 Uji tuberkulin biasanya positif. 


TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
Gejala Klinik
Perikarditis konstriktif
Peradangan perikardium dapat menyebabkan penebalan dan kalsifikasi. Kalsifikasi tampak
pada foto sebagai garis putih tipis ireguler sepanjang tepi bayangan jantung. Hal ini
menghambat dilatasi jantung saat diastole, sehingga jantung tidak mendapat cukup darah
dari vena untuk dipompa. Konstriksi mungkin timbul beberapa bulan atau minggu setelah
efusi. Kadang timbul beberapa tahun kemudian dan mungkin tak pernah didiagnosis efusi
sebelumnya. Gejala yang ada:
 Sesak napas. Selama paru belum edema. Penderita bisa tiduran tanpa menimbulkan
sesak selama belum edema paru tidak terdengar krepitasi.
 Edema kaki dsb, terjadi karena hambatan curahan darah vena sistemik.
 Hati mungkin sangat besar, mungkin ada asites dan pembesaran lien.
 Jantung kecil dan lemah. Lemahnya suara jantung berbeda dengan kasus gagal jantung
kongestif yang jantungnya melebar
 JVP meningkat selama inspirasi menurun
 Terjadi nadi paradoksikal
 Cari tanda tuberkulosis di organ lain
Kebanyakan perikarditis konstriktif terjadi oleh karena Tuberkulosis. Patut dicurigai bila
jantung kecil dan edema anggota gerak tanpa disertai edema paru. Bila mungkin terjadi
ambilan foto rontgen yang dapat menunjukkan
TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis perikarditis bila:
 Ada tuberkulosis di bagian tubuh manapun

 Kultur cairan perikardium (60% positif)

 Biopsi perikardium, (70% positif)

Harus dibedakan dengan penyakit otot jantung, gagal jantung, dan


keganasan.

Penatalaksanaan
Respons terhadap kemoterapi standar baik. Bila perlu prednisolon 5 mg
4 kali sehari dapat diberikan selama 12 minggu. Ini akan mengurangi
tindakan aspirasi cairan dan menurunkan angka kematian. Drainase
terbuka jarang diperlukan. 7 Pembedahan perikardium kadang
diperlukan bila terjadi konstriksi . tetapi coba dahulu dengan
kemoterapi. Bila tidak mungkin dilakukan pembedahan maka yang
terbaik yang dapat dilakukan adalah kemoterapi.
TUBERKULOSIS KELENJAR GETAH BENING
Gejala Klinik
Tuberkulosis kelenjar getah bening pada orang dewasa mirip
tuberkulosis kelenjar pada anak. Namun ada sedikit catatan yang perlu
diperhatikan:
 Pada orang dewasa mengingat kemungkinan bahwa perluasan nodus
mungkin disebabkan timbunan karsinoma yang berasal dari
karsinoma primer dari tempat lain (area pindahan). Kelenjar yang
keras di medial bagian dalam klavikula sering dihubungkan dengan
kanker paru. Di beberapa negara kejadian ini berkembang sering
dengan kebiasaan merokok yang meluas.
 Pada dewasa, seperti pada anak-anak, biasanya tanpa disertai

demam, kadang-kadang subfebril. Pada keadaan tertentu terdapat


demam yang sangat tinggi pada orang dewasa yang dengan foto
rontgen toraks menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening di
leher.
Uji tuberkulin biasanya positif, tapi mungkin negatif, jika ada
malnutrisi.
TUBERKULOSIS KELENJAR GETAH BENING
Penatalaksanaan
Kemoterapi standar dapat diberikan, perhatikan reaksi pada kelenjar
getah bening ketika memberikan pengobatan. Sekitar 25% kelenjar getah
bening mungkin membesar pada pengobatan. Kelenjar-kelenjar baru
mungkin tumbuh. Pada sekitar 20% akan timbul abses dan kadang-
kadang timbul sinus. Kejadian tersebut diatas dimungkinkan oleh reaksi
hipersensitivitas pada tuberkulin yang dilepaskan dari kuman yang mati.
Jangan mengubah terapi jika hal ini terjadi. Kelenjar-kelenjar tersebut
akan berkurang jika anda meneruskan terapi sebelumnya. Sekitar 5%
penderita anda mungkin masih dapat merasakan kelenjar-kelenjar pada
akhir terapi, tapi biasanya tidak memberikan kesulitan lebih jauh.
Pemberian prednisolon, secara rutin, tidak perlu. Tapi jika timbul abses
luas, prednisolon mungkin mencegah timbulnya sinus dan membantu
penghilangan abses tanpa pembedahan. Gunakan prednisolon, jika ada
kelenjar mediastinum yang masif. Hal ini membantu mengecilkan
kelenjar. Aspirasi abses sebaiknya dihindari jika mungkin sebab sinus
mungkin berkembang pada daerah bekas suntikan. Bedah insisi lebih
dianjurkan dilakukan untuk mengeluarkan pus.
TUBERKULOSIS KELENJAR GETAH BENING
Prognosis
Prognosis adalah baik sejauh perkembangan
terus diperhatikan. Tapi jika ada banyak
terjadi fistulasi akan mengakibatkan banyak
bekas luka
TUBERKULOSIS TULANG DAN SENDI
Kuman tuberkulosis dapat menyebar dari kompleks primer ke
tulang atau sendi manapun. Risiko kejadian tersebut semakin
besar pada anak dengan usia semakin muda. Kebanyak dari
tuberkulosis tulang atau sendi terjadi dalam waktu 3 tahun
sesudah terjadinya infeksi pertama, tetapi dapat saja timbul
lebih lama sesudahnya. Sekalipun tulang atau sendi manapun
dapat terkena, tetapi yang menahan berat badan cenderung
lebih sering terkena adalah tulang belakang, kemudian pinggul,
lutut, serta tulang-tulang kaki, sedangkan tulang-tulang lengan
atau tangan lebih jarang terkena. Pembengkakkan pada sendi
muncul secara perlahantanpa adanya rasa panas atau nyeri akut
seperti pada infeksi septik (sekalipun sendi terkadang teraba
sedikit lebih hangat, dibandingkan dengan sendi tungkai
sebelahnya). Pembengkakan yang muncul secara perlahan pada
daerah di sekitar tulang atau sendi perlu mengarahkan anda
pada kemungkinan adanya tuberkulosis.
TUBERKULOSIS TULANG BELAKANG
Patogenesis
Tuberkulosis tulang belakang timbul akibat penyebaran
kuman tuberkulosis melalui aliran darah. Pada sekitar 70%
dari pasien, dua ruas tulang belakang (vertebra) terkena:
pada 20%, tiga atau lebih. Tuberkulosis tulang belakang
berawal di sudut anterior superior (depan, atas) atau
inferior (bawah) dari badan vertebra dan meluas ke vertebra
yang berdekatan. Diskus terkena dan ruang antar diskus
akan menyempit. Sejalan dengan perkembangan penyakit,
terbentuk abses yang dapat menjalar ke rongga dada bagian
bawah atau ke bawah ligament inguinal (abses psoas). Hal
ini juga dapat menekan susunan saraf tulang belakang.
Lokasi yang paling sering terkena adalah torakal 10 (T10).
Tulang belakang yang semakin jauh dari T10, baik ke atas
maupun kebawah, semakin jarang terkena.
TUBERKULOSIS TULANG BELAKANG
Gejala Klinis
Penyakit tuberkulosis tulang belakang tidak di temukan pada
bayi usia di bawah satu tahun. Penyakit ini baru muncul
setelah anak tersebut belajar berjalan dan melompat.
Setelah itu penyakit ini dapat timbul pada usia berapa saja.

 Gejala pertama adalah rasa nyeri, untuk mengurangi rasa


tersebut, anak atau orang dewasa yang sakit enggan
menggerakkan punggungnya, sehingga seakan-akan kaku.
Orang tersebut akan menolak untuk membungkuk atau
mengangkat barang dari lantai. Bila diminta, orang
tersebut akan menekuk lututnya agar punggung tetap lurus.
Nyeri tersebut berkurang bila orang tersebut beristirahat.
TUBERKULOSIS TULANG BELAKANG
Gejala Klinis
 Tanda-tanda pada berbagai lokasi:
 Pada leher
 Pada punggung ke bawah hingga ke tulang rusuk terakhir (region torakalis)
 Abses dapat meluas membentuk jalur yang dapat mengelilingi dada ke kiri
atau ke kanan dan muncul sebagai benjolan yang lunak ada dinding dada.
 Bila tulang belakang di bawah dada yang terkena (region lumbal), letaknya
juga di tulang belakang bagian bawah, tetapi nanah dapat masuk ke dalam
otot-otot yang sama sebagaimana terjadi pada tulang belakang yang lebih
tinggi.
 Pada pasien yang kurang gizi.
 Pada penyakit yang sudah lanjut, terkadang tidak hanya terdapat
gibbus(punggung bungkuk membentuk sudut). Dapat juga
ditemukan kelemahan tungkai bawah dan paralisis (paraplegia)
akibat tekanan pada saraf tulang belakang atau pada pembuluh
darah terkait.
TUBERKULOSIS TULANG BELAKANG
Diagnosis
 Bila mungkin, ambil foto rontgen antero-posterior dan lateral.
Ciri-ciri awal yang seringdi jumpai adalah hilangnya sudut
anterior superior atau inferior dari badan vertebra dan hilangnya
rongga antar vertebra (diskus). Ingat bahwa lesi multiple/ganda
dapat ditemukan pada sekitar 10% dari pasien. Abses lokal akan
mengikis permukaan anterior badan vertebra. Abses intratorakal
dapat menyerupai aneurisma aorta.
 Tes darah terhadap titer anti-stafilokokus dan anti-streptolisin
hemolisin, tifoid, paratifoid, dan bruselosis dapat membantu
penegakkan diagnosis pada kasus sulit dan pada pusat-pusat
dengan fasilitas yang memadai.
 Biopsi jarum juga dapat bermanfaat pada kasus sulit, namun
membutuhkan pengalaman serta pemeriksaan histologi yang baik.
 Jangan berupaya membuka abses. Abses tersebut akan
menghilang dengan pengobatan.
TUBERKULOSIS TULANG BELAKANG
Komplikasi
Komplikasi utama adalah kelemahan atau kelumpuhan tungkai, hilangnya
kekuatan terkadang terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Bila diobati dengan
segera, sering kali cepat menunjukkan perbaikan (dibandingkan dengan
kelumpuhan akibat tumor).

Diagnosis Banding
Pada kebanyakan kasus diagnosis langsung jelas, tetapi terkadang tuberkulosis
sulit di bedakan dengan: - Infeksi piogenik - Infeksi enterik - Tumor.

Penatalaksanaan
Gunakan kemoterapi standar, dapat berobat jalan, tanpa istirahat di tempat tidur.
Penelitian disertai kontrol membuktikan bahwa penyakit selalu dapat dihentikan
dengan kemoterapi. Akan tetapi jika terdapat destruksi yang luas, pembedahan
secara terampil dapat mengurang I deformitas di kemudian hari melalui tindakan
operasi secara dini. Ahli bedah membersihkan jaringan abses dan jaringan mati,
lalu melakukan pemasangan/penguatan tulang. Pasca operasi pasien istirahat
selama 3-6 minggu di tempat tidur. Tindakan operasi kadang-kadang perlu, guna
mengurangi tekanan pada saraf-saraf spinal.
TUBERKULOSIS TULANG PINGGUL
Pinggul merupakan letak Tuberkulosis tulang yang paling sering di
jumpai setelah tuberkulosis tulang/sendi. Penyakit tersebut juga lebih
sering di temukan setelah usia 5 tahun dari pada sebelumnya. Anak-
anak kecil dapat tampak menderita, berhenti berjalan, dan menolak
berjalan bila diminta. Anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa
terkadang berjalan pincang dan mengeluh nyeri yang terkadang beralih
ke lutut. Otot paha umumnya mengecil. Pemeriksaan foto rontgen
harus dibuat dari kedua pinggul. Kebanyakan penyakit mulai pada
bagian dalam kapsul sendi, tetapi terkadang sendi tersebut tampak
sehat dan penyakit berada pada leher femur. Pada awalnya terdapat
penyempitan dari ruang sendi antara asetabulum dan kepala femur,
tetapi kemudian dapat timbul perubahan pada tulang sejalan dengan
berlangsungnya penyakit. Pada kasus yang sudah berat, sendi rusak
berat, dan terjadi dislokasi femur. Penatalaksanaan diawali dengan
istirahat hingga spasme menghilang. Semakin muda umur, semakin
banyak regenerasi tulang yang dapat diharapkan, pengobatan anti
tuberkulosis yang teratur dan lama akan menghasilkan kesembuhan
yang cukup berarti.
TUBERKULOSIS SENDI LUTUT
Penyakit pada sendi lutut umumnya muncul
perlahan dengan pembengkakan yang diikuti
rasa nyeri. Pembengkakan muncul akibat
adanya cairan di dalam sendi. Pada perabaan
hangat dan dapat teraba penebalan sinovia di
atas patella. Otot paha umumnya menyusut.
Pada foto rontgen mungkin tidak akan tampak
adanya perubahan pada tulang
TUBERKULOSIS PERGELANGAN KAKI DAN
TULANG-TULANG KECIL KAKI
Gejala klinis awal rasa nyeri dan pincang.
Pembengkakan pada tulang atau sendi yang
terkena menandakan pembentukan suatu
abses. Otot betis sering kali mengalami
penyusutan. Tulang yang sama dapat terkena
pada setiap sisi. Pembengkakan cepat reda
dengan pengobatan. Bila kulit di atas daerah
yang bengkak menjadi merah dan berfluktuasi,
keluarkan nanah dengan alat suntik. Hal ini
dapat mencegah terbentuknya sinus yang
mengeluarkan nanah.
TUBERKULOSIS LENGAN DAN TANGAN
Anggota gerak atas lebih jarang terkena di bandingkan dengan yang
bawah. Rasa nyeri lebih jarang. Pada pundak, siku, dan pergelangan
tangan mula-mula terdapat keterbatasan gerak dan kemudian
pembengkakan di sekitar sendi. Bila tulang-tulang kecil pada
pergelangan tangan atau jari-jari terkena, lesi dapat mengenai tulang
yang sama pada setiap sisi. Tuberkulosis jari-jari (daktilitis) dapat
tampak sebagai pembengkakan jari yang memanjang, dengan
pembengkakan sedikit oval dan pembengkakan lebih ringan di sekitar
falang proksimal dan terminal. Beberapa jari dapat terkena pada setiap
tangan. Tanda awal dari infeksi tuberkulosis pada pergelangan tangan
hampir selalu merupakan benjolan yang tidak nyeri pada punggung
tangan. Seperti halnya pada sendi-sendi besar yang lain, tuberkulosis
pada pundak dapat muncul dalam bentuk cairan di dalam sendiatau
fokus tulang pada kepala humerus; dengan terbatasnya gerak, otot
pundak menjadi lunak dan menyusut. Tuberkulosis sendi siku mengikuti
pola yang serupa, dengan keterbatasan gerak, pembengkakan sendi,
rasa nyeri lebih ringan di bandingkan dengan tuberkulosis tulang
tungkai.
TUBERKULOSIS TULANG-TULANG LAINNYA
Tuberkulosis dapat mengenai tulang manapun.
Umumnya akan tampak sebagai bengkak yang tidak
nyeri. Lambat laun bengkak tersebut dapat
menjadi merah dan mengeluarkan nanah dari
sinus. Dapat ditemukan lebih satu dari
pembengkakan. Terkadang ditemukan adanya
abses tulang multipel secara bersamaan, disertai
demam, terkadang tidak nyeri tetapi beberapa
penelitian di jumpai abses yang terasa sakit dan
nyeri tekan pada orang dewasa, sekalipun kulit
tidak terlalu memerah. Foto rontgen menunjukkan
berkurangnya bayangan tulang pada lokasi
pembengkakan.
TUBERKULOSIS KISTIK DARI TULANG
Tuberkulosis kistik ditemukan di daerah yang banyak
terdapat tuberkulosis seperti Afrika. Tampak sebagai
pembengkakan yang lebih keras dan tidak nyeri secara
perlahan yang tidak mengenai kulit di atasnya yang
tidak mengeluarkan nanah ataupun membentuk abses.
Kelainan tersebut terutama ditemukan pada tangan,
kaki, tulang tengkorak, dan tulang panjang, terutama
pada kepala humerus dekat sendi pundak atau pada
kepala tibia. Foto rontgen menujukkan pembengkakan
memiliki rongga-rongga yang menyerupai kista dengan
dindingnya yang menyerupai sarang laba-laba. Kista
tersebut berisi perkijuan dan mengandung kuman
tuberkulosis dalam jumlah yang besar. Diperlukan
pengobatan yang lengkap.
TUBERKULOSIS GINJAL DAN SALURAN
KENCING
Patogenesis
Tuberkulosis ginjal disebabkan oleh penyebaran hematogen dari
infeksi primer. Penyakit biasanya berkembang lambat, 5-15
tahun setelah infeksi pertama. Penyakit ini tidak tampak seperti
bentuk tuberkulosis umumnya, bahkan di negara-negara dengan
prevalensi tuberkulosis yang tinggi. Jarang terjadi pada anak-
anak. Basanya terjadi hanya pada salah satu ginjal. 7 Penyakit
biasanya mulai dari bagian terluar ginjal (korteks). Seiring
dengan penyebarannya akan merusak jaringan ginjal dan
membentuk kavitas. Bila material inflamasi menghambat
hubungan antar ginjal dan ureter, tekanan balik mungkin
mengakibatkan kerusakan lebih luas pada ginjal. Infeksi
menyebar melalui ureter (menimbulkan obstruksi). Infeksi dapat
menyebar melalui ureter (menimbulkan obstruksi). Infeksi dapat
menyebar ke kandung kencing di mana ulserasi mungkin
terbentuk di prostat, vesikula seminalis, dan epididimis.
TUBERKULOSIS GINJAL DAN SALURAN
KENCING
Gejala Klinis
 Kencing yang sering
 Sakit ketika kencing
 Sakit pada ginjal, biasanya lemah, kadang-kadang
akut (kolik ginjal).
 Darah dalam air kemih. Bila penyakit utama pada
ginjal, dengan sedikit infeksi pada kandung kencing,
darah dalam air kemih mungkin merupakan satu-
satunya gejala. Ingat akan kemungkinan tumor ginjal.
 Pembengkakan pada epididimis
 Nanah di dalam air kemih.
 Abses pinggang pada kasus yang lanjut.
TUBERKULOSIS GINJAL DAN SALURAN
KENCING
Diagnosis
Beberapa pemeriksaan yang harus diperhatikan:
 Urin: periksa untuk nanah dan Tuberkulosis.
 Foto rontgen dari ginjal
 Pemeriksaan klinik untuk epididimis dan testis dapat sangat berguna. P
 Foto rontgen toraks: biasanya tidak ada kelainan.
 Uji tuberkulin: tidak begitu membantu
 Ureum darah (jika tersedia) akan menggambarkan apakah ginjal yang lain
fungsinya normal.
Bila hanya sedikit pemeriksaan yang tersedia: jika anda tidak dapat melakukan
biakan air kemih atau foto rontgen anda harus memutuskan atas dasar klinis
apakah akan memulai pengobatan atau tidak. Frekuensi dan nyeri pada saat
kencing biasanya berkurang secara bertahap. Hal tersebut mungkin terjadi selama
seminggu atau sebulan sebelum anda bertemu penderita, seperti sistitis akut
biasanya bermula secara tiba-tiba dan penderita harus segera mendapat
pertolongan.13 Periksalah secara teliti tanda-tanda tuberkulosis di daerah yang
lain, terutama di epididimis. Jika ragu-ragu, berikan terapi standar untuk sistitis
sederhana, jika perderita tidak menunjukkan perbaikan anda boleh mencoba
kemoterapi antituberkulosis. Gejala-gejala biasanya membaik setelah 10 hari.
TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA
WANITA
Patogenesis
Tuberkulosis genitalia wanita sebagai akibat penyebaran aliran
darah dari infeksi primer. Tuberkulosis menginfeksi
endometrium dan tuba falopi.

Gejala Klinis
 Infertilitas, merupakan alasan umum untuk mencari
pertolongan. Diagnosis sering ditegakkan sebagi hasil
pemeriksaan rutin untuk infertilitas. Hal ini seharusnya
termasuk mencari tanda-tandatTuberkulosis.
 Sakit perut bawah, rasa tak enak, gangguan siklus menstruasi.
 Perkembangan membentuk abses tuba falopi kadang-kadang
dengan massa abdomen yang besar.
 Kehamilan ektopik
TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA
WANITA
Diagnosis
 Pemeriksaan pelvis, massa yang kecil atau besar dapat dirasakan
diatas daerah tuba falopi.
 Foto rontgen dari saluran genitalia.

Penatalaksanaan
Penderita membaik dengan kemoterapi. Massa yang luas`bias
menghilang. Pembedahan tidak diperlukan untuk ini. Walaupun
penyakit sering tertahan, jika kemoterapi diberikan dengan benar,
kerusakkan pada tuba falopi ini dapat menutup lumen yang sangat
kecil sehingga penderita tetap infertil. Oleh karena ovum mungkin
tidak dapat melalui tuba yang menyempit maka kehamilan ektopik
tuba dapat terjadi (tidak dalam uterus namun dalam tuba).
Perawatan atau terapi pembedahan yang terampil dari tuba yang
menutup, jika tersedia kadang-kadang dapat memperbaiki
fertilitas
TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA LAKI-
LAKI
Patogenesis
Prostat, vesikula seminalis dan epididimis terlibat secara terpisah atau
bersama-sama. Infeksi mungkin dari aliran darah atau dari ginjal melalui
saluran kencing.

Gejala Klinis
Penderita datang dengan keluhan ada sesuatu yang tidak beres dengan
salah satu testis. Biasanya pada epididimis bukan testis. Epididimis
membesar dan menjadi keras dan tak rata, biasanya bermula dari ujung
atas. Kadang hanya sedikit mengeras. Epididimitis tuberkulosis akut
biasanya sangat membengkak dan nyeri. Lesi dari epididimis dapat
menjadi abses menembus kulit dan menghasilkan suatu sinus. Seharusnya
juga diperiksa vesikula seminalis melalui rectum. Prostat mungkin terasa
tak rata dan and dapat merasakan vesikulasi seminalis pada tiap sisi,
proksimal dan lateral dari prostat. Bila vesikula seminalis dapat diraba,
biasanya berarti ada kelainan. Pada 40% kasus penderita juga mempunyai
gejala-gejala dan tanda-tanda dari tuberkulosis saluran kemih.
TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA LAKI-
LAKI
Diagnosis
 Urin untuk mencari adanya kuman tuberkulosis
 Foto rontgen ginjal
 Uji tuberkulin jarang membantu

Diagnosis Banding
 Epididimitis akut: seperti demam, nyeri lokal akut
 Tumor: biasanya licin dan keras, permukaan massa dari
tuberkulosis biasanya khas.

Penatalaksanaan
Kemoterapi akan memberikan hasil yang memuaskan jika
diberikan dengan baik. Pembedahan hanya diperlukan jika
dicurigai adanya tumor.
TUBERKULOSIS USUS/ GASTROINTESTINAL/
PERITONEAL
Patogenesis
Ada tiga bentuk tuberkulosis abdomen:
 Fokus primer. Dahulu di Eropa disebabkan oleh tuberkulosa Bovinus melalui
infeksi dari susu sapi. Lesi primer mungkin terjadi pada dinding usus besar tetapi
lesi-lesi pada kelenjar limfe mesenterika dan penyebarannya yang menyebabkan
timbulnya gejal-gejala klinik. Pada beberapa kasus, penyakit timbul dari
penyebaran hematogen melalui kelenjar limfe atau peritoneum. Hal ini mengkin
sama dengan yang terjadi di Asia Afrika, dimana penyakit bovines jarang
dicurigai, meskipun di banyak negara kita tidak mempunyai informasi yang
cukup. Kelenjar limfe membesar dan jika kelenjar ini pecah, infeksi akan
menyebar ke kavum peritoneum dan dapat terjadi asites. Perlekatan dari
kelenjar-kelenjar usus besar, menyebabkan terjadinya obstruksi. Fistula
mungkin terjadi antara usus dan kandung kencing atau usus dengan dinding
perut.
 Pada bentuk skunder, pasien dengan tuberkulosis paru menelan sputumnya.
Kuman tuberkulosis pada sputum menginfeksi dinding usus, biasanya ileum dan
menyebabkan ulserasi . Fistula dapat terjadi. Infeksi dapat menyebar ke kavum
abdomen dan menyebabkan asites.
 Tuberkulosis ileo-caecal hiperplastik, merupakan bentuk yang jarang terjadi
pada penyakit ini. Terjadi pada daerah katup ileocaecal.
TUBERKULOSIS USUS/ GASTROINTESTINAL/
PERITONEAL
Gejala Klinis
Gejala klinis dari tuberkulosis usus yaitu:
 Kehilangan berat badan, kehilangan nafsu makan sering terjadi.
 Nyeri samar abdomen, demam, keringat malam hari, diare,
memendeknya masa menstruasi
 Massa abdomen sering terasa lunak, sering juga terdapat cairan
abdomen (asites), kadang-kadang banyak terdapt cairan, sehingga
tidak dapat dirasakan adanya suatu massa, sehingga asites
merupakan satu-satunya tanda. Pada Tuberkulosis ileocaecal
hiperplastik terdapat nyeri dan massa yang dirasakan di perut
kanan bawah. Mungkin tidak ditemukan tanda-tanda ditempat lain
 Serangan obstruksi gastrointestinal dengan nyeri akut dan distensi
abdomen.
 Batuk dengan sputum, jika kelainan usus besar ini disebabkan oleh
tertelannya sputum dari tuberkulosisi paru bentuk skunder.
TUBERKULOSIS USUS/ GASTROINTESTINAL/
PERITONEAL
Diagnosis
Kecurigaan adanya tuberkulosis abdominal pada penderita yang
kehilangan berat badan, demam, nyeri samar abdomen. Lebih dicurigai
lagi jika ditemukan massa di abdomen atau cairan di abdomen. Kadang-
kadang anda dapat menentukan diagnosis dari gambaran klinik,
diperlukan pemeriksaan tambahan antara lain:
 Foto rontgen di usus besar
 Biopsi kelenjar limfe atau peritoneum dengan operasi atau
laparoskopi.
 Biakan bahan aspirasi cairan abdomen atau pus dari sinus.

Kadang-kadang penderita hanya merasakan nyeri samar di abdomen


yang berulang. Mungkin tidak dirasakan adanya cairan atau massa,
hanya demam ringan. Jika tidak mungkin melakukan pemeriksaan
diatas maka kemoterapi dapat diberikan. Jika penyakitnya tuberkulosis
maka gejala-gejalanya akan menghilang dan keadaan akan membaik.
TUBERKULOSIS USUS/ GASTROINTESTINAL/
PERITONEAL
Penatalaksanaan
Kemoterapi mempunyai efektifitas yang tinggi. Bahkan massa yang
besar dapat hilang. Kadang-kadang penyembuhan dari penyakit ini
meninggalkan perlekatan di antara usus atau jaringan parut yang
menyebabkan obstruksi mekanik yang memerlukan tindakan bedah.
Jika terdapat banyak cairan, seharusnya dilakukan aspirasi. Sebaiknya
diberikan prednisolon bersamaan dengan kemoterapi jika
memungkinkan.

Komplikasi
Fistula anus, merupakan komplikasi dari tuberkulosis abdominal.
Tetapi mungkin juga merupakan satu-satunya gejala yang terlihat. Di
negara dengan prevalensi tuberkulosis tinggi, tuberkulosis merupakan
penyebab yang paling sering. Namun hal ini dapat terjadi bersamaan
dengan kolitis ulserativa, “crohn diseases”, dan kelainan yang lain.
Jika oleh karena tuberkulosis maka perbaikan akan segera terjadi
dengan pemberian kemoterapi.
TUBERKULOSIS MATA
Tuberkulosis menyerang mata lebih sering dari
pada yang diduga. Kuman dapat tertanam di
bawah kelopak mata melalui debu atau dari
batuk orang yang terinfeksi, atau mencapai
mata melalui aliran darah berasal dari fokus
primer atau tempat lain.7 Selain itu, terdapat
juga keadaan yang disertai nyeri hebat, yaitu
konjunktivitis fliktenular-yang tidak di
akibatkan oleh infeksi langsung, tetapi
kemungkinan terjadi akibat “sensitivitas”
terhadap tuberkulin yang dihasilkan dari lokasi
fokus primer pada paru atau lokasi lain.
TUBERKULOSIS MATA
Infeksi Primer pada Mata (Konjunktiva)

Bila kuman tuberkulosis tertanam di bawah kelopak mata atas atau bawah dari
seorang anak yang selama ini belum terkena infeksi primer pada paru atau abdomen,
kuman tersebut dapat berkembang biak dan membentuk lesi tuberkulosis. Keadaan
ini sama halnya seperti infeksi primer pada tempat lain. Perkembangbiakan kuman
diikuti oleh timbulnya perkejuan. Bila anda membalik kelopak mata, maka tampak
bintik-bintik kuning kecil-kecil. Reaksi ini tidak menimbulkan rasa nyeri atau
gangguan pada anak. Mata anak tersebut dapat berair dan mungkin ada sedikit
iritasi dan kelopak dapat sedikit membengkak. Namun sejalan dengan perkembangan
proses pada mata, aliran limfe dari bagian tubuh tersebut akan melalui kelenjar
getah bening kecil tepat di depan telinga. Kelenjar getah bening terkena
tuberkulosis, membesar, dan dapat melunak. Pembengkakan atau perlunakan
tersebut atau bahkan pecahnya absess kelenjar getah bening yang membawa anak
tersebut untuk datang berobat. Hal ini menjadi contoh yang baik bagaimana infeksi
primer tuberkulosis selalu terdiri dari dua hal, tempat masuknya kuman dan
pembesaran kelenjar getah bening terdekat. Dari jenis infeksi ini, kuman
tuberkulosis juga dapat lolos ke dalam aliran darah dan terbawa ke jaringan tubuh
lainnya, seperti tulang, sama halnya seperti yang terjadi setelah infeksi primer di
paru. Pengobatannya sama seperti pada infeksi primer di manapun.
TUBERKULOSIS MATA
Konjunktivitis Fliktenularis

Reaksi yang sangat menyakitkan ini dapat terjadi kapan saja pada perjalanan infeksi
tuberkulosis, tetapi paling sering dijumpai pada tahun pertama setelah infeksi.
Penyakit tersebut diawali oleh nyeri, rasa gatal, lakrimasi (mata berair) dan fotofobia
(rasa silau yang berlebihan) pada salah satu atau kedua mata. Ditemukan satu atau
lebih bintik kelabu atau kuning disekitar limbus dimana kornea berbatasan dengan
sklera. Sejumlah pembuluh darah kecil mengalir dari tepi kantung konjunktiva menuju
bintik-bintik tersebut. Tiap-tiap bintik bertahan selama sekitar satu minggu kemudian
perlahan-lahan menghilang. Namun bintik itu dapat digantikan oleh bintik-bintik yang
baru. Pada serangan yang berat, kornea dapat mengalami ulserasi, bila hal ini terjadi,
timbul nyeri hebat dan pasien tidak tahan menatap cahaya, sehingga menutupi atau
memejam matanya atau duduk pojok yang gelap. Bila timbul infeksi sekunder, dapat
terjadi pernanahan dan kornea dapat terkena cacat menetap berupa bintik- bintik putih
di lokasi bekas ulkus. Keadaan yang sangat nyeri dan berulang ini terutama mengenai
usia 5-15 tahun dan sering dijumpai di Afrika, India, dan Asia tenggara. Keadaan ini
umumnya diakibatkan oleh tuberkulosis, tetapi dapat juga terjadi pada infeksi
Streptococcus haemolyticus. Pengobatan: pupil harus dalam keadaan dilatasi dengan
salep atropine 0,25%, bila tidak ditemukan tanda-tanda infeksi sekunder, pemberian
tetes mata hidrokortison 1% dapat memberikan rasa nyaman dengan cepat, tetapi
pengobatan ini tidak dapat diberikan bila terdapat infeksi atau ulkus kornea. Lanjutkan
pengobatan terhadap infeksi primer.
TUBERKULOSIS MATA
Tuberkel Koroid (retina)

Pemeriksaan retina dengan oftalmoskop setelah pupil diperlebar dengan salep atropine
0,25% terkadang dapat menegakkan diagnosis tuberkulosis. Pemeriksaan tersebut
terutama penting dikerjakan bila dibutuhkan diagnosis secepatnya seperti pada kasus
tuberkulosis milier atau pada meningitis tuberkulosis. Pada seorang anak yang sakit dan
rewel, pemeriksaan retina secara menyeluruh baru dapat dilaksanakan bila anak
tersebut dibius total. Hal ini layak dikerjakan pada kasus yang sulit. Saat anda melihat
kedalam bola mata, perhatikan diskus optikus dan arteri retina sentralis yang meluas
dari pusat retina. Coba ikuti tiap-tiap cabang utama saat menyebar ke dalam retina.
Tuberkel baru akan tampak sebagi bercak-bercak 1-3 mm yang kekuningan, bula, dan
sedikit menonjol. Batas-batasnya membaur ke dalam retina yang secara umum
berwarna merah muda. Bercak-bercak tersebut terutama di temukan di dalam daerah
dengan diameter dua kali diskus pada pusat diskus optikus. Tuberkel yang sudah
semakin tua akan berbatas tegas dengan pusat yang berwarna putih. Bila pengobatan
dimulai saat tuberkel masih berwarna kuning, tuberkel tersebut dapat lenyap
seluruhnya tanpa meninggalkan bekas, namun bila bercak sudah berwarna putih dengan
batas yang tegas pada saat pertama kali ditemukan, bercak akan menetap dan daerah
yang berwarna putih dapat perlahan-lahan semakin dipenuhi oleh bintik-bintik pigmen
berwarna hitam.
TUBERKULOSIS MATA
Panoftalmitis Tuberkulosis Akut
Keadaan ini merupakan abses yang sangat destruktif yang mengenai seluruh
mata. Pasien akan kehilangan penglihatannya secara progresif dan seluruh
mata menjadi berawan. Pada akhirnya mata tersebut mungkin harus
diangkat seluruhnya.7  

Uveitis
Kelainan “mutton fat” dapat muncul pada belakang kornea dan iris.

Retinitis
Lapisan berwarna putih kelabu muncul pada retina dan pembuluh darah balik
mungkin membengkak dengan perdarahan-perdarahan lokal.

Pengobatan Tuberkulosis mata:


Semua penyakit tuberkulosis mata yang diuraikan diatas menunjukkan
respons yang baik terhadap pengobatan dengan kemoterapi. Obat
kortikosteroid juga dapat berguna pada tahap-tahap awal dari penyakit yang
destruktif yang mengancam penglihatan mata.
TUBERKULOSIS ADRENAL
Gejala klinis
Di negara dimana tuberkulosis sering terjadi, diduga
menjadi penyebab 50% dari kasus insufisiensi adrenal
(Addison disease). Kuman tuberkulosis sampai di adrenal
melalui aliran darah.
Gejala utamanya:
1. Kelelahan yang sangat dan kelemahan umum.
2. Sering muntah-muntah dan diare berulang.
3. Pigmentasi kulit terutama terjadi di daerah yang banyak
mengalami penekanan, misalnya siku atau punggung
bagian bawah.
4. Juga timbul bercak-bercak disekitar mulut, terutama
dapat dinilai pada ras kulit putih.
5. Tekanan darah turun.
TUBERKULOSIS ADRENAL
Diagnosis
Jika dapat diperiksa, maka kadar Na dalam serum sering
dibawah normal dan K plasma yang tinggi sering terjadi.
Foto rontgen abdomen menunjukkan adanya kalsifikasi
di bagian adrenal kira-kira pada 20% kasus. Tuberkulosis
kelenjar adrenal biasanya meluas tetapi hanya bias
diamati dengan USG atau tomografi yang sering
tersedia.

Penatalaksanaan
Tuberkulosis bisa diobati dengan kemoterapi namun
perlu diberikan pengganti hormon-hormon yang hilang.
Seharusnya penderita di rujuk ke dokter ahli yang tepat.
TUBERKULOSIS KULIT DAN ABSES
(JARINGAN DI BAWAH KULIT)
Tuberkulosis kulit tidak begitu banyak
dijumpai. Tetapi diagnosisnya sering keliru.
Jika anda dapat menegakkan diagnosis yang
benar pada kulit, maka juga akan membantu
menemukan tuberkulosis di bagian tubuh yang
lain.
Beberapa macam jenis kelainan akibat
tuberkulosis:
TUBERKULOSIS KULIT DAN ABSES
(JARINGAN DI BAWAH KULIT)
Lesi Primer
Tuberkulosis dapat menginfeksi kulit baik pada stadium
infeksi primer maupun sewaktu kuman menyebar dalam
aliran darah. Infeksi primer jarang diketahui karena
tidak menyakitkan dan kebanyakkan terlewatkan. Kuman
masuk ke kulit melalui irisan atau abrasi ini sering
terjadi pada permukaan yang terbuka seperti muka,
tungkai bawah lutut/kaki, tangan dan lengan. Irisan atau
abrasi mula-mula menyembuh kemudian secara perlahan
setelah waktu tertentu dapat pecah membentuk suatu
ulkus yang dangkal. Nodus limfatikus regional membesar
dan dapat mengalami perlunakan. Pembesaran kelenjar
dapat terlihat sebagai penebalan kulit dan di kelilingi
oleh bintik-bintik kekuningan kecil pada kulit.
TUBERKULOSIS KULIT DAN ABSES
(JARINGAN DI BAWAH KULIT)
Eritema Nodosum
Merupakan jenis hipersensitivitas tuberkulin. Biasanya terjadi bersamaan
dengan infeksi primer. Kulit putih lebih sering dari kulit hitam. Eritema
nodosum tidak hanya disebabkan oleh tuberkulosis. Penyebab lain meliputi:
infeksi streptokokus, obat-obatan, sarkoidosis, lepra, histoplasmosis dan
koksidiodomikosis.7,16 Jarang terjadi pada usia kurang 7 tahun, sering terjadi
pada wanita, pada semua umur. Sering didahului dengan demam yang dapat
tinggi pada wanita muda. Pada wanita mungkin didapatkan nyeri pada sendi-
sendi besar, yang mungkin terasa panas dan lunak seperti pada demam
reumatik.7,10,11 Yang lebih sering ditemukan yaitu perlunakan, merah
kehitaman, lesi noduler yang tipis pada bagian depan kaki di bawah lutut.
Diameter 5-20 mm dan tepinya tidak tegas. Lesi-lesi tersebut muncul
bersamaan dan menyatu, biasanya di atas pergelangan kaki. Lesi akan
membentuk suatu batas yang tegas. Lesi terasa perih berwarna merah
kehitaman.7 Uji tuberkulin biasanya memberikan hasil yang positif. Pada dosis
normal tuberkulin dapat menimbulkan reaksi kulit yang berat atau bahkan
reaksi umum dengan demam. Pertama berikan sepersepuluh dari dosis normal,
jika reaksinya negatif berikan dosis normal. Jika tuberkulosis, maka eritema
nodosum biasanya akan segera membaik dengan pengobatan tuberkulosis.
TUBERKULOSIS KULIT DAN ABSES
(JARINGAN DI BAWAH KULIT)
Lesi Milier
Lesi jarang terjadi, tetapi mungkin banyak ditemukan pada
penderita dengan infeksi HIV dan tuberkulosis. Dapat atau tidak
dapat berhubungan dengan tuberkulosis millier generalisata. Ada
3 bentuk :
1. Nodul-nodul kecil, multiple, berwarna keperakan,
2. Papula multiple, cekung di tengah dan membentuk pustule
3. Abses subkutan multiple, pada tangan dan kaki, dinding dada
atau abses perianal.

Tuberkulosis Verukosa
Lesi-lesi terjadi pada penderita dengan imunitas yang baik
terhadap tuberkulosis, terutama terlihat pada pekerja
kesehatan. Lesi-lesi yang menyerupai kutil terlihat pada bagian
tubuh yang terpapar. Kelenjar getah bening tidak membesar.
TUBERKULOSIS KULIT DAN ABSES
(JARINGAN DI BAWAH KULIT)
Luka pada mulut, hidung dan anus
Kadang-kadang terjadi pada penderita dengan tuberkulosis lanjut. Luka
dirasakan sangat nyeri.

Skrofuloderma
Merupakan hasil pendesakkan langsung dan kerusakkan kulit dari lesi
tuberkulosis yang mendasari. Biasanya kelenjar limfe, tulang atau
epididimis. Sinus biasanya membesar dan meninggalkan jaringan parut
setelah sembuh.

Lupus Vulgaris
Biasanya pada kepala dan leher. Sering juga pada batang hidung dan
pipi. Tampak gambaran nodul seperti jeli. Kadang-kadang mengalami
ulserasi. Hal ini akan menimbulkan jaringan parut yang luas dan
kerusakkan jaringan wajah. Kuman tuberkulosis jarang terlihat tetapi uji
tuberkulin biasanya positif. Umumnya penyakit ini kronik. Diagnosisnya
dapat terlewatkan selama sekian tahun.
TUBERKULOSIS KULIT DAN ABSES
(JARINGAN DI BAWAH KULIT)
Tuberkulid
Berupa penebalan kulit yang berbentuk bundar,
bersifat local, warna merah kebiruan, agak
menonjol dan agak nyeri. Terutama terdapat pada
bagian belakang dari betis. Tes tuberkulin hampir
selalu positif. Lesi demikian tidak selalu
disebabkan oleh tuberkulosis.

Penatalaksanaan Tuberkulosis Kulit dan Abses


Semua kelainan kulit dan jaringan di bawah kulit
bereaksi baik terhadap kemoterapi anti
tuberkulosis.
KEMOTERAPI ANTI TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu
fase intensif dan fase lanjutan. Kemoterapi atau Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) yaitu:
Tabel 2.1 Jenis dan dosis OAT
Dosis yang
Dosis (mg)/BB (kg)
Dosis Dianjurkan
(mg/ Dosis
Obat Harian Intermitten
kgBB/ Maks(mg)
(mg/kgBB/ (mg/kgBB/ <40 40-60 >60
hari)
Hari kali

R 8-12 10 10 600 300 450 600


H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S 15-18 15 15 1000 Sesuai BB 750 1000

International Union Against Tuberkulosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarankan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap.
KEMOTERAPI ANTI TUBERKULOSIS
Tabel 2.2
Dosis obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap
Fase intensif Fase lanjutan
(2 bulan) (4 bulan)
BB Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu
(RHZE)
(RHZ) (RHZ) (RH) (RH)
150/75/400/
150/75/400 150/150/500 150/75 150/150
275
30-37 2 2 2 2 2

38-54 3 3 3 3 3

55-70 4 4 4 4 4

>71 5 5 5 5 5
PENCEGAHAN  
Terhadap Infeksi tuberkulosis.
1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
    - Case finding
    - Isolasi penderita dan mengobati penderita
    - Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi
2. Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi
oleh Mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bovin
pada manusia  

Meningkatkan daya tahan tubuh


3. Memperbaiki standar hidup
4. Usahakan peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi
BCG Imunisasi BCG diberikan dibawah usia 2 bulan, jika baru
diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux
dahulu. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes tersebut negatif.
KESIMPULAN
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting di dunia. Tuberkulosis ekstraparu
menyerang organ tubuh lain selain paru yaitu saluran
napas bagian atas (epiglotis, laring, faring), mulut,
tonsil, lidah, selaput otak, perikardium, kelenjar getah
bening, tulang, sendi, ginjal, saluran kemih, alat
kelamin, usus/peritoneal, mata, adrenal, kulit dan
jaringan di bawah kulit (abses). Oleh karena itu sangat
penting untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium
(kultur), foto rontgen, biopsy atau patologi anatomi,
sehingga dapat diberikan pengobatan yang adekuat
sesuai dengan kriteria diagnosis masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
 Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV.
Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007: 988-93.
 Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006: 1-40.
 Fauci AS, Kasper DL. Extrapulmonary Tuberculosis in Infectious Diseases. In:
Isselbacher KJ, et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Volume 1.
13th Edition United State America: McGraw Hill, 2005: 712-4.
 4. Mehta JB, Dutt A, Harvill L, Mathews KM. Epidemiology of Extrapulmonary
Tuberculosisa – A Comparative Analysis with Pre-AIDS Era. Chest 1998; 99:1134-38.
 5. Albert RK, Spiro SG, Jett JR. Ekstrapulmonary Tuberculosis In: Tuberculosis and
Desease Caused by Atypical Mycobacteria. Clinical Respiratory Medicine 2004;
2:325-7.
 6. Antaz PR, Ding L, Hackman J, Hammock LR, Shintani AK, Schiffer J, et al.
Decreased CD4+ Lymphocytes and Innate Immune Responses in Adults with Previous
Ekstrapulmonary Tuberculosis. J Allergy Clin Immunol 2006; 117:916-23.
 Crofton J, Horne N, Miller F. Tuberkulosis nonpulmonal pada orang dewasa. Dalam:
Tuberkulosis klinis. Jakarta: Widya Medika, 2002: 121-39.
 Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: Ailangga, 2002: 73-108.
DAFTAR PUSTAKA
 Tumer HE. Tuberkulosis paru. Dalam: Davey P, editors. At a Glance Medicine. Jakarta:
Erlangga. 2006; 274-5.
 10. Rieder HL, Snider DE, Cauthen GM. Extrapulmonary Tuberculosis in the United States.
Am Rev Respir Dis 1998; 141:347-51.
 11. Yoon HJ, Song YG, Park W, Choi JP, Chang KH, Kim JM. Clinical Manifestations and
Diagnosis of Extrapulmonary Tuberculosis. Yonsei Med J 2004; 45:453-61.
 12. Crompton GK, Haslett C. Diseases of the Respiratory System. In: Edwards CRW, Bouchier
IAD, Haslett C, Chilvers ER, editors. Davidsons Principles and Practice of Medicine. 17th
edition. Edinburgh: Churchill Livingstone, 2000: 358-67.
 Kumar PJ, Clark ML, Huskisson EC, Davies RJ. Extrapulmonary Tuberculosis. In: Kumar PJ,
Clark ML, editors. Clinical Medicine. 2sd edition. London: Bailliere Tindall, 1998: 209-29,
401-3, 677-83.
 Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Tuberkulosis Paru. Dalam:
Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A, editors. Standar Pelayanan
Medik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Pengurus Besar PAPDI, 2004. 251-5.
 Britton R, Lamb P. Respiratorius Infection. In: Underwood JCE, editors. General and
Systematic Pathology. London: Churchill Livingstone, 2000: 394-7.
 Natahusada EC, Djuanda A. Sifilis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Kosasih A, Aisah S, Wiryadi
E, Natahusada, et al, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi ke-4. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005: 391-410.
 Gardjito, Widjoseno. Tuberkulosis ekstrapulmonal. Dalam: Sjamsuhidayat, Jong WD, editors.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC,2005: 25-30, 415, 725-55, 910.

Anda mungkin juga menyukai